1.
Menulis Cerita
Pendek
Himawari
Ditulis oleh : Nisful Laila
Himawari, begitulah teman-teman memanggilku. Aku adalah
setangkai bunga matahari. Bunga matahari yang tidak akan bisa jauh dari kotak
tanah tempat aku tinggal, air, pupuk, sinar matahari, dan juga manusia pemilikku.
Aku tidak bisa pergi jauh meninggalkan mereka. Aku akan selalu membutuhkan
mereka.
Chouchou, menyenangkan bisa bertemu dengan seekor
kupu-kupu sepertinya. Kupu-kupu indah yang baik hati, menyenangkan dan tahu
banyak hal mengenai dunia ini. Tak seperti kupu-kupu lain yang hanya
menginginkan nektarku, Chouchou rela menghampiriku setiap hari untuk
menceritakan banyak hal tentang pengalaman hidupnya. Dia mengajariku banyak hal
baik. Aku sangat menyukai Chouchou. Aku menyukai Chouchou saat kali pertama
melihatnya. Aku menyukai Chouchou tanpa tahu kupu-kupu yang seperti apa dia.
Aku juga menyukai Chouchou tanpa tahu apa yang dia miliki dalam hidupnya. Aku
pernah mendengar manusia pemilikku bercerita tentang cinta pertama. Kini,
karena Chouchou, aku tahu bagaimana rasanya. Tanpa aku sadari, aku menjadi
penunggu setia terbitnya matahari. Aku benci ketika matahari mulai
menenggelamkan dirinya untuk beristirahat walau hanya sejenak. Ntah, ketika
bersamanya waktu menjadi cepat berlalu.
Hari ini, Chouchou akan bercerita mengenai perjalanan
hidupnya hingga kami dipertemukan di tempat ini. Chouchou pun mulai bercerita
tentang perjalanan hidupnya. Setiap fase dalam hidupnya sungguh membuat aku
kagum. Wujudnya yang ada dihadapanku sekarang ini sangat pantas dia dapatkan
jika mengingat setiap fase yang sudah dia alami. Kupu-kupu indah yang sekarang
sedang bersamaku ini berasal dari sebuah tempat yang cukup jauh dari tempat aku
tinggal. Ntah bumi bagian mana tempat asalnya itu, aku belum pernah ke sana.
Petualangannya dimulai ketika dia menjadi sebuah telur
yang kecil dan lemah. Seiring dengan berjalannya waktu, telur itu pun menetas
menjadi seekor makhluk baru yang disebut ulat. Saat kupu-kupu harus melewati
masa menjadi ulat kecil, kebanyakkan makhluk akan menjauhinya karena wujud
tubuhnya yang menjijikkan dan bisa menyebabkan gatal jika tersentuh.
“Menjadi ulat adalah bagian paling
merepotkan dan penuh perjuangan. Saat aku menjadi seekor ulat akan ada dua
makhluk yang aku temukan. Pertama makhluk yang menyukai aku dan mau jadi
temanku, kebanyakkan dari mereka sih sesama ulat juga. *hehehe* Kedua makhluk
yang tidak menyukai aku dan pastinya ingin membunuhku. Padahal, aku tidak
melakukan apapun pada mereka. Aku tidak pernah ingin membuat gatal teman-teman
atau manusia yang ada di dekatku. Saat aku menjadi seekor ulat, aku sangat suka
makan daun. Aku juga suka berpetualang ke tempat-tempat baru untuk mendapatkan
daun yang lebih enak.”
“Mmm.. Untung ya kita bertemu saat
kamu sudah menjadi kupu-kupu seperti sekarang? Kalau saja kita bertemu saat
kamu masih seekor ulat bisa-bisa habislah daunku.” Kataku membuat Chouchou
tertawa. Aku sangat suka mendegar suara tawa Chouchou. Aku suka kedua sayapnya
yang berwarna hitam dengan kombinasi beberapa warna putih kecil di
masing-masing sayapnya. Aku juga suka melihat dia saat bicara, saat dia sedang
makan, atau saat dia sedang terbang.
Setelah berjuang hidup dengan wujud ulatnya, Chouchou
masih harus berjuang lagi. Perjuangan yang disebut fase kepompong oleh manusia.
