Minggu, 19 Juli 2015

Fanfic Pain Konan : Mathematic Kiss

“Mathematic Kiss”

Terima kasih untuk pemilik blog Http://Rifandy23.blogspot.com atas tulisan anda mengenai “Cara Membuktikan Jumlah Sudut Segitiga adalah  180 Derajat” yang menjadi inspirasi untuk saya menulis fanfic yang mungkin teramat ga jelas ini. (^_^) Sebenarnya, saya tuh pengeeen gitu sekali-sekali bikin songfic. Tapi, ga ada imajinasi yang mengarah ke sana. huh, sebel eun.. thanks to teman-teman yang ga sengaja nemu dan baca nih fanfic. Boleh kasih saran. Boleh kasih kritik. Boleh kasih komentar. (^_^)



A Fanfiction Imajinated by Raira Rin.
Disclaimer : Naruto beserta segenap keluarga besar Akatsuki adalah kepunyaan Masashi Kishimoto.
Pairing : Pain (Akatsuki) X Konan (Akatsuki)
Genre : Fluff
Rated : T
Length : 1312 words

Warning : AU, little OOC, banyak percakapan, kalimat aneh, tanda baca amburadul, fanfic yang dikutuk Dewa Jashinnya Hidan. (T_T)

Summary : Pain yang tidak kalah jenius dari Itachi dan Kakuzu dalam masalah hitung berhitung mendapat tugas untuk menjadi guru privat matematika Konan. Konan pun memanfaatkan fenomena ini untuk mendapatkan tiket candle light dinner bersama Pain. Apakah Konan berhasil berhasil berhasil, horeee?

Have a nice read
Arigatou, mina-san..



Suatu Minggu di Amegakure..

            Segitiga adalah nama suatu bentuk yang dibuat dari tiga sisi yang berupa garis lurus dan tiga sudut. Matematikawan Euclid yang hidup sekitar tahun 300 SM menemukan bahwa jumlah ketiga sudut di suatu segitiga pada bidang datar adalah 180 derajat. Untuk membuktikan bahwa jumlah sudut dalam segitiga 180 derajat, ada tiga cara yang dapat dilakukan. Pertama, pembuktian dengan menggunakan alat ukur sudut atau busur derajat. Ini adalah cara paling sederhana dan mudah apabila kita mempunyai busur derajat. Misal kita punya segitiga sembarang seperti pada gambar di buku halaman 33 dan diberi nama tiap titik sudutnya yaitu A, B, dan C. Pada segitiga terdapat sudut CAB, sudut ABC, dan sudut ACB. Dengan menggunakan busur derajat asing-masing sudut diukur dan dihitung besar sudutnya. Setelah itu, ketiga sudut tersebut dijumlahkan dan hasilnya akan berjumlah 180 derajat. CAB + ABC + ACB = 180.

            Cara kedua, pembuktian dengan memperpanjang garis dari salah satu sisi. Pertama, buat segitiga sembarang. Setiap titik sudut diberi nama. Misalkan titik C segaris dengan AC. Lalu, kita beri titik dan nama yaitu D sehingga kita mendapat garis CD. Melalui titik C, buat garis yang sejajar dengan AB. Setelah itu diberi titik dan nama yaitu E yang menghasilkan garis CE. Sehingga garis AB, garis CE sudut ABC berseberangan dalam dengan sudut BCE, jadi sudut ABC = sudut BEC. Sudut BAC sehadap dengan sudut DCE, jadi sudut BAC = sudut DCE dan dapat kita simpulkan bahwa sudut ACB + BCE + DCE = 180. Cara ketiga, pembuktian dengan menggunakan bantuan garis yang sejajar salah satu sisi. Buat segitiga sembarang dan beri nama tiap titik sudutnya, misalkan A, B, dan C. Buatlah garis yang sejajar sisi AB dan melalui titik C, beri nama garis tersebut DE. Sudut CAB berseberangan dalam dengan sudut ACD, sudut CAB = sudut ACD = X. Sudut ABC berseberangan dalam dengan sudut BCE, sudut ABC = sudut BCE = Y dan besar sudut ACB yaitu Z. Sehingga jumlah sudut ACD + ACB + BCE = X + Z + Y = 180. (Rifandy23.blogspot.com)

