“My Boyfriend is Kyuubi”
A Fanfiction Written by : Raira Rin
Disclaimer : Naruto punyanya Paman Masashi Kishimoto. Paman Masashi
Kishimoto? Kalau Sabaku no Gaara boleh ga jadi punyanya Raira Rin? *Roftl*
Pairing : Uzumaki Naruto X Hyuuga Hinata
Genre : *Family *HetFic *Fluff *Hurt/Comfort *Romance
Rated : T
Length : 2373 words
Warning : OC, OTP, Oneshot, fanfic se-mau saya. Its my first abal-abal
fanfic. Sebagian kalimat mungkin Gaje, aneh, ga nyambung, atau apapun itu
namanya tapi ga sampai berefek pada kesehatan mata, mina-san sekalian kok. Jadi,
bagi mina-san yang ga sengaja nemu dan baca fanfic ini, komentar sungguh sangat
teramat diharapkan/dibutuhkan/dinantikan/diinginkan/diimpikan, begitulah.
Dont forget to open and read “About Me”.
Arigatou mina-san.. ^_^
Have a nice read.. ^_^
“Naruto,
jangan terlalu pilih-pilih makanan. Makanlah yang banyak agar kamu cepat tumbuh
besar. Pastikan kamu mandi setiap hari. Jangan suka begadang, tidurlah yang
cukup. Naruto, jadilah anak yang baik. Bertemanlah, tak peduli berapa banyak
pastikan mereka benar-benar seorang teman. Teman itu orang yang dapat
dipercaya, meski hanya beberapa itu cukup. Ibu tidak jago soal ninjutsu.
Belajarlah ninjutsu tapi jangan sedih jika kamu tidak bisa melakukannya karena
setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Patuhilah gurumu dan
hormati kakak kelasmu di sekolah, itu sangat penting. Lalu, jauhilah tiga
larangan shinobi. Pertama, jangan minum alkohol sampai umur 20 tahun. Kedua,
hati-hatilah dalam meminjam uang dan tabunglah uang dari hasil misimu. Ketiga,
jangan macam-macam dengan perempuan. Ibu ini juga perempuan. Jadi, Ibu tidak
terlalu mengerti soal itu. Di dunia ini, hanya ada laki-laki dan perempuan. Jadi
wajar kalau kamu akan tertarik pada seorang perempuan. Jika kamu sudah tumbuh
dewasa, kamu boleh menyukai seorang perempuan. Hanya jangan mencoba memilih
yang aneh-aneh. Pilihlah perempuan yang baik dan manis seperti ibumu ini.
Naruto anakku? Ada.. ada.. ada banyak yang ingin ibu katakan kepadamu. Ibu
ingin tinggal bersamamu. Naruto, ibu sayang kamu. Ibu sangat sayang kamu.
Minato-kun, maaf aku sudah menghabiskan waktumu.”
Khusina menangis melihat malaikat kecilnya telah dirubah menjadi Jinchuriki monster kyuubi malam itu. Khusina tahu malaikat kecilnya pasti akan mendapatkan banyak kesulitan setelah ini. Khusina merasa, dia tidak akan punya waktu untuk membantu malaikat kecilnya belajar berjalan, membangunkannya setiap pagi, menyiapkan sarapan untuknya, mengantarkannya berangkat ke sekolah, atau melakukan hal-hal sederhana lain yang seharusnya mereka lakukan bersama. Dia tidak bisa menemani dan melihat malaikat kecilnya tumbuh semakin dewasa dan menjadi seorang shinobi yang hebat seperti ayahnya. Suara tangisnya semakin terdengar ketika Minato menambahkan pesan terakhirnya.