Fase dimana dia harus sendirian didalam gulungan-gulungan benang yang rapuh. Sungguh
perjalanan hidup yang jauh berbeda dengan perjalanan hidupku. Dalam hidupku,
aku terlahir dari sebuah bibit kecil. Manusia pemilikku menyediakan tanah untuk
aku tinggal, air dan pupuk untuk aku makan, dan ada sinar matahari yang setia
membantu aku untuk tetap hidup. Aku juga memiliki banyak teman. Ada Akaibara,
Shirobara, Kiiroibara, Pinku, Sakura, dan yang lain-lain. Aku tidak terbiasa
melakukan apapun sendirian. Aku selalu bergantung pada makhluk lain. Sementara
ulat, begitu berat perjuangannya untuk menjadi indah seperti sekarang yang bisa
aku lihat. Bisakah aku menyukainya saat dia berwujud ulat? Aku rasa tidak
semudah itu. Waktu terus berlalu dan fase kepompong itu pun berakhir. Perlahan
kupu-kupu keluar dari kepompong dan mulai mencoba untuk mengepakkan sayapnya.
Terbang melewati tangkai-tangkai bunga, terbang diatas rerumputan yang hijau,
hingga dia sampai di tempatku ini. Pasti menyenangkan bisa terbang berkeliling
dan melihat isi dunia dari atas sana.
“Chouchou, terkadang aku merasa
iri dengan bunga lain. Coba lihat Akaibara, Shirobara, Kiiroibara, dan Pinku.
Mereka adalah bunga mawar yang cantik dan manusia suka menjadikan mereka
sebagai lambang dari cinta.Lalu, ada bunga melati yang baunya harum hingga
banyak manusia yang menyukainya. Ada juga bunga anggrek, dia sangat indah dan harganya
mahal. Pasti menyenangkan jika menjadi bunga seperti mereka. Apalagi menjadi
Sakura, Si Cherry Blossom lambang negara favorit banyak orang.”
“Kamu tidak boleh merasa iri hanya
karena bunga lain memiliki kelebihan yang berbeda darimu. Menjadi mereka tidak
se-menyenangkan yang kamu pikir. Bunga mawar? Iya benar lambang cinta. Ditanam,
dirawat, dipetik, layu, dan mati. Terkadang, aku merasa aneh, kenapa manusia
perempuan sangat senang ketika menerima bunga mawar dari pasangannya? Bunga
melati? Iya memang harum. Jangan bayangkan saat kamu harus diolah untuk
dijadikan minuman teh. Kamu mengerti, Himawari?”
Aku terdiam
setelah mendengar nasihat dari Chouchou, menyentuh. Selama ini, aku tidak pernah
memikirkan itu. Ditanam,
dirawat, dipetik, layu, dan mati. Diolah untuk dijadikan minuman teh.
“Nah, Himawari, mulai besok pagi lakukan perintahku ini. Pikirkan
hal-hal positif mengenai dirimu atau semua hal baik yang kamu miliki di dalam
dirimu agar kamu lebih pandai bersyukur.” kata Chouchou sambil tersenyum
padaku. Setelah itu, dia terbang untuk pulang ke rumahnya. Namun, ada satu
bagian dari perjalanan hidup Chouchou yang tidak dia ceritakan padaku. Hanya
satu bagian.
Beberapa hari kemudian..
“Pinku.. kenapa Chouchou tidak pernah datang ke sini lagi ya?”
tanyaku.
“Tentu saja. Bukankah seharusnya ini sudah lewat dari tujuh hari.” SahutAkaibara.
“Memangnya kenapa kalau sudah lewat dari tujuh hari? Apa kupu-kupu suka
berpindah tempat setelah tujuh hari tinggal?” tanyaku lagi.
“Himawari, saat kamu terlahir sebagai seekor kupu-kupu, sebuah
anugerah besar jika kamu diberi umur panjang sepuluh hari. Tapi, jika kamu
tidak ditakdirkan memiliki anugerah itu, bersyukurlah karena bisa hidup selama
tujuh hari.” Jawab Pinku.
“Kupu-kupu itu memang salah satu ciptaan Tuhan yang indah. Tapi,
sebagai gantinya, Tuhan hanya memberi tujuh sampai sepuluh hari untuk mereka
hidup.” Tambah Akaibara.
Chouchou, terima kasih untuk persahabatan kita.
