Rabu, 23 Desember 2015

Fanfic Sai Ino : White Chrysanthemum



“White Chrysanthemum”


Disclaimer :
White Chrysanthemum © Raira Rin
NARUTO © Masashi Kishimoto
Pairing : Sai X Yamanaka Ino
Genre : Romance
Rated : T
Length : 1916
Warning : DONT LIKE DONT READ (^_^)
Summary : Sai berjalan pelan diantara deretan rak buku yang tingginya melebihi tinggi badannya. Langkah Sai terhenti ketika sepasang mata onyx hitam-nya menangkap sebuah buku berwarna soft-pink dengan judul “The White Flowers : Strategi Mendapatkan Gadismu”. Membaca kata “Bunga” saja sudah mengingatkannya pada Ino.





{ Selamat Menikmati }




1001 Strategi Untuk Mendapatkan Pujaan Hati ala Jiraiya-sensei, begitulah judul dari sebuah buku yang diambil Sai dari rak buku di perpustakaan kota Konohagakure. Buku yang tidak terlalu tipis namun juga tidak terlalu tebal. Seperti itulah Sai, dia lebih suka menghabiskan waktu luangnya di perpustakaan kota hanya sekedar untuk membaca beberapa buku yang tidak direncanakan untuk dibaca sebelumnya. Namun, buku yang satu ini berbeda. Sai sudah merencanakan untuk membaca buku itu sebelumnya. Tentu saja bukan tanpa alasan.

“Pertama, buatlah sebuah panggilan sayang khusus atau julukan untuk pujaan hatimu. Hal tersebut akan menciptakan hubungan spesial diantara kalian. Berikanlah panggilan sayang khusus atau julukan yang sesuai dengan keadaan pujaan hatimu. Warning! Langkah pertama ini bisa sangat berbahaya dan akan menentukan keberhasilan dalam langkah berikutnya. Jadi, berhati-hatilah.”

            Sai menutup buku dan mencoba mengingat gambaran pujaan hatinya. Dia memiliki rambut pirang lurus yang panjang. Wajahnya cantik. Ada alis mata yang sewarna dengan rambutnya. Bulu mata yang cukup lentik. Sepasang mata berwarna biru shappire. Hidung yang mancung dan bibir mungil yang selalu dilapisi dengan lipstick berwarna pink-natural. Meskipun sangat cerewet, tapi dia sangat manis saat sifat manjanya keluar. Bukan seorang jenius ber-IQ diatas 200 tapi tidak pernah mau kalah dalam bersaing. Setiap sore, dia menjaga toko bunga milik keluarganya sambil merangkai berbagai macam buket bunga. Dia jarang makan ramen demi menjaga kesahatan dan berat badannya agar tetap bagus. Terkadang, dia suka menganggap laki-laki yang dia suka sebagai miliknya. Ya, kurang lebih seperti itulah gambaran dari pujaan hati Sai. Lalu, panggilan sayang khusus atau julukan apa yang akan Sai berikan pada pujaan hatinya itu?

“Rapunzel?” kata Ino. Nada bicaranya sedikit aneh karena dia tidak mengerti alasan Sai memberikan julukan Rapunzel padanya. Ya Ampun, sepertinya masa kecil Ino kurang bahagia.

“Kamu tidak suka ya?” tanya Sai.

“Bukan, bukan tidak suka. Tapi, aku tidak mengerti apa itu Rapunzel? Apakah itu jenis bunga langkah yang cantik?”

Sai tersenyum lembut pada Ino. “Rapunzel adalah seorang putri dari pasangan raja dan ratu di sebuah negeri yang sangat damai. Putri Rapunzel sangat cantik. Dia memiliki rambut pirang lurus yang panjang seperti rambutmu.” Mendengar penjelasan Sai mengenai Putri Rapunzel, Ino pun mulai blushing bahagia. Bagus Sai, langkah pertama berjalan sukses.
...
            Strategi kedua, jika kau adalah seorang jenius ber-IQ diatas 200 yang irit bicara dan membosankan maka kau akan segera kehilangan gelarmu itu. Jangan menganggap dirimu seorang jenius jika hal-hal yang berkaitan dengan pujaan hatimu saja kau tidak tahu. Pujaan hati, lebih tepatnya wanita zaman sekarang menyukai laki-laki yang memiliki kesamaan dengannya. Ntah hobi yang sama atau makanan favorit yang sama. Hal tersebut sudah terbukti dengan larisnya pakaian couple di pasar baru Konohagakure. (=_=)*

