Pengembangan Drama di Sekolah Dasar
Ulangan Akhir Semester
Apresiasi Seni Pertunjukkan “Ngeun (T)eung”
Dosen Pengampu : Drs. H. Hendratno, M.Hum
Disusun Oleh:
Nisful Laila (14010644045 / B-2014)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2017
Apresiasi Seni Pertunjukkan “Ngeun (T)eung”
Berdasarkan kegiatan diskusi setelah acara pementasan, diketahui Ngeun (T)eung, judul pementasan drama yang diambil dari bahasa Sunda memiliki arti “Ngaca”. Ngeun (T)eung merupakan pementasan drama yang menceritakan tentang kisah Sangkuriang yang dikolaborasikan dengan cerita Antiqon karena memiliki kesamaan cerita. Keduanya sama-sama menceritakan seorang anak laki-laki yang jatuh cinta kepada Ibunya sendiri sebagai seorang kekasih. Pementasan diawali dengan kisah Antiqon terlebih dahulu, kemudian kisah Sangkuriang, dan ditutup dengan kembali ke kisah Antiqon. Pementasan drama ini termasuk ke dalam pementasan drama nonrealis.
Analisis unsur intrinsik “Ngeun (T)eung”, sebagai berikut :
- Tema
Tema dari drama “Ngeun (T)eung” adalah romance (percintaan).
- Karakteristik tokoh
- Sangkuriang
Digambarkan Sangkuriang merupakan sosok laki-laki yang berwatak keras, terutama tentang keinginannya untuk menikahi Dayang Sumbi, Ibunya sendiri. Selain itu, Sangkuriang merupakan sosok yang mudah marah (pemarah) dan durhaka karena ingin menikahi Ibunya.
- Dayang sumbi (Ibu Sangkuriang)
Digambarkan sebagai sosok wanita yang cerdik, terlihat dari pemikiran-pemikirannya untuk mengelabuhi Sangkuriang agar ia tidak jadi menikah dengan anaknya tersebut. Dayang sumbi juga sosok yang teguh dalam mempertahankan kepercayaan dan nilai moral yakni terhadap aturan Ibu dan anak kandung yang tidak bisa menikah.
- Para koor / jin
Digambarkan sebagai sosok-sosok yang patuh terhadap perintah Sangkuriang sebagai pemiliknya.
- Bloking
Bloking Antiqon (awal cerita) :
- Pada awal cerita, terlihat para koor yang memenuhi pentas atau panggung di beberapa titik dan tidak membelakangi penonton.
- Pemeran utama yang bertugas sebagai sutradara sekaligus orang yang membuka pementasan berada di bagian depan panggung atau di depan para penonton.
Bloking Sangkuriang (pertengahan cerita) :
- Pada tahap ini, terlihat Sangkuriang dan Dayang Sumbi sedang berdebat yang berada di bagian tengah panggung.
- Lalu, Dayang Sumbi dikurung menggunakan balok-balok kayu di bagian kanan panggung.
- Sedangkan, Sangkuriang berada di bagian tengah panggung dan dikelilingi oleh para koor atau jin.
Bloking Antiqon (akhir cerita) :
- Sangkuriang berada di bagian tengah panggung dan di kurung menggunakan balok-balok kayu sebagai lambang hukuman yang diberikan atas kedurhakaannya terhadap Dayang Sumbi.
- Dayang sumbi berada di bagian kanan panggung sedang menjalankan peran sebagai orang yang menutup pementasan.
- Pada tahap paling akhir di bagian tengah panggung, Sangkuriang yang di kurung balok-balok kayu dikelilingi oleh para koor dan Dayang Sumbi duduk di bagian depan balok kayu.
- Setting dan properti
Berikut rinciang setting (tempat, waktu, dan suasana) dari pementasan “Ngeun (T)eung).
Ketika Sangkuriang gagal membuat danau dan kapal untuk Dayang Sumbi sebagai persyaratan apabila Sangkuriang ingin menikah dengannya.
- Tempat : di sebuah tanah/lahan kosong
- Waktu : malam menjelang pagi
- Suasana : menegangkan
Ketika Sangkuring mendapat hukuman dari Dayang Sumbi.
- Tempat : di danau
- Waktu : pagi
- Suasana : menegangkan
Properti yang digunakan, yakni :
- Balok-balok kayu,
- Jerami,
- Lampu,
- Kendi,
- Sesaji,
- Kurungan ayam,
- Kain hitam,
- Tongkat,
- Tali,
- Cambuk, dan
- Kertas-kertas.
