Minggu, 09 April 2017

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN UNESA '14 : Contoh judul dan latar belakang (penelitian kuantitatif)



Judul : Pengaruh Metode Picture and Picture terhadap Keterampilan Menulis Cerita Pendek pada Siswa di Kelas V SD Negeri 1 Jabon – Sidoarjo Tahun Ajaran 2017/2018

Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi salah satu pembelajaran yang sangat penting di sekolah dasar. Mengingat pentingnya bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan bagi siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia sebaiknya disampaikan dengan menggunakan metode yang tepat dan menarik. Dengan begitu, akan menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal demikian dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia siswa.

Keterampilan berbahasa Indonesia terdiri dari empat aspek keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak menjadi keterampilan berbahasa yang pertama kali dipelajari oleh manusia. Setelah mempelajari dan menguasai keterampilan menyimak, manusia akan mulai mempelajari keterampilan berbicara. Sehingga, sering kali keterampilan berbicara disebut sebagai keterampilan kedua dalam berbahasa. Berikutnya, jika sudah menguasai kedua keterampilan tersebut, manusia mulai mempelajari keterampilan membaca. Mempelajari keterampilan membaca sangatlah penting karena melalui keterampilan membaca manusia dapat memperoleh banyak ilmu, pengetahuan, dan informasi. Lalu, keterampilan menulis yang menjadi keterampilan berbahasa Indonesia terakhir yang harus dikuasai oleh manusia.

Menurut Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat (2010:2), keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut pada kenyataannya berkaitan erat satu sama lain. Artinya, aspek yang satu berhubungan erat dan memerlukan keterlibatan aspek yang lain, tidak bisa tidak. Karena hubungannya yang berkelindan alias sangat erat itulah maka keempat aspek keterampilan  berbaha itu lazim disebut catur tunggal atau empat serangkai keterampilan berbahasa. Aspek yang satu dengan yang lainnya berkaitan erat, saling bergantung, saling berhubungan, tidak dapat dipisahkan. Singkatnya, manusia dapat dikatakan terampil menggunakan bahasa dengan baik apabila manusia tersebut sudah menguasai keempat aspek keterampilan berbahasa dengan baik pula. Artinya, manusia tersebut sudah memiliki keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Salah satu aspek penting dalam keterampilan berbahasa Indonesia yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa adalah keterampilan menulis. Menurut Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat (2010:4), menulis merupakan keterampilan berbahasa aktif. Menulis merupakan kemampuan puncak seseorang untuk dikatakan  terampil berbahasa. Menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks. Menulis-tulisan juga merupakan media untuk melestarikan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Sehingga, dengan menguasai keterampilan menulis akan membantu siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan menulis, salah satunya yaitu keterampilan menulis cerita pendek tidak dimiliki secara otomatis oleh siswa. Dibutuhkan latihan menulis secara terus menerus agar siswa memiliki keterampilan menulis cerita pendek yang baik. Cerita pendek atau cerpen adalah tulisan yang berisi pengalaman atau peristiwa yang diceritakan secara kronologis dan mengandung pesan moral tertentu. Melalui menulis cerita pendek, dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam menyusun kalimat. Memberikan hiburan, menanamkan pesan moral tertentu, dan memotivasi orang lain.

Keterampilan menulis cerita pendek di sekolah dasar diajarkan ketika siswa berada di kelas lima. Guru menyampaikan materi mengenai cerita pendek menggunakan metode ceramah. Lalu, guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat cerita pendek. Cara pembelajaran demikian dinilai sudah cukup baik. Siswa menguasai materi mengenai cerita pendek melalui metode ceramah dan meningkatkan keterampilan menulis siswa melalui latihan berupa pemberian tugas membuat karangan cerita pendek sendiri. Namun, terdapat kekurangan dari cara pembelajaran tersebut. Dengan kemajuan teknologi berupa internet, siswa bisa memanfaatkan internet untuk mencari berbagai contoh cerita pendek. Akibatnya, siswa hanya perlu copy-paste dan mengurangi latihan menulis yang dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek.

Mengingat pentingnya manfaat menguasai keterampilan menulis cerita pendek. Pembelajaran menulis cerita pendek seharusnya disampaikan dengan cara yang lebih tepat. Sehingga, siswa lebih banyak mendapat latihan menulis cerita pendek dan mengurangi pemanfaatan internet untuk copy-paste yang kurang efisien untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa.


Pemilihan metode pembelajaran menulis yang tepat dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa. Disamping guru memberikan bimbingan dan latihan, guru juga harus menentukan metode yang tepat. Metode yang dipakai harus benar-benar dipahami dan dikuasai oleh guru dan menarik minat siswa untuk belajar menulis cerita pendek.

