Senin, 07 September 2015

CERPEN SAHABAT : HIMAWARI



Himawari
Ditulis oleh : Nisful Laila (Raira Rin)*

Himawari, begitulah teman-teman memanggilku. Aku adalah setangkai bunga matahari. Bunga matahari yang tidak akan bisa jauh dari kotak tanah tempat aku tinggal, air, pupuk, sinar matahari, dan juga manusia pemilikku. Aku tidak bisa pergi jauh meninggalkan mereka. Aku akan selalu membutuhkan mereka.

Chouchou, menyenangkan bisa bertemu dengan seekor kupu-kupu sepertinya. Kupu-kupu indah yang baik hati, menyenangkan dan tahu banyak hal mengenai dunia ini. Tak seperti kupu-kupu lain yang hanya menginginkan nektarku, Chouchou rela menghampiriku setiap hari untuk menceritakan banyak hal tentang pengalaman hidupnya. Dia mengajariku banyak hal baik. Aku sangat menyukai Chouchou. Aku menyukai Chouchou saat kali pertama melihatnya. Aku menyukai Chouchou tanpa tahu kupu-kupu yang seperti apa dia. Aku juga menyukai Chouchou tanpa tahu apa yang dia miliki dalam hidupnya. Aku pernah mendengar manusia pemilikku bercerita tentang cinta pertama. Kini, karena Chouchou, aku tahu bagaimana rasanya. Tanpa aku sadari, aku menjadi penunggu setia terbitnya matahari. Aku benci ketika matahari mulai menenggelamkan dirinya untuk beristirahat walau hanya sejenak. Ntah, ketika bersamanya waktu menjadi cepat berlalu.

Hari ini, Chouchou akan bercerita mengenai perjalanan hidupnya hingga kami dipertemukan di tempat ini. Chouchou pun mulai bercerita tentang perjalanan hidupnya. Setiap fase dalam hidupnya sungguh membuat aku kagum. Wujudnya yang ada dihadapanku sekarang ini sangat pantas dia dapatkan jika mengingat setiap fase yang sudah dia alami. Kupu-kupu indah yang sekarang sedang bersamaku ini berasal dari sebuah tempat yang cukup jauh dari tempat aku tinggal. Ntah bumi bagian mana tempat asalnya itu, aku belum pernah ke sana.

Petualangannya dimulai ketika dia menjadi sebuah telur yang kecil dan lemah. Seiring dengan berjalannya waktu, telur itu pun menetas menjadi seekor makhluk baru yang disebut ulat. Saat kupu-kupu harus melewati masa menjadi ulat kecil, kebanyakkan makhluk akan menjauhinya karena wujud tubuhnya yang menjijikkan dan bisa menyebabkan gatal jika tersentuh.
“Menjadi ulat adalah bagian paling merepotkan dan penuh perjuangan. Saat aku menjadi seekor ulat akan ada dua makhluk yang aku temukan. Pertama makhluk yang menyukai aku dan mau jadi temanku, kebanyakkan dari mereka sih sesama ulat juga. *hehehe* Kedua makhluk yang tidak menyukai aku dan pastinya ingin membunuhku. Padahal, aku tidak melakukan apapun pada mereka. Aku tidak pernah ingin membuat gatal teman-teman atau manusia yang ada di dekatku. Saat aku menjadi seekor ulat, aku sangat suka makan daun. Aku juga suka berpetualang ke tempat-tempat baru untuk mendapatkan daun yang lebih enak.”

“Mmm.. Untung ya kita bertemu saat kamu sudah menjadi kupu-kupu seperti sekarang? Kalau saja kita bertemu saat kamu masih seekor ulat bisa-bisa habislah daunku.” Kataku membuat Chouchou tertawa. Aku sangat suka mendegar suara tawa Chouchou. Aku suka kedua sayapnya yang berwarna hitam dengan kombinasi beberapa warna putih kecil di masing-masing sayapnya. Aku juga suka melihat dia saat bicara, saat dia sedang makan, atau saat dia sedang terbang.