Terima kasih sudah mau berteman denganku.
Terima kasih karena sudah mengajariku tentang
banyak hal baik.
2.
Menulis Naskah
Drama Berdasarkan Cerita Pendek “Himawari”
Hari ini,
Chouchou akan menceritakan perjalanan hidupnya kepada Himawari.
Chochou : Selamat pagi, Himawari.
Himawari : Oh hai Chouchou, selamat pagi juga.
Chouchou : Himawari, aku punya cerita nih? Kamu
mau dengerin ga?
Himawari : Ah iya, tentu saja.
Chochou : Tapi, sebelum itu, aku juga punya
mantra ajaib dan kamu harus
mengucapkannya
dulu jika ingin mendengarkan ceritaku.
Himawari : Bagaimana mantranya?
Chouchou : Bunga bersinar tunjuk kekuatan. Balikkan waktu balikkan milikku. Sembuhkan
luka, ubahlah nasib, selamatkanlah. Kembalikkan semua. Semua milikku.
Himawari : Bunga bersinar tunjuk kekuatan. Balikkan waktu balikkan milikku.
Sembuhkan luka, ubahlah nasib, selamatkanlah. Kembalikkan
semua. Semua milikku.
Chouchou pun mulai bercerita tentang
perjalanan hidupnya. Petualangannya dimulai ketika dia menjadi sebuah telur
yang kecil dan lemah. Seiring dengan berjalannya waktu, telur itu pun menetas
menjadi seekor makhluk baru yang disebut ulat. Saat kupu-kupu harus melewati
masa menjadi ulat kecil, kebanyakkan makhluk akan menjauhinya karena wujud
tubuhnya yang menjijikkan dan bisa menyebabkan gatal jika tersentuh.
Setelah berjuang hidup dengan wujud ulatnya,
Chouchou masih harus berjuang lagi. Perjuangan yang disebut fase kepompong oleh
manusia. Fase dimana dia harus sendirian didalam gulungan-gulungan benang yang
rapuh. Sungguh perjalanan hidup yang jauh berbeda dengan perjalanan hidup
Himawari. Dalam hidup Himawari, dia terlahir dari sebuah bibit kecil. Manusia
pemiliknya menyediakan tanah untuk dia tinggal, air dan pupuk untuk dia makan,
dan ada sinar matahari yang setia membantu dia untuk tetap hidup. Himawari juga
juga memiliki banyak teman. Ada Akaibara, Shirobara, Kiiroibara, Pinku, dan
Sakura. Sementara ulat, begitu berat perjuangannya untuk menjadi indah seperti
sekarang yang bisa Himawari lihat. Waktu terus berlalu dan fase kepompong itu
pun berakhir.
Perlahan kupu-kupu keluar dari kepompong dan mulai
mencoba untuk mengepakkan sayapnya. Terbang melewati tangkai-tangkai bunga,
terbang diatas rerumputan yang hijau, hingga dia sampai di tempat tinggal
Himawari.
Himawari :
Mmm.. Pasti menyenangkan bisa terbang berkeliling ke beberapa tempat
baru sepertimu.
Chouchou :
Benarkah? Jika saja aku ditakdirkan menjadi setangkai bunga maka aku ingin
menjadi dirimu, Himawari. Setangkai bunga matahari yang
cantik.
Himawari :
(tertawa kecil) Apa yang sedang kamu katakan, Chouchou? Hmmm..
Chouchou, terkadang aku merasa iri dengan bunga lain.
Coba lihat Akaibara, Shirobara, Kiiroibara, dan Pinku. Mereka adalah bunga
mawar yang cantik dan manusia suka menjadikan mereka sebagai lambang dari
cinta.Lalu, ada bunga melati yang baunya harum hingga banyak manusia yang
menyukainya. Ada juga bunga anggrek, dia sangat indah dan harganya mahal. Pasti
menyenangkan jika menjadi bunga seperti mereka.
Chouchou :
Kamu tidak boleh merasa iri hanya karena bunga lain memiliki kelebihan
yang berbeda darimu. Menjadi mereka tidak se-menyenangkan
yang kamu pikir. Bunga mawar? Iya benar lambang cinta. Ditanam, dirawat,
dipetik, layu, dan mati. Bunga melati? Iya memang harum. Jangan bayangkan saat
kamu harus diolah untuk dijadikan minuman teh. Kamu mengerti, Himawari?