“Naruto,
ini Ayahmu. Ayah juga ada pesan untukmu. Pesan Ayah kurang lebih seperti pesan
Ibumu yang cerewet ini. Satu lagi Naruto, berhati-hatilah dengan
Jiraiya-sensei.” Minato tersenyum manis dengan mengedipkan satu matanya dari
belakang Khusina sambil memegang bahu Khusina. “HAKKE FUIN”
Akhirnya, Minato dan Khusina meninggal tapi Naruto kecil masih sempat tersenyum kepada mereka. Lalu, hokage ketiga mengambil Naruto kecil dari tempat tidur bayi itu. Penyegelan monster kyuubi ke dalam tubuh Naruto pun berhasil diselesaikan.
“Itulah
yang dikatakan Ibu dan Ayahku sebelum mereka meninggal karena menyegel kyuubi
ke dalam tubuhku malam itu. Aku merasa, aku sudah berusaha untuk mewujudkan
semua nasihat ibuku. Termasuk nasihatnya yang terakhir untuk memilih perempuan
yang baik dan manis seperti ibuku yang cerewet itu.”
Aku tersipu malu dengan pipi yang
memerah, semerah buah tomat kesukaan laki-laki Uchiha bernama Sasuke ketika mendengar
cerita dan pengakuan Naruto tentang aku. Aku tidak bisa menahan air mataku
lebih lama lagi. Selama ini, dia pasti kesepian dan mendapat banyak kesulitan.
“Jangan
menangis Hinata-chan. Lebih baik serang aku dengan jyuuken daripada aku harus melihatmu
menangis. Ayolah..” Kata Naruto sambil menghapus air mata yang sudah membanjiri
kedua pipiku. “Hinata-chan, apa kamu sibuk besok sore?”
“Mmm..
aku pikir tidak terlalu sibuk. Memangnya kenapa?”
“Aku
tunggu jam tiga sore di taman ya, Hinata-chan?” Setelah mengatakan itu Naruto
pun melesat pergi dari balik jendela kamarku.
Hangat adalah satu kata yang selalu aku rasakan di musim dingin
tahun ini setiap kali Naruto mengeluarkan kesembilan ekor rubahnya untuk
menyelimuti tubuh kami berdua. Ya, pacarku adalah kyuubi. Tapi, aku sangat
sangat sangat menyukainya. Sejak berusia tujuh tahun, setiap kali aku berada
didekatnya bukan takut yang aku rasa seperti kebanyakan orang-orang di desa.
Tapi, satu perasaan aneh yang membuat jantungku berdebar hingga berakhir
pingsan dipelukkannya. Meskipun kami
sudah pacaran sekitar selama enam bulan ini, tapi, perasaan seperti itu masih
saja aku alami disaat-saat tertentu. “Dasar payah dasar lemah” mungkin itu yang
akan dikatakan Paman Bee padaku atau “Dasar merepotkan” ala Shikamaru yang akan
muncul. *hehehe*
Keesokkan sorenya, aku pergi ke rumah sakit Konohagakure dengan
Kakak sepupuku, Hyuuga Neji. Kami ingin menjenguk Guru Kurenai Yuhi yang tidak
lama lagi akan melahirkan. Semenjak Guru Asuma meninggal, anggota tim Shikamaru
dan timku berusaha untuk menjaga Guru Kurenai dan keponakan kecil kami yang
masih berada di dalam perut Guru Kurenai.
“Selamat
sore Kurenai-sensei..” kataku memberi salam.
“Selamat
sore juga Hinata. Eh ada Neji juga? Ayo masuk.” Kata Guru Kurenai yang melihat
Kak Neji masih berada di luar kamar. “Kiba dan Shino baru saja pulang..”
“Iya
sensei. Kami juga bertemu dengan mereka di lobi. Tadinya aku ingin memastikan
Kurenai-sensei sudah bangun apa belum? Selain itu, aku juga membawa makanan
kesukaan sensei.” Kataku sambil membuka tirai agar cahaya matahari sore bisa
masuk. Sementara itu, Kak Neji meletakkan makanan dan buah-buahan yang kami
bawa untuk Guru Kurenai.