            Pain sibuk menjelaskan cara membuktikan jumlah sudut segitiga adalah  180 derajat kepada Konan sambil mondar-mandir pelan. Sudah seminggu ini dia mendapat tugas dari Orochimaru-sensei untuk membantu Konan belajar karena nilai matematika Konan yang bisa dibilang (kalian tahu-lah). Sementara itu, Konan malah sibuk memandangi classmate sekaligus guru privat dadakannya itu dengan tatapan maju mundur cantik. Rambut oranye yang acak-acak keren. Mata ungu yang tajam. Rentetat tindik di hidung mancungnya. Bibirnya yang tipis-tipis sexy. Kombinasi pemandangan yang sempurna untuk menikmati hari minggu yang cerah ceria. Ditambah dengan beberapa camilan dan minuman dingin. Kamar bernuansa jubah Akatsuki milik Pain pun berubah menjadi dunia fanfic dengan Pain dan dia sebagai tokoh utama.

“Pain-sensei, aku bosan belajar matematika terus. Belajar yang lain ya?”

“Aku tidak dibayar untuk mengajarimu mata pelajaran yang lain. Bahkan, aku juga tidak dibayar untuk mengajarimu matematika.”

“Perhitungan sekali. Makanya jangan banyak bergaul dengan Kakuzu.”

“Aku mau ambil minuman dingin lagi. Kau kerjakan saja soal-soal di buku ini.” perintah Pain lalu meninggalkan Konan di kamarnya bersama buku-buku yang berserakan di meja dan lantai.

“Aku tahu dia itu memang tampan. Tapi? Aku tidak mengerti sama sekali yang dia ajarkan padaku. Hehehe..” kata Konan. “Lagipula, untuk ukuran laki-laki, dia itu sedikit aneh. Ada perempuan cantik di kamarnya dia malah tertarik untuk belajar matematika. Hemmm..”

            Konan melepas jepit rambut berbentuk mawar putih dari rambutnya. Membiarkan rambut biru keungu-unguannya terurai bebas tertiup hembusan angin yang berasal dari kipas angin di kamar Pain. Mata cantiknya yang berwarna oranye perlahan terasa sangat berat. Hingga akhirnya... BRUK!!! Konan pun tertidur. Kepalanya jatuh ke meja menindih buku matematika yang berisi soal-soal yang merepotkan otaknya. Tidak lama kemudian, Pain kembali ke kamarnya dan mendapati Konan yang sudah tertidur cantik seperti anak kecil yang kelelahan karena banyak bermain. Ditariknya selimut untuk melindungi tubuh mungil Konan dari angin. Tanpa perintah, tangan Pain reflek  membelai lembut rambut sebahu Konan dan tiba-tiba..

“DORR!!!” getak Konan. Pain langsung menggeser tubuh atletisnya dari tubuh mungil Konan.

“Hayooo Pain-sensei mau berbuat apa sama Konan-chan?” goda Konan sambil menunjuk hidung bertindik Pain.

“Jangan tidur sembarangan di kamar laki-laki. Itu tidak sopan tahu!” balas Pain mengalihkan pembicaraan sambil menyingkirkan jari Konan dari hidungnya.

“Ini membosankan. Bagaimana kalau kita taruhan?” tantang Konan.

"Taruhan apa?" tanya Pain.
“Kalau nilai ulangan harian matematikaku minggu depan lebih baik dari nilaimu. Kamu harus mengajakku kencan di depan teman-teman Akatsuki.”

“Kalau kau yang kalah?”

“Kamu yang putuskan sendiri.”

“Nanti kau menyesal kalau aku yang putuskan.”

“Sudah putuskan saja keinginanmu jika aku yang kalah.”

“Cium aku di depan teman-teman Akatsuki. Bukan di sini (nunjuk pipi) tapi di bagian yang ini (nunjuk bibir).”
Seketika darah Konan berkumpul di kedua pipinya menandakan kalau dia sedang malu. “B-baiklah! Aku tidak takut!.”

Satu minggu kemudian..

