Jumat, 16 Oktober 2015

Pentingnya Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar


Makalah Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia

“Pentingnya Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar”



Dosen Pengampu : Drs. Hendratno M.Hum

Disusun Oleh  : Nisful Laila (14010644045)




                                                                                                        


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2015


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah  Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia yang penulis beri judul “Pentingnya Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
     1.    Yth.Bpk. Drs. Hendratno M.Hum selaku dosen mata kuliah Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
     2.    Kedua orang tua yang memberikan motivasi kepada penulis.
     3.    Rekan-rekan seperjuangan.
     4.    Serta semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini.

Akhirnya tegur sapa dan kritikan yang sifatnya membangun sangatlah penulis harapkan dari para pembaca yang budiman dan para ahli, demi untuk menyempurnakan pada penyusunan berikutnya dan mudah-mudahan dalam penyusunan makalah ini senantiasa disertai dengan hidayah dari Allah SWT sehingga dapat membawa manfaat bagi kita sekalian. Amin.





Surabaya, 1 Oktober 2015



Penulis


DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
A.    Latar Belakang                
B.     Rumusan Masalah          
C.     Tujuan     
D.    Manfaat        

BAB II

A.    Pentingnya Peningkatan Keterampilan Berbahasa dalam
Pembelajaran di Sekolah Dasar        
B.     Peningkatan Keterampilan Menyimak         
C.     Peningkatan Keterampilan Berbicara     
D.    Peningkatan Keterampilan Membaca    
E.     Peningkatan Keterampilan Menulis         
BAB III
A.    Kesimpulan           
B.     Saran    
Daftar Pustaka






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar manusia melakukan komunikasi langsung atau tatap muka dengan bahasa lisan. Di pasar, di toko, di perkantoran, dan di keluarga, serta masyarakat, manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan berbahasa lisan. Selain itu, manusia juga melakukan komunikasi tidak langsung yang biasa dilakukan melalui surat atau e-mail. Untuk komunikasi langsung memerlukan keterampilan berbicara dan menyimak. Dalam kegiatan komunikasi langsung yaitu berbicara dan menyimak seperti itu, para peserta komunikasi saling berganti peranan. Suatu saat menjadi pembicara, pada saat lain menjadi pendengar. Suatu saat yang satu menjadi pembicara, yang lainnya menjadi pendengar atau lawan bicara. Sedangkan, untuk komunikasi tidak langsung memerlukan keterampilan membaca dan menulis. Membaca dan menulis sebagai aktifitas komunikasi ibarat mata uang logam yang sisi-sisinya saling melengkapi. White (1980) mengatakan bahwa anatara membaca dan menulis terdapat hubungan yang saling menunjang dan melengkapi. Artinya, kebiasaan membaca tidak mungkin terlaksana tanpa kebiasaan menulis atau mengarang, sebaliknya kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh kebiasaan membaca.

Selain untuk komunikasi, pentingnya peningkatan keterampilan berbahasa juga dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan atau profesi. Profesi-profesi di bidang hubungan masyarakat, pemasaran atau penjualan, politik, hukum (jaksa, hakim, pengacara) adalah contoh-contoh bidang pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya keterampilan berbahasa, baik berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Terutama bagi mereka yang memiliki profesi sebagai seorang guru. Keterampilan berbahasa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di sekolah dasar. Sebagai guru, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada para siswa dan para siswa juga akan mengalami kesulitan menangkap pelajaran yang kita sampaikan bila keterampilan berbahasa yang kita miliki tidak memadai. Dari uraian tersebut menunjukkan kepada kita betapa pentingnya peningkatan keterampilan atau kemampuan berbahasa yang terdiri dari keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis dalam pembelajaran di sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah pentingnya peningkatan keterampilan berbahasa dalam pembelajaran di sekolah dasar?
2.      Bagaimanakah peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan menyimak?
3.      Bagaimanakah peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan berbicara?
4.      Bagaimanakah peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan membaca?
5.      Bagaimanakah peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan menulis?

C. Tujuan

1.      Untuk mengetahui pentingnya peningkatan keterampilan berbahasa dalam pembelajaran di sekolah dasar.
2.      Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan menyimak.
3.      Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan berbicara.
4.      Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan membaca.
5.      Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan menulis.

D. Manfaat

1.      Memberitahu pembaca tentang pentingnya peningkatan keterampilan berbahasa dalam pembelajaran di sekolah dasar.
2.      Memberitahu pembaca tentang peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan menyimak.
3.      Memberitahu pembaca tentang peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan berbicara.
4.      Memberitahu pembaca tentang peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan membaca.
5.      Memberitahu pembaca tentang peningkatan keterampilan berbahasa melalui keterampilan menulis.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pentingnya Peningkatan Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbriter, digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama, mengindentifikasi diri dan berkomunikasi. Dalam berkomunikasi kita menggunakann keterampilan berbahasa yang telah kita miliki, seberapapun tingkat atau kualitas keterampilan itu. Ada orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal sehingga setiap tujuan komunikasinya mudah tercapai. Namun, ada pula orang yang sangat lemah tingkat keterampilannya sehingga bukan tujuan komunikasinya tercapai, tetapi malah terjadi salah pengertian yang berakibat suasana komunikasi menjadi buruk. Bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan yang dimaksud bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakainya.

Dapat dibayangkan apabila kita tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita tidak dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan fakta yang disampaikan oleh orang kepada kita. Jangankan tidak memiliki kemampuan, seperti yang dikemukakan di atas, kitapun akan mengalami apabila keterampilan berbahasa yang kita miliki tergolong rendah.

Pentingnya peningkatan keterampilan berbahasa dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah sebagai calon guru, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada para siswa bila keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau dipihak lain para siswa akan mengalami kesulitan menangkat pelajaran yang kita sampaikan secara lisan karena keterampilan berbicara yang kta miliki tidak memadai atau karena kemampuan siswa rendah dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya apabila kita tidak dapat memperoleh pengetahuan yang disampaikan para pakar apabila kita tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Untuk meningkatkan keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi pembelajaran di sekolah dasar dapat dilakukan dengan cara meningkatkan keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis tersebut.
B.     Peningkatan Keterampilan Menyimak
Ketermpilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh anak manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Sebelum seseorang atau anak dapat melakukan berbicara, membaca, apalagi menulis, kegiatan menyimaklah yang pertama kali dlakukan. Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan terakhir menulis.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan ialah bila menyimak dipandang sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar. Menyimak sebagai suatu kegiatan belajar mengajar tidak dapat berdiri sendiri, terlepas dari kegiatan berbahasa yang lain seperti berbicara atau menulis. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini pembelajar pun dalam kegiatan menyimak tidak dipisahkan secara ketat dengan kegiatan berbahasa yang lain. Artinya, kegiatan menyimak haruslah didahului atau diikuti dengan kegiatan menulis, membaca, atau berbicara.

Kegiatan menyimak sudah mencakup mendengar dan mendengarkan (Akhadiah, 1991/1992). Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimaknya. Untuk dapat memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses. Proses tersebut terdiri dari enam tahapan seperti tampak pada diagram berikut ini :



C.    Peningkatan Keterampilan Berbicara
Berbicara sebagai salah satu unsur kemampuan berbahasa sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. hal ini dibuktikan dari kegiatan pengajaran berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam praktiknya, pengajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh murid berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya bercerita atau berpidato. Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu. Akibatnya, pengajaran berbicara di sekolah-sekolah itu kurang menarik. Siswa yang mendapat giliran merasa tertekan sebab di samping siswa itu harus mempersiapkan bahan sering kali guru melontarkan kritik yang berlebih-lebihan. Sementara itu, siswa yang lain merasa kurang terikat pada kegiatan itu kecuali ketika mereka mendapat giliran.

Agar seluruh anggota kelas dapat terlibat dalam kegiatan pengajaran berbicara, hendaklah selalu dingat bahwa hakikatnya berbicara itu berhubungan dengan kegiatan berbicara yang lain seperti menyimak, membaca, dan menulis, serta berkaitan dengan pokok-pokok pembicaraan. Dengan demikian, sebaiknya pengajaran berbicara mempunyai aspek komunikasi dua arah dan fungsional. Di samping itu, pengajaran berbicara perlu memperhatikan dua faktor yang mendukung ke arah tercapainya pembicaraan yang efektif, yaitu faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor kebahasaan yang perlu diperhatikan ialah : (1) pelafalan bunyi bahasa, (2) penggunaan intonasi, (3) pemilihan kata dan ungkapan, (4) penyusunan kalimat dan paragraf. Sementara itu, faktor non kebahasaan yang mendukung keefektifan berbicara ialah : (1) ketenangan dan kegairahan, (2) keterbukaan, (3) keintiman, (4) isyarat nonverbal, dan (5) topik pembicaraan.

Peningkatan keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan cara mempelajari (1) bercerita, (2) berdialog, (3) berpidato, dan (4) diskusi atau kegiatan lain yang menuntut keterampilan berbicara. Selain itu, peningkatan keterampilan berbicara dapat dilakukan melalui meningkatkan keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat langsung. Bunyi dan suara merupakan faktor penting dalam keterampilan berbicara dan menyimak. Peningkatan keterampilan menyimak akan meningkatkan keterampilan berbicara karena keterampilan berbicara dipelajari melalui keterampilan menyimak.

D.    Peningkatan Keterampilan Membaca
Membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil. Membaca sebagai suatu proses merupakan semua kegiatan dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan melalui tahap-tahap tertentu (Burnsm 1985). Proses tersebut berupa penyandian kembali dan penafsiran sandi. Kegiatannya dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya (Anderson, 1986). Sedangkan, membaca sebagai hasil berupa dicapainya komunikasi pikiran dan perasaan penulis dengan pembaca. Komunikasi itu terjadi karena terdapat kesamaan pengetahuan dan asumsi antara pembaca dan penulis. Komunikasi yang terjadi bergantung pada pemahaman yang dirasakannya melalui semua proses membaca. Oleh karenanya, membaca sering disebut proses konstruktif (menyusun gagasan atau makasud penulis).

Peningkatan keterampilan membaca dapat dilakukan dengan cara berlatih membaca secara bebas dan bersifat individual, dapat pula dilakukan secara terstruktur, terbimbing, seperti dalam kegiatan belajar mengajar. Membaca sebagai suatu kegiatan belajar mengajar tidak dapat berdiri sendiri. Kegiatan membaca selalu terkait dengan kegiatan berbahasa yang lain, yaitu berbicara dan menulis. Berikut keterkaitan keterampilan membaca dengan keterampilan menulis :
Dalam kegiatan membaca pemahaman sering kali kita harus menulis catatan-catatan, bagan, rangkuman, dan komentar mengenai isi bacaan guna menunjang pemahaman kita terhadap isi bacaan, bahkan kadang-kadang kits merasa perlu untuk menulis laporan mengenai isi bacaan guna berbagi informasi kepada pembaca lain atau justru sekedar memperkuat pemahaman kita mengenai isi bacaan. Selain itu, mungkin pula kita terdorong untuk menulis resensi atau kritik terhadap suatu tulisan yang telah kita baca. Jadi, tampak begitu erat kaitan antara aktifitas membaca dan menulis dalam kegiatan berbahasa.
E.     Peningkatan Keterampilan Menulis
Meskipun telah disadari bahwa penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern, dalam kenyataannya pengajaran keterampilan menulis kurang mendapatkan perhatian. Pelly (1992) mengatakan bahwa pelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran dan latihan pokok kini kurang mendapatkan perhatian, baik dari para siswa maupun para guru. Pelajaran mengarang sebagai salah satu aspek dalam pengajaran bahasa Indonesia kurang ditangani secara sungguh-sungguh. Akibatnya, kemampuan berbahasa para siswa kurang memadai. Badudu (1985) berpendapat bahwa rendahnya kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianakritikan.
           
Bertolak dari kenyataan itu pengajaran menulis perlu digalakkan di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di PGSD. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar adalah calon guru yang nantinya harus mengajarkan pengajaran menulis kepada anak didiknya. Apabila mereka belum mendapatkan pengajaran menulis maka mustahil mereka dapat mengajarkannya dengan baik. Boleh jadi mereka hanya akan memberikan teori tentang menulis dan bukan keterampilan menulis. Aktifitas menulis yang sering dilakukan oleh guru setidaknya dapat dijadikan contoh dan keteladanan bagi anak didiknya.

Proses menulis terdiri dari beberapa tahap yaitu :



1.      Pramenulis
Merupakan tahan persiapan. Pada tahap ini penulis melakukan berbagai kegiatan. Misalnya menemukan ide gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka, dan mengumpulkan bahan-bahan.

2.      Menulis
Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam bentuk tulisan. Ide-ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf. Selanjutnya, paragraf-paragraf itu dirangkaian menjadi satu karangan yang utuh.

3.      Merevisi
Pada tahap merevisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide-ide pokok dan ide penjelas, serta sistematika dan penalarannya. Sementara itu, aspek kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur bahasa, ejaan, dan tanda baca.

4.      Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal melaksanakan pengeditan. Dalam pengeditan diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi.

5.      Mempublikasikan
Mempublikasikan memiliki dua pengertian. Pengertian pertama, mempublikasikan berarti menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan. Sedangkan, pengertian kedua berarti menyampakaikan karangan kepada publik dalam bentuk noncetakan.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Pentingnya peningkatan keterampilan berbahasa dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah sebagai calon guru, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada para siswa bila keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau dipihak lain para siswa akan mengalami kesulitan menangkat pelajaran yang kita sampaikan secara lisan karena keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau karena kemampuan siswa rendah dalam mendengarkan.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Untuk meningkatkan keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi pembelajaran di sekolah dasar dapat dilakukan dengan cara meningkatkan keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis tersebut.

B.     Saran
Agar memiliki keterampilan dalam berbahasa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dan melakukan pekerjaan atau profesi, terutama bagi yang sudah memiliki profesi sebagai guru atau akan menjadi seorang guru dalam pembelajaran di sekolah terutama sekolah dasar, kita harus mengetahui, mempelajari, dan berlatih dengan tekun mengenai keempat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Jika kita meningkatkan keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis maka keterampilan berbahasa kita juga akan meningkat.



DAFTAR PUSTAKA

Rofiudin, Ahmad, Damiyati Zuhdi. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Surabaya. Surabaya: UNESA Press.

Hariyadi, Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surabaya: UNESA Press.

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Zaenal, Tasai Amran. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.

Mulyati, Yeti. Dkk.2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...