Setelah berjuang hidup dengan wujud ulatnya, Chouchou masih harus berjuang lagi. Perjuangan yang disebut fase kepompong oleh manusia. Fase dimana dia harus sendirian didalam gulungan-gulungan benang yang rapuh. Sungguh perjalanan hidup yang jauh berbeda dengan perjalanan hidupku. Dalam hidupku, aku terlahir dari sebuah bibit kecil. Manusia pemilikku menyediakan tanah untuk aku tinggal, air dan pupuk untuk aku makan, dan ada sinar matahari yang setia membantu aku untuk tetap hidup. Aku juga memiliki banyak teman. Ada Akaibara, Shirobara, Kiiroibara, Pinku, Sakura, dan yang lain-lain. Aku tidak terbiasa melakukan apapun sendirian. Aku selalu bergantung pada makhluk lain. Sementara ulat, begitu berat perjuangannya untuk menjadi indah seperti sekarang yang bisa aku lihat. Bisakah aku menyukainya saat dia berwujud ulat? Aku rasa tidak semudah itu. Waktu terus berlalu dan fase kepompong itu pun berakhir. Perlahan kupu-kupu keluar dari kepompong dan mulai mencoba untuk mengepakkan sayapnya. Terbang melewati tangkai-tangkai bunga, terbang diatas rerumputan yang hijau, hingga dia sampai di tempatku ini. Pasti menyenangkan bisa terbang berkeliling dan melihat isi dunia dari atas sana.

“Chouchou, terkadang aku merasa iri dengan bunga lain. Coba lihat Akaibara, Shirobara, Kiiroibara, dan Pinku. Mereka adalah bunga mawar yang cantik dan manusia suka menjadikan mereka sebagai lambang dari cinta. Lalu, ada bunga melati yang baunya harum hingga banyak manusia yang menyukainya. Ada juga bunga anggrek, dia sangat indah dan harganya mahal. Pasti menyenangkan jika menjadi bunga seperti mereka. Apalagi menjadi bunga sakura dari Jepang, Si Cherry Blossom lambang negara favorit banyak orang.”

“Kamu tidak boleh merasa iri hanya karena bunga lain memiliki kelebihan yang berbeda darimu. Menjadi mereka tidak se-menyenangkan yang kamu pikir. Bunga mawar? Iya benar lambang cinta. Ditanam, dirawat, dipetik, layu, dan mati. Terkadang, aku merasa aneh, kenapa manusia perempuan sangat senang ketika menerima bunga mawar dari pasangannya? Bunga melati? Iya memang harum. Jangan bayangkan saat kamu harus diolah untuk dijadikan minuman teh. Kamu mengerti, Himawari?”

Aku terdiam setelah mendengar nasihat dari Chouchou, menyentuh. Selama ini, aku tidak pernah memikirkan itu. Ditanam, dirawat, dipetik, layu, dan mati. Diolah untuk dijadikan minuman teh.

“Nah, Himawari, mulai besok pagi lakukan perintahku ini. Pikirkan hal-hal positif mengenai dirimu atau semua hal baik yang kamu miliki di dalam dirimu agar kamu lebih pandai bersyukur.” kata Chouchou sambil tersenyum padaku. Setelah itu, dia terbang untuk pulang ke rumahnya. Namun, ada satu bagian dari perjalanan hidup Chouchou yang tidak dia ceritakan padaku. Hanya satu bagian.

Beberapa hari kemudian..

“Pinku.. kenapa Chouchou tidak pernah datang ke sini lagi ya?” tanyaku.

“Tentu saja. Bukankah seharusnya ini sudah lewat dari tujuh hari.” SahutAkaibara.

“Memangnya kenapa kalau sudah lewat dari tujuh hari? Apa kupu-kupu suka berpindah tempat setelah tujuh hari tinggal?” tanyaku lagi.

“Himawari, saat kamu terlahir sebagai seekor kupu-kupu, sebuah anugerah besar jika kamu diberi umur panjang sepuluh hari. Tapi, jika kamu tidak ditakdirkan memiliki anugerah itu, bersyukurlah karena bisa hidup selama tujuh hari.” Jawab Pinku.

“Kupu-kupu itu memang salah satu ciptaan Tuhan yang indah. Tapi, sebagai gantinya, Tuhan hanya memberi tujuh sampai sepuluh hari untuk mereka hidup.” Tambah Akaibara.



Chouchou, terima kasih untuk persahabatan kita.
Terima kasih sudah mau berteman denganku.
Terima kasih karena sudah mengajariku tentang banyak hal baik.



*Penulis adalah mahasiswa dari PGSD FIP UNESA angkatan 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...