Himawari :
(hanya terdiam karena mendengar nasihat dari Chouchou)
Chouchou : Nah, Himawari, mulai besok pagi lakukan perintahku ini. Pikirkan
hal-hal
positif
mengenai dirimu atau semua hal baik yang kamu miliki di dalam dirimu agar kamu
lebih pandai bersyukur. Kamu mengerti, Himawari?
Himawari : Siap tuan pemakan nektar.
Beberapa hari
kemudian...
Hari ini,
Himawari sedang menunggu kedatangan Chouchou bersama teman-temannya yaitu
Akaibara dan Pinku.
Himawari : Pinku.. kenapa Chouchou tidak pernah
datang ke sini lagi ya?
Akaibara : Tentu saja. Bukankah seharusnya ini
sudah lewat dari tujuh hari.
Himawari : Memangnya kenapa kalau sudah lewat dari
tujuh hari? Apa kupu-kupu suka
berpindah
tempat setelah tujuh hari tinggal?
Pinku : Himawari, saat kamu terlahir
sebagai seekor kupu-kupu, sebuah anugerah
besar jika kamu
diberi umur panjang sepuluh hari. Tapi, jika kamu tidak ditakdirkan memiliki
anugerah itu, bersyukurlah karena bisa hidup selama tujuh hari.
Akaibara : Kupu-kupu itu memang salah satu
ciptaan Tuhan yang sangat indah. Tapi,
sebagai
gantinya, Tuhan hanya memberi tujuh sampai sepuluh hari untuk mereka hidup.
Himawari : Benarkah? Kenapa Chouchou tidak bilang?
Dia bahkan tidak mengucapkan
selamat tinggal
padaku.
Pinku : Aku turut menyesal, Himawari.
Aku pikir kamu sudah tahu tentang ini.
Akaibara : Chouchou pasti punya alasan untuk
tidak mau menceritakan ini padamu.
Pinku : Mungkin saja dia tidak bisa
melihatmu bersedih. Jadi, bersemangatlah.
Himawari : Terima kasih Akaibara.. Pinku..
3.
Menganalisis
Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Himawari”
A.
TEMA
Tema
dari cerita pendek “Himawari” adalah persahabatan antara Himawari (bunga
matahari) dan Chouchou (kupu-kupu).
B.
PENOKOHAN
1)
Himawari
-
Kurang percaya
diri
-
Kurang pandai
bersyukur
-
Suka bercanda
2)
Chouchou
-
Pandai
bersyukur
-
Pandai
memotivasi teman
-
Pandai
menasehati teman
3)
Akaibara
-
Baik hati
4)
Pinku
-
Baik hati
C.
LATAR/SETTING
Tempat : Taman bunga
Waktu :
-
Pagi (Saat Chouchou bercerita tentang perjalanan hidupnya)
-
Pagi (Saat Himawari sedang mengobrol dengan Akaibara dan Pinku)
Suasana :
-
Tenang (Saat
Chouchou menasihati Himawari)
-
Sedih (Saat
Akaibara dan Pinku memberitahu Himawari bahwa Chouchou telah mati.
D.
ALUR
Cerita
pendek “Himawari” menggunakan alur maju.
Alur maju yaitu cerita pendek dimulai dari awal hingga akhir.
E.
SUDUT PANDANG
Cerita
pendek “Himawari” menggunakan sudut pandang orang pertama. Sudut pandang orang
pertama yaitu pengarang terlibat langsung dalam cerita ditandai penggunaan kata
ganti orang, dia, mereka dan sebagainya atau menggunakan nama tokoh.
F.
AMANAT
-
Setiap ciptaan
Tuhan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oleh karena itu, bukan
hanya bisa melihat kekurangan diri sendiri, kita juga harus bisa melihat
kelebihan diri sendiri agar kita lebih bersyukur.
-
Jangan merasa
iri dengan kelebihan yang dimiliki oleh teman kita. Terkadang, menjadi orang
lain dengan segala kelebihannya tidak se-menyenangkan seperti kelihatannya.
-
Pada dasarnya,
hidup itu singkat. Oleh karena itu, isilah hidup dengan melakukan hal-hal yang
baik seperti berbagi pengalaman yang bisa memotivasi teman kita.