            Orochimaru-sensei memasuki ruang kelas Akatsuki dengan membawa tumpukan-tumpukan kertas yang berisi soal-soal matematika yang akan mengantarkan Konan ke sebuah candle light dinner romantis atau malah membuat dia berakhir mencium Pain di depan teman-teman Akatsukinya. Orochimaru-sensei segera membagikan soal dan melakukan patroli keliling kelas. Tampak jenius yang irit bicara seperti Itachi dengan tenang mulai mengerjakan soal-soal yang ada. Di depannya ada Hidan yang masih sibuk berdoa kepada Dewa Jashin demi kelancaran ulangan harian matematikanya. Di belakangnya, ada dua makhluk bernama Deidara dan Sasori yang berdebat dengan suara lirih mengenai jawaban soal nomor satu. Di samping kanannya, ada Kakuzu yang tidak kalah jenius dengan Itachi jika sudah menyangkut masalah hitung menghitung. Terakhir, di samping kirinya, ada Kisame yang dengan sabar menunggu bocoran jawaban dari Itachi. Sementara, Pain, Konan, Tobi, dan Zetsu juga tampak tenang menikmati ulangan harian matematika yang sudah berlangsung selama 15 menit itu.

Keesokkan harinya..

“Uchiha Itachi..” panggil Orochimaru-sensei. “Seharusnya aku membebaskanmu dari ulangan harian mengingat kau adalah jenius Uchiha dari Konoha.”
“Terima kasih sensei-sama..”

            Orochimaru-sensei memanggil satu persatu nama anggota kelas Akatsuki untuk membagikan hasil ulangan harian matematika hingga akhirnya..

“Pain dan Konan..”
 
“Konan? Berusahalah lebih giat lagi agar kau bisa melampaui Pain-sensei-mu ini.”

            Setelah membagikan hasil ulangan harian matematika, Orochimaru-sensei pun keluar dari kelas dan saatnya bagi Pain untuk menagih taruhannya dengan Konan.

“CIUM.. CIUM.. CIUM..” teriak Deidara dan Sasori kompak. Dasar duo kompor meleduk. (-_-*)
“Se-sebaiknya, kalian melupakan saja taruhannya. Taruhan itu tidak baik lho.. ciuman juga tidak baik. Kita kan masih anak sekolah satu SMA..” sahut Tobi selaku anak baik-baik mengingatkan Pain.

“Hey Hidan, ayo taruhan mobil kesayangan kita. Aku bertaruh, Konan akan berani mencium Pain.” Kata Kakuzu.

“Setuju.” Kata Hidan. “Dasar Kakuzu matre. Mana ada cewek yang mau cium cowok di depan banyak orang. Aku pasti menang taruhan ini.” batin Hidan.

“Cepatlah Konaaan..” teriak Zetsu tidak sabar. Seharusnya, orang yang tidak sabar adalah Pain.

            CUP! Akhirnya, Konan mempertemukan bibir mungilnya dengan bibir Pain. Kakuzu menyalakan kembang api untuk merayakan kemenangannya. Sementara, Hidan mengadu sedih pada Dewa Jashin. Itachi dan Kisame memutuskan untuk keluar dari ruang kelas yang berubah menjadi bioskop dadakan itu. Sedangkan, Tobi menutup erat matanya. Setelah berlangsung beberapa menit, Pain pun membiarkan Konan melepas ciuman taruhan itu. Saat Konan hendak keluar dari kelas dengan wajah cantiknya yang tampak kesal bercampur malu bercampur hal-hal yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, Pain menahan lengannya dan berkata..

“Konan-chan, maukah kamu kencan denganku?”

            Wajah cantik Konan yang kesal seketika memerah. Bukan karena Pain mengajaknya kencan. Tapi, karena ternyata, Pain tidak sejahat itu mengenai taruhan mereka.

“Anggap saja ini hadiah karenaaa kamu sudah menepati janji taruhan kita.” *Laluuu? Cium lembut pipi Konan. Ooouuu.. manisnyaaa..*

“Eciyeee.. ciuman, kencan, jadian, dan bentar lagi segenap keluarga besar Akatsuki bakal ngadain pesta pernikahan nih..” goda Deidara.

“Bukannya yang benar itu jadian, kencan, terus ciuman..” tolak Sasori.

“Tapi kenyataan yang terjadi di depan mata kita dan bisa kau lihat sendiri adalah seperti yang aku katakan, Sasori!” balas Deidara.

“Tapi, tetap saja itu tidak benar tau!” balas Sasori. 

Mulai lagi berdebat (o_O)

“Me-menurutku keduanya tidak benar. Lebih baik langsung menikah saja untuk menghindari fitnah tetangga.” Kata Tobi menjadi penengah.

“DIAM!!!” teriak Sasori dan Deidara bersamaan. Konan hanya tertawa kecil melihat tingkah teman-temannya itu.



xXx THE END xXx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...