            Lagi-lagi, laki-laki berkulit putih pucat itu mencoba mengingat gambaran pujaan hatinya. Ino adalah gadis yang cerewet. Sedangkan, Sai adalah laki-laki yang tidak banyak bicara, calon suami-suami takut istri. Tidak ada kesamaan. Ino adalah gadis yang suka berdandan karena ingin terlihat selalu cantik. Tidak mungkin Sai membahas masalah kecantikan seperti itu dengan Ino. Lagi-lagi tidak ada kesamaan. Setengah putus asa. Sai pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekolah. Melupakan sejenak masalah strategi kedua dalam 1001 Strategi Untuk Mendapatkan Pujaan Hati ala Jiraiya-sensei.

            Sai berjalan pelan diantara deretan rak buku yang tingginya melebihi tinggi badannya. Langkah Sai terhenti ketika sepasang mata onyx hitam-nya menangkap sebuah buku berwarna soft-pink dengan judul “The White Flowers : Strategi Mendapatkan Gadismu”. Membaca kata “Bunga” saja sudah mengingatkannya pada Ino. “Menjadi laki-laki romantis dengan mawar merah adalah hal yang sudah kadaluarsa. Berikanlah bunga berwarna putih yang melambangkan ketulusan dan keabadian yang otomatis romantis untuk mendapatkan gadismu. Berikut adalah daftar bunga-bunga berwarna putih yang melambangkan ketulusan dan keabadian versi Jiraiya-sensei..” Hah? Lagi-lagi buku milik Jiraiya-sensei. Rupanya di Konohagakure ini memang cuma Jiraiya-sensei yang mempunyai banyak strategi mengenai percintaan. Namun, sebelum Sai membaca daftar bunga berwarna putih yang akan membantunya untuk mendapatkan Ino, Naruto datang. Tidak mau ketahuan oleh Naruto, Sai segera mengembalikan buku itu ke tempat semula.

“Hai Sai, bantu aku mengerjakan tugas melukis dari Iruka-sensei ya?” kata Naruto.


“Aku juga ya, Sai. Tolong..” sahut Sakura yang ternyata sudah berada dibelakang Naruto. Sai hanya tersenyum. Kedua sahabatnya itu memang selalu begitu kalau sudah mendapat tugas sekolah untuk membuat lukisan.
...
Ditengah perjalanan pulang..

            Sai melihat seorang anak kecil yang berjualan bunga di pinggir jalan. Ingat akan nasihat di dalam buku yang tadi sedikit sempat dibacanya, Sai segera berjalan menghampiri anak kecil itu. Berniat membeli bunga berwarna putih untuk Ino. Mawar putih? mawar sudah sangat mainstream untuk diberikan pada seorang gadis. Melati? Tidak mungkin Sai memberikan melati, memangnya Ino itu Suzanna apa? Anggrek putih? Aa lupakan, harganya terlalu mahal untuk dompet anak sekolah. Akhirnya, pilihan Sai jatuh pada sebuah buket bunga yang tentunya berwarna putih. Tapi, Sai tidak tahu nama bunga itu. Aa sudahlah, bunga itu berwarna putih. Warna putih untuk ketulusan dan keabadian, pikir Sai.

Sesampainya Sai di rumah..

“Aku pulang..” salam Sai.

“Sai, untuk apa kamu membeli bunga krisan putih itu?” tanya Kakak Shin yang sepertinya juga baru pulang dari bekerja.

“Ooohh jadi bunga ini namanya krisan putih?” batin Sai.

“Kamu baik-baik saja, Sai?” tanya Kakak Shin melihat Sai yang sepertinya sedang melamun.

“Aa tidak apa-apa Kak Shin. Bunga ini untuk tugas drama di sekolah besok.” Jawab Sai berbohong.

Keesokkan harinya, di sekolah..

“Kenapa Sai? Kau baik-baik saja kan?” tanya Naruto yang melihat Sai terdiam membeku melihat kepergian Ino.

“Aku tidak mengerti, kenapa Ino marah padaku? Aku hanya melakukan sesuai nasihat dari buku itu. Memberi bunga berwarna putih lebih bagus daripada memberi bunga mawar merah.” Jawab Sai.

“Memangnya bunga berwarna putih apa yang kamu berikan pada Ino?” tanya Sakura.

“Bunga krisan putih. Ini bunganya..” jawab Sai dengan polosnya sambil menunjukkan se-buket bunga krisan putih yang ada ditangannya.