- Alur cerita
Pada pementasan atau pertujukkan “Ngeun (T)eung” menggunakan alur maju yakni pada alur maju atau disebut juga dengan alur progresif, penulis menyajikan jalan ceritanya secara berurutan dimuali dari tahapan perkenalan ke tahapan penyelesaian secara urut dan tidak diacak. Berikut uraian singkat dari alur cerita “Ngeun (T)eung” :
Ada seorang kakek berjalan menggunakan tongkat dan membawa sebuah kendi. Kakek itu meletakkan kendi diantara sesaji bunga. Kemudian, kakek menceritakan sebuah kisah tentang seorang anak laki-laki yang mendapat hukuman. Jenazahnya tidak bisa dikuburkan dengan layak sebagai hukuman atas kedurhakaan ingin menikah dengan Ibunya sendiri. anak laki-laki tersebut bernama Sangkuriang dan sang Ibu yang bernama Dayang Sumbi.
(catatan : kakek dimainkan oleh sutradara yang sekaligus memerankan Sangkuriang)
Di sebuah lahan kosong, Sangkuriang dan Dayang Sumbi sedang berdebat karena keinginan Sangkuriang menikahinya. Agar Sangkuriang tak jadi menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan sebuah syarat yang sulit untuk dikabulkan. Ia memerintahkan Sangkuriang untuk membuatkan danau beserta kapalnya sebelum matahari terbit. Namun, Sangkuriang malah merasa syarat itu terlalu mudah karena ia memiliki banyak jin yang bisa diperintah. Sangkuriang pun memanggil semua jin itu.
Dayang Sumbi yang menyaksikan para jin bekerja mulai merasa khawatir. Ia mencari ide untuk memanggalkan rencana Sangkuriang. Dia membuat matahari terbit palsu agar para jin ketakutan dan berhenti bekerja. Rencana Dayang Sumbi berjalan dengan baik dan Sangkuriang pun gagal membuat danau dan kapal untuknya. Namun, Sangkuriang tidak terima dan marah besar terhadap Dayang Sumbi.
Akhirnya, Dayang Sumbi menceritakan pada Sangkuriang bahwa dirinya adalah anak kandung dari Dayang Sumbi sendiri dan mereka tidak mungkin bisa menikah. Jika Sangkuriang tetap keras kepala dan tidak mau merubah keputusannya. Maka Dayang Sumbi akan memberikan hukuman mati. Selain itu, jenazah Sangkuriang tak akan bisa dikuburkan dengan layak. Sangkuriang tetap keras kepala dan terjadilah pertempuran.
(catatan : bagian cerita pada paragraf keempat diambil dari kisah Antiqon yakni salah satu tokoh dalam kisah Antiqon tidak dikuburkan dengan layak karena melanggar aturan kerjaan)
Sangkuriang tetap gigih memaksa Dayang Sumbi untuk menikah dengannya. Dia menghiraukan aturan bahwa seorang Ibu dan anak kandung tak bisa menikah. Kemenangan pun berada ditangan Dayang Sumbi. Jenazah Sangkuriang dikurung dalam balok-balok kayu.
- Unsur tata pentas
Tata pentas atau panggung dibuat mirip dengan panggung proscenium, bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium (proscenium arch).
Selain itu, unsur tata pentas lainnya dalam pertunjukkan “Ngeun (T)eung” adalah tata pentas dilengkapi dengan penataan lampu (lighting) dan penataan suara (suara pemain, suara musik) serta para pemain dengan penataan rias dan penataan busana.
- Penyutradaraan
Penyutradaraan dilakukan oleh satu orang yang juga berperan sebagai tokoh utama dalam pementasan.
LAMPIRAN
Daftar Nama Kru Pementasan Drama “Ngen (T)eung”
Tim produksi
Pimpinan produksi : Fina Ratna
Pimpro : Gugun Gunawan
Bendahara : Dwi Rengganis
Konsumsi : Vina
Tim Art
Sutradara : Hendrik Saputro
Dramaturg : M. Chandra Irfan
Penata Artistik : Puji Koswara
Crew : Dodi
Akustik : Dodi dan Rohma
Lighting : Puji Koswara
Aktor :
- Gugun Kaceng
- Laelatul Sani
- Rizal Zombi
- Ari Acun
- Dwi Rengganis
- Chntia Anggraeni
- Ulfa Upeh
- Dhea Safira
- Aulia
- Mila
LAMPIRAN
Dokumentasi Pementasan “Ngen (T)eung”
Pembukaan pementasan : Sutradara menceritakan sedikit alur cerita pementasan
Pertengahan pementasan : adegan kisah Sangkuriang
Akhir pementasan : para pemain berkumpul diatas panggung dan mengucapkan terimakasih
Kegiatan diskusi yaitu tanya-jawab antara kru dan pemain dengan penonton
Foto bersama pemain pementasan “Ngen (T)eung”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar