“Mathematic
Kiss”
Terima
kasih untuk pemilik blog Http://Rifandy23.blogspot.com
atas tulisan anda mengenai “Cara Membuktikan Jumlah Sudut Segitiga adalah 180 Derajat” yang menjadi inspirasi untuk
saya menulis fanfic yang mungkin teramat ga jelas ini. (^_^) Sebenarnya, saya
tuh pengeeen gitu sekali-sekali bikin songfic. Tapi, ga ada imajinasi yang
mengarah ke sana. huh, sebel eun.. thanks to teman-teman yang ga sengaja nemu
dan baca nih fanfic. Boleh kasih saran. Boleh kasih kritik. Boleh kasih
komentar. (^_^)
A Fanfiction
Imajinated by Raira Rin.
Disclaimer
: Naruto beserta segenap keluarga besar Akatsuki adalah kepunyaan Masashi
Kishimoto.
Pairing
: Pain (Akatsuki) X Konan (Akatsuki)
Genre
: Fluff
Rated
: T
Length
: 1312 words
Warning
: AU, little OOC, banyak percakapan, kalimat aneh, tanda baca amburadul, fanfic
yang dikutuk Dewa Jashinnya Hidan. (T_T)
Summary
: Pain yang tidak kalah jenius dari Itachi dan Kakuzu dalam masalah hitung
berhitung mendapat tugas untuk menjadi guru privat matematika Konan. Konan pun
memanfaatkan fenomena ini untuk mendapatkan tiket candle light dinner bersama
Pain. Apakah Konan berhasil berhasil berhasil, horeee?
Have
a nice read
Arigatou, mina-san..
Suatu Minggu di Amegakure..
Segitiga adalah nama suatu bentuk yang dibuat dari tiga
sisi yang berupa garis lurus dan tiga sudut. Matematikawan Euclid yang hidup
sekitar tahun 300 SM menemukan bahwa jumlah ketiga sudut di suatu segitiga pada
bidang datar adalah 180 derajat. Untuk membuktikan bahwa jumlah sudut dalam
segitiga 180 derajat, ada tiga cara yang dapat dilakukan. Pertama, pembuktian
dengan menggunakan alat ukur sudut atau busur derajat. Ini adalah cara paling
sederhana dan mudah apabila kita mempunyai busur derajat. Misal kita punya segitiga
sembarang seperti pada gambar di buku halaman 33 dan diberi nama tiap titik
sudutnya yaitu A, B, dan C. Pada segitiga terdapat sudut CAB, sudut ABC, dan
sudut ACB. Dengan menggunakan busur derajat asing-masing sudut diukur dan
dihitung besar sudutnya. Setelah itu, ketiga sudut tersebut dijumlahkan dan
hasilnya akan berjumlah 180 derajat. CAB + ABC + ACB = 180.
Cara kedua, pembuktian dengan memperpanjang garis dari
salah satu sisi. Pertama, buat segitiga sembarang. Setiap titik sudut diberi
nama. Misalkan titik C segaris dengan AC. Lalu, kita beri titik dan nama yaitu
D sehingga kita mendapat garis CD. Melalui titik C, buat garis yang sejajar
dengan AB. Setelah itu diberi titik dan nama yaitu E yang menghasilkan garis
CE. Sehingga garis AB, garis CE sudut ABC berseberangan dalam dengan sudut BCE,
jadi sudut ABC = sudut BEC. Sudut BAC sehadap dengan sudut DCE, jadi sudut BAC
= sudut DCE dan dapat kita simpulkan bahwa sudut ACB + BCE + DCE = 180. Cara
ketiga, pembuktian dengan menggunakan bantuan garis yang sejajar salah satu
sisi. Buat segitiga sembarang dan beri nama tiap titik sudutnya, misalkan A, B,
dan C. Buatlah garis yang sejajar sisi AB dan melalui titik C, beri nama garis
tersebut DE. Sudut CAB berseberangan dalam dengan sudut ACD, sudut CAB = sudut
ACD = X. Sudut ABC berseberangan dalam dengan sudut BCE, sudut ABC = sudut BCE
= Y dan besar sudut ACB yaitu Z. Sehingga jumlah sudut ACD + ACB + BCE = X + Z
+ Y = 180. (Rifandy23.blogspot.com)
Pain sibuk menjelaskan cara membuktikan jumlah sudut
segitiga adalah 180 derajat kepada Konan
sambil mondar-mandir pelan. Sudah seminggu ini dia mendapat tugas dari
Orochimaru-sensei untuk membantu Konan belajar karena nilai matematika Konan
yang bisa dibilang (kalian tahu-lah). Sementara itu, Konan malah sibuk
memandangi classmate sekaligus guru privat dadakannya itu dengan tatapan maju
mundur cantik. Rambut oranye yang acak-acak keren. Mata ungu yang tajam.
Rentetat tindik di hidung mancungnya. Bibirnya yang tipis-tipis sexy. Kombinasi
pemandangan yang sempurna untuk menikmati hari minggu yang cerah ceria.
Ditambah dengan beberapa camilan dan minuman dingin. Kamar bernuansa jubah
Akatsuki milik Pain pun berubah menjadi dunia fanfic dengan Pain dan dia
sebagai tokoh utama.
“Pain-sensei, aku bosan
belajar matematika terus. Belajar yang lain ya?”
“Aku tidak dibayar untuk
mengajarimu mata pelajaran yang lain. Bahkan, aku juga tidak dibayar untuk
mengajarimu matematika.”
“Perhitungan sekali. Makanya
jangan banyak bergaul dengan Kakuzu.”
“Aku mau ambil minuman dingin
lagi. Kau kerjakan saja soal-soal di buku ini.” perintah Pain lalu meninggalkan
Konan di kamarnya bersama buku-buku yang berserakan di meja dan lantai.
“Aku tahu dia itu memang
tampan. Tapi? Aku tidak mengerti sama sekali yang dia ajarkan padaku. Hehehe..”
kata Konan. “Lagipula, untuk ukuran laki-laki, dia itu sedikit aneh. Ada
perempuan cantik di kamarnya dia malah tertarik untuk belajar matematika.
Hemmm..”
Konan melepas jepit rambut berbentuk mawar putih dari
rambutnya. Membiarkan rambut biru keungu-unguannya terurai bebas tertiup
hembusan angin yang berasal dari kipas angin di kamar Pain. Mata cantiknya yang
berwarna oranye perlahan terasa sangat berat. Hingga akhirnya... BRUK!!! Konan
pun tertidur. Kepalanya jatuh ke meja menindih buku matematika yang berisi
soal-soal yang merepotkan otaknya. Tidak lama kemudian, Pain kembali ke
kamarnya dan mendapati Konan yang sudah tertidur cantik seperti anak kecil yang
kelelahan karena banyak bermain. Ditariknya selimut untuk melindungi tubuh mungil
Konan dari angin. Tanpa perintah, tangan Pain reflek membelai lembut rambut sebahu Konan dan
tiba-tiba..
“DORR!!!” getak Konan. Pain
langsung menggeser tubuh atletisnya dari tubuh mungil Konan.
“Hayooo Pain-sensei mau
berbuat apa sama Konan-chan?” goda Konan sambil menunjuk hidung bertindik Pain.
“Jangan tidur sembarangan di
kamar laki-laki. Itu tidak sopan tahu!” balas Pain mengalihkan pembicaraan
sambil menyingkirkan jari Konan dari hidungnya.
“Ini membosankan. Bagaimana
kalau kita taruhan?” tantang Konan.
"Taruhan apa?" tanya Pain.
“Kalau nilai ulangan harian
matematikaku minggu depan lebih baik dari nilaimu. Kamu harus mengajakku kencan
di depan teman-teman Akatsuki.”
“Kalau kau yang kalah?”
“Kamu yang putuskan sendiri.”
“Nanti kau menyesal kalau aku
yang putuskan.”
“Sudah putuskan saja
keinginanmu jika aku yang kalah.”
“Cium aku di depan
teman-teman Akatsuki. Bukan di sini (nunjuk pipi) tapi di bagian yang ini
(nunjuk bibir).”
Seketika darah Konan
berkumpul di kedua pipinya menandakan kalau dia sedang malu. “B-baiklah! Aku
tidak takut!.”
Satu minggu kemudian..
Orochimaru-sensei memasuki ruang kelas Akatsuki dengan
membawa tumpukan-tumpukan kertas yang berisi soal-soal matematika yang akan
mengantarkan Konan ke sebuah candle light dinner romantis atau malah membuat
dia berakhir mencium Pain di depan teman-teman Akatsukinya. Orochimaru-sensei
segera membagikan soal dan melakukan patroli keliling kelas. Tampak jenius yang
irit bicara seperti Itachi dengan tenang mulai mengerjakan soal-soal yang ada. Di
depannya ada Hidan yang masih sibuk berdoa kepada Dewa Jashin demi kelancaran
ulangan harian matematikanya. Di belakangnya, ada dua makhluk bernama Deidara
dan Sasori yang berdebat dengan suara lirih mengenai jawaban soal nomor satu.
Di samping kanannya, ada Kakuzu yang tidak kalah jenius dengan Itachi jika
sudah menyangkut masalah hitung menghitung. Terakhir, di samping kirinya, ada
Kisame yang dengan sabar menunggu bocoran jawaban dari Itachi. Sementara, Pain,
Konan, Tobi, dan Zetsu juga tampak tenang menikmati ulangan harian matematika
yang sudah berlangsung selama 15 menit itu.
Keesokkan harinya..
“Uchiha Itachi..” panggil
Orochimaru-sensei. “Seharusnya aku membebaskanmu dari ulangan harian mengingat
kau adalah jenius Uchiha dari Konoha.”
“Terima kasih sensei-sama..”
Orochimaru-sensei memanggil satu persatu nama anggota
kelas Akatsuki untuk membagikan hasil ulangan harian matematika hingga
akhirnya..
“Pain dan Konan..”
“Konan? Berusahalah lebih
giat lagi agar kau bisa melampaui Pain-sensei-mu ini.”
Setelah membagikan hasil ulangan harian matematika,
Orochimaru-sensei pun keluar dari kelas dan saatnya bagi Pain untuk menagih
taruhannya dengan Konan.
“CIUM.. CIUM.. CIUM..” teriak
Deidara dan Sasori kompak. Dasar duo kompor meleduk. (-_-*)
“Se-sebaiknya, kalian
melupakan saja taruhannya. Taruhan itu tidak baik lho.. ciuman juga tidak baik.
Kita kan masih anak sekolah satu SMA..” sahut Tobi selaku anak baik-baik
mengingatkan Pain.
“Hey Hidan, ayo taruhan mobil
kesayangan kita. Aku bertaruh, Konan akan berani mencium Pain.” Kata Kakuzu.
“Setuju.” Kata Hidan. “Dasar
Kakuzu matre. Mana ada cewek yang mau cium cowok di depan banyak orang. Aku
pasti menang taruhan ini.” batin Hidan.
“Cepatlah Konaaan..” teriak
Zetsu tidak sabar. Seharusnya, orang yang tidak sabar adalah Pain.
CUP! Akhirnya, Konan mempertemukan bibir mungilnya dengan
bibir Pain. Kakuzu menyalakan kembang api untuk merayakan kemenangannya.
Sementara, Hidan mengadu sedih pada Dewa Jashin. Itachi dan Kisame memutuskan
untuk keluar dari ruang kelas yang berubah menjadi bioskop dadakan itu.
Sedangkan, Tobi menutup erat matanya. Setelah berlangsung beberapa menit, Pain
pun membiarkan Konan melepas ciuman taruhan itu. Saat Konan hendak keluar dari
kelas dengan wajah cantiknya yang tampak kesal bercampur malu bercampur hal-hal
yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, Pain menahan lengannya dan
berkata..
“Konan-chan, maukah kamu
kencan denganku?”
Wajah cantik Konan yang kesal seketika memerah. Bukan
karena Pain mengajaknya kencan. Tapi, karena ternyata, Pain tidak sejahat itu
mengenai taruhan mereka.
“Anggap saja ini hadiah
karenaaa kamu sudah menepati janji taruhan kita.” *Laluuu? Cium lembut pipi
Konan. Ooouuu.. manisnyaaa..*
“Eciyeee.. ciuman, kencan,
jadian, dan bentar lagi segenap keluarga besar Akatsuki bakal ngadain pesta
pernikahan nih..” goda Deidara.
“Bukannya yang benar itu
jadian, kencan, terus ciuman..” tolak Sasori.
“Tapi kenyataan yang terjadi
di depan mata kita dan bisa kau lihat sendiri adalah seperti yang aku katakan,
Sasori!” balas Deidara.
“Tapi, tetap saja itu tidak
benar tau!” balas Sasori.
Mulai lagi berdebat (o_O)
“Me-menurutku keduanya tidak
benar. Lebih baik langsung menikah saja untuk menghindari fitnah tetangga.”
Kata Tobi menjadi penengah.
“DIAM!!!” teriak Sasori dan
Deidara bersamaan. Konan hanya tertawa kecil melihat tingkah teman-temannya
itu.
xXx
THE END xXx