“Ehm! Ehm! Ahahaaha..” Naruto dan Sakura tertawa bersamaan mendengar jawaban Sai.

“Kenapa kalian tertawa?” tanya Sai.

“Sai.. Sai.. Ada apa denganmu, huh? Jelas saja Ino marah besar padamu. Untung bukan aku yang kamu beri buket bunga krisan putih itu. Aku pasti akan membunuhmu dan meletakkan buket bunga krisan putih itu diatas kuburanmu. Hahaha..” jawab Sakura.

“Hai, Sai. Jujur saja ya, aku ini payah dalam hal berkencan. Hinata tidak pernah keberatan jika hanya aku ajak makan ramen di Ichiraku. Tapi, memberikan krisan putih pada gadis itu sangat keterlaluan, tau! Hahaha.. Ada apa dengan otakmu, huh? Kau ini..” sahut Naruto yang masih tidak bisa berhenti tertawa sambil memegangi perutnya. Bahkan, Kurama, Kyuubi-nya Naruto, ikutan tertawa. Ternyata, ada juga laki-laki yang lebih payah dari Jinchuriki-nya.

            Shiragiku (White Chrysanthemum) atau yang lebih dikenal dengan sebutan krisan putih adalah bunga yang melambangkan keabadian. Namun, jangan salah sangka. Keabadian dalam krisan putih bukanlah lambang keabadian cinta melainkan kematian. Bunga krisan putih adalah  bunga yang digunakan untuk pemakaman. Jadi, jangan coba-coba memberikan krisan putih pada orang yang kau suka. *Xixixi*

“Astaga, aku benar-benar ceroboh.” Ucap Sai frustasi setelah mendengar penjelasan tentang bunga krisan putih dari Sakura.


            Sai menghempaskan tubuh tegapnya ke rerumputan dan membuang asal buket bunga krisan putihnya. Menjatuhkan buku “1001 Strategi Untuk Mendapatkan Pujaan Hati ala Jiraiya-sensei” dari dalam tasnya. Buku yang dia pinjam dari perpustakaan kota itu sudah dua hari ini dibawanya kemana-mana. Jaga-jaga kalau strategi yang dilakukan berhasil dan harus lanjut ke strategi berikutnya. Sai bangun dan segera mengambil buku itu agar tidak dilihat oleh Sakura dan Naruto yang masih sibuk menertawakannya.

“Strategi ketiga, apa strategi pertamamu berjalan dengan sukses? Sangat sukses hingga strategi keduamu pun mendukung untuk lanjut ke strategi ketiga? Inilah strategi yang akan membayar semua perjuanganmu di strategi pertama dan kedua. Di strategi ketiga sekaligus terakhir ini pastikan dompet kodokmu mengembung terisi penuh dengan lembaran-lembaran kertas yang biasa kita sebut dengan, U-A-N-G. Its a time to romantic dating! Dattebayooo!”

“Astaga! Apa-apaan buku Jiraiya-sensei itu! Di sana bahkan tidak dituliskan seperti apa romantic dating itu! Aaaaa!” gerutu Sai agak kesal dalam batinnya. Sebelumnya, Sai sudah sempat membaca strategi ketiga.

            Sekarang Sai jadi harus membaca beberapa buku lagi gara-gara buku ciptaan kakek genit Naruto itu. Satu buku mengenai cara mendapatkan maaf dari gadis. Satu buku lagi mengenai cara menyusun kencan romantis. Kalau Shikamaru pasti sudah bilang, “Merepotkan sekali”. Lalu, dia akan memilih tidur di perpustakaan atau atap kelas.

“Naruto, apa Hinata pernah marah padamu seperti ini?” tanya Sai. “Apa yang kamu lakukan saat Hinata marah?”

“Hinata bukanlah tipe gadis pemarah. Bahkan, saat dia sedang cemburu besar. Tapi, aku akan tetap meminta maaf padanya. Aku cukup berkata, “Hime, maafkan aku ya?” Lalu, Hinata akan tersenyum memaafkan aku dan selesai, aku dapatkan pelukkan hangat darinya. Hihihi..”
Ino dan Hinata sedikit berbeda. Apa cara yang sama akan berhasil untuk Ino? Batin Sai.

“Kalau kamu Sakura, bagaimana? Apa sulit jika Sasuke sedang marah padamu?”