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa, salah satunya metode picture and picture. Metode picture and picture yaitu metode pembelajaran yang menggunakan gambar berseri dalam proses pelaksanaannya. Melalui metode dengan menggunakan media gambar berseri tersebut akan mempermudah siswa  menemukan ide-ide tulisan untuk karangan cerita pendek.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh metode picture and picture terhadap keterampilan menulis cerita pendek siswa. Adapun judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Metode Picture and Picture terhadap Keterampilan Menulis Cerita Pendek pada Siswa di Kelas V SD Negeri 1 Jabon – Sidoarjo Tahun Ajaran 2017/2018.




Daftar pustaka

Daeng Nurjamal, Warta Sumirat. 2010. Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia untuk Memandu Acara : MC-Moderator, Karya Tulis Akademik, dan Surat-Menyurat. Bandung : ALFABETA CV

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN UNESA '14 : Disproportionate Stratified Random Sampling



Probability Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini salah satunya meliputi Disproportionate Stratified Random Sampling.

Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi serstrata tetapi kurang proporsional.

Contoh permasalahan :
Pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP,

Penyelesaian permasalahan :
3 orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2 diambil semuanya sebagai sampel karena 2 kelompok tersebut terlalu kecil jumlahnya bila dibandingkan dengan kelompok lulusan S1, SMU, dan SMP.

Sumber :
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta















Penarikan contoh acak berstrata disproporsional pada dasarnya sama dengan penarikan contoh acak berstrata, hanya saja pada ancangan disproporsional strata yang ada pada populasi tidak sepenuhnya direfleksikan pada contoh yang akan ditarik. Proposi yang ada pada contoh tergantung sepenuhnya pada keputusan peneliti beserta tujuan penelitian.

Misalnya peneliti ingin mengetahui tanggapan pustakawan yang bekerja di sektor swasta tentang tunjangan fungsional dengan status gaji pustakawan berbeda-beda. Peneliti menentukan status ekonomi masing-masing pustakawan swasta berdasarkan segala gaji :
Rp. 300.000,00 atau kurang per bulan masuk strata rendah
Rp. 301.000,00 – Rp. 499.000,00 masuk strata menengah rendah
Rp. 501.000,00 – Rp. 999.000,00 masuk strata menengah
Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 masuk strata menengah tinggi
RP. 2.001.000,00 ke atas masuk strata tinggi

Kemudian komposisi pustakawan swasta tersebut dimasukkan ke dalam strata (Tabel 6-5)

Tabel 6-5, Komposisi gaji pustakawan swasta
Penghasilan per bulan
Komposisi jumlah pustakawan
Komposisi
Tinggi
30
0,03
Menengah tinggi
70
0,07
Menengah
400
0,40
Menengah rendah
300
0,30
Rendah
200
0,20
Total
1.000
1.00

Hasil komposisi populasi sebagai tampak pada tabel 6-6 berikut.






Tabel 6-6. Hasil komposisi populasi
Penghasilan per bulan
Perbandingan tiap strata
Tinggi
3
Menengah tinggi
7
Menengah
40
Menengah rendah
30
Rendah
20
Total
1.00 (N)

Jika peneliti ingin mengetahui pendapat pustakawan mengenai tunjangan fungsional khusus pustakawan yang masuk berpenghasilan rendah, dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah proporsi pustakawan berpenghasilan tinggi dan mengambil tambahan pada pustakawan berpenghasilan rendah. Komposisi contoh berubah sebagai berikut :

Tabel 6-7. Komposisi contoh berstrata disproporsinal
Penghasilan per bulan
Perbandingan tiap strata
Tinggi
2
Menengah tinggi
5
Menengah
30
Menengah rendah
30
Rendah
33
Total
1.00

Dari komposisi pada Tabel 6-7 kemudian peneliti mengambil contoh, dapat berdasarkan pengambilan secara acak dari lotere atau pun dari tabel bilangan acak. Peneliti akan melihat bahwa jumlah contoh pustakawan berpenghasilan rendah yang dijadikan contoh (jumlahnya 33) lebih tinggi daripada jumlah menurut komposisi yang proporsional (seharusnya 20). Inilah yang disebut penarikan contoh secara acak berstrata namun tidak proporsional dengan komposisi yang ada. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin menekankan pendapat strata tertentu mengenai sebuah masalah.



Contoh permasalahan :
Populasi dokumentalis di penjara (vendor) informasi terdiri dari 100 lulusan SLTA, 50 lulusan Diploma 2, 9 lulusan Sarjana, 2 lulusan Magister, dan 1 lulusan Doktor.

Penyelesaian permasalahan :
Dalam permasalahan tersebut, lulusan Magister dan Doktor diambil semuanya sebagai sampel karena 2 kelompok tersebut terlalu kecil jumlahnya bila dibandingkan dengan yang berijazah SLTA dan Diploma 2.

Sumber :
Sulistyo dan Basuki. 2010. Metode Penelitian. Jakarta : Penaku
























RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...