“Eh Sasuke ya? Bahkan, kami hampir tidak pernah marahan. Jadi, aku lupa cara meminta maaf yang jitu. Hehehe.. Cobalah tanyakan pada teman-teman yang lain, Sai.”

Sai pun berkeliling mencari satu persatu temannya. Teman pertama, Uchiha Sasuke. “Aku dan Sakura jarang bertengkar. Sakura tidak akan tahan marahan denganku. Aku ini adalah hidupnya.” Astaga, seharusnya memang Sai tidak bertanya pada laki-laki keren seperti Sasuke. Sudah pasti pasangan Sasuke lebih memilih bersabar daripada bertengkar. Teman kedua, Sabaku No Gaara. “.........” Jawaban Gaara lebih mengerikan dari jawaban Sasuke. Tidak ada jawaban sama sekali.  (-_-)* Ya, Sai memang tidak pernah melihat Gaara dan Matsuri bertengkar. Meskipun pernah, Gaara tidak akan mau memberitahu cara dia meminta maaf. Teman ketiga, Nara Shikamaru. “Hoaaammb, astaga Sai, itu kan sangat merepotkan” Jawaban yang seharusnya sudah diketahui oleh Sai.

“Ayolah, Shikamaru. Kau pasti punya caranya.” Ya, Shikamaru pasti punya caranya mengingat pacarnya, Temari, termasuk tipe gadis yang sedikit mudah panas seperti Ino.

“Kau hanya perlu cari cara untuk perbaiki kesalahanmu, Sai.” Jawab Shkamaru lalu kembali tidur. ZzZzz..

            Pasangan terakhir, Neji dan Tenten. Pasangan adem ayem ini membuat Sai tidak punya pilihan lain. Sepertinya, dia akan memutar otak untuk mencerna jawaban dari Shikamaru.

“Sepengetahuanku Ino itu suka bunga kan? Berikan saja bunga yang banyak padanya.” saran Tenten.

“Justru itu. Dia marah padaku karena bunga. Aku sudah memberi bunga yang salah.” Kata Sai tidak bersemangat.

“Salah bunga bagaimana?” tanya Tenten penasaran. Sementara, Neji tampak cuek dengan percakapan dua makhluk tersebut.

“Ino marah padamu itu sudah takdir. Melalui takdir juga kalian akan berbaikan. Jadi, santai saja.” Sahut Neji. (=_=)* Ya ampun, Neji-kun? Author tahu manusia itu ga bakal bisa lepas dari yang namanya takdir. Tapi, kata-kata seperti itu rasanya kurang tepat untuk situasi seperti ini. *Rasenggan Neji*

Sebelum Tenten tertawa hebat diikuti Neji tersenyum penuh penghinaan, Sai memutuskan mencari alasan untuk pergi tidak menjawab pertanyaan terakhir Tenten. Sepertinya, strategi dari Shikamaru adalah hal yang patut untuk dicoba. Tidak ada yang bisa diragukan lagi dari strategi yang muncul dari manusia yang banyak berpikir dan ber-IQ diatas 200.
...
“Aku hanya ingin menjadi sesuatu yang bisa ada didekatmu meskipun kamu tidak peduli sama sekali atau bahkan kamu tidak menyadari arti keberadaanku karena jarak yang dekat itu. Aku ingin ada didekatmu untuk mendengar cerita kebahagiaan apa yang kamu dapatkan dari pengalamanmu baru-baru ini? Aku ingin selalu di sini sekarang. Bernapas bersamamu adalah keinginan yang tak lebih dan tak kurang. Aku tahu semakin dekat aku denganmu, aku semakin sulit untuk melihatmu. Namun, aku tetap menggegam keberanian di hatiku untuk bertahan menerima begitu saja segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Jadi.. maafkan aku ya?” Sai memutuskan untuk berkata jujur pada Ino mengenai beberapa buku yang sudah dia baca dan tujuan dari membaca buku-buku itu. Melihat Ino yang hanya diam, Sai mulai putus asa. “Kamu tidak mau memaafkan aku ya? Baiklah..”

Sai beranjak pergi meninggalkan Ino. Langkahnya terhenti ketika dia merasakan sepasang tangan telah melingkar lembut di perutnya. Apalagi kalau bukan Ino memeluknya dari belakang.

“I-ino..”

“Kau berhutang kencan denganku dan pastikan jangan membaca buku Jiraiya-sensei untuk itu. Hehehe..” kata Ino diikuti tawa menggemaskannya.



~ THE END ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...