Saat aku membuka tirai, aku melihat
anak-anak sedang bermain di taman rumah sakit. Aku seperti melupakan sesuatu
yang berhubungan dengan taman. Tapi, aku mencoba cuek dan membantu Kak Neji
menyiapkan makan untuk Guru Kurenai. Tidak lama kemudian, cahaya matahari sore
mulai meredup. Ya, sepertinya awan mendung sudah mulai datang ke Konohagakure.
“Sensei
pikir Hinata tidak akan datang bertugas sore ini. Ternyata, malah datang berdua
dengan Neji.” Ujar Guru Kurenai memulai pembicaraan. Guru Kurenai pasti tahu
kalau beliau tidak memulai pembicaraan kamarnya akan berubah jadi pemakaman
umum Konoha. *huuuhh *hihihi *kriiik *kriiik *kriiik ?!@#$%^&*
“Kenapa
sensei berpikir begitu?” tanyaku sambil menarik kursi untuk duduk didekat
ranjang rumah sakit Guru Kurenai.
“Ini
kan hari sabtu malam. Dari tim Shikmaru dan tim Hinata cuma Ino, Shikamaru, dan
Hinata yang sudah punya pacar. Jam tugas Ino menjaga sensei pagi. Sedangkan,
Shikamaru harus menunggu bebas dari misi agar bisa pergi ke Sunagakure untuk
kencan dengan Temari.”
Deg!!! Jawaban Guru Kurenai mengingatkan kalau aku ada janji kencan
dengan Naruto hari ini.
“Aku tunggu jam tiga sore di taman ya, Hinata-chan?” Sekarang jam lima sore, aku sudah telat dua jam. Gawat.. ?!@#$%^&*
“Aku tunggu jam tiga sore di taman ya, Hinata-chan?” Sekarang jam lima sore, aku sudah telat dua jam. Gawat.. ?!@#$%^&*
“Apa
jawaban sensei benar, Hinata?” tanya Guru Kurenai padaku. Beliau tersenyum
manis setengah menggodaku. Membuat pipi memerah saja.
“Umm..
itu.. sensei.. anu..” gumamku bingung. Aku tidak mungkin meninggalkan Guru
Kurenai hanya karena ada janji kencan dengan Naruto.
“Ya
sudah. Kamu pergi kencan sana. Neji tidak keberatan kan menemani sensei sampai
Shikamaru dan Chouji datang?” tanya Guru Kurenai dan Kak Neji hanya mengangguk
setuju.
Aku pun mengucapkan terima kasih dan
segera berlari dari atap ke atap rumah warga untuk mencapai taman. Aku harap
Naruto masih ada di sana meskipun dia akan beranjak pergi saat aku baru sampai
di taman. Aku juga berharap, hujan tidak akan turun. Akhirnya, aku sampai di
taman. Tidak ada satu orang pun di sana. Mungkin, orang-orang sudah pulang
karena melihat awan mendung yang menjadi pertanda bahwa hujan akan segera turun
untuk membasahi tanah Konohagakure. Aku berlari mengelilingi taman untuk
mencari Naruto. Sepertinya, sudah benar-benar tidak ada orang. Naruto pasti
juga sudah pulang karena terlalu lama menunggu. Umm, aku benar-benar kesal
dengan kecerobohanku melupakan janji kencan kami.
WUUUSSHHH!!! Hujan mulai turun dengan derasnya. Setelah beberapa menit merasakan air hujan membasahi seluruh pakaianku. Aku melihat sepasang kaki berada di depanku. Aku angkat kepalaku dan mendapati seorang laki-laki berambut kuning cerah dengan mata biru shappirenya sedang memayungiku.
“Naruto-kun..”
“Aduh
Hinata-chan, kenapa kamu tidak berteduh? Coba lihat, kamu jadi basah kuyub
begini. Aku tidak mau pacarku yang manis ini jatuh sakit karena hujan. Aku bisa
kena jyuuken kakak sepupupumu itu kalau dia tahu aku membiarkanmu kehujanan.
Ayo pegang payung ini dulu..” Naruto terus mengomel sambil memberikan payungnya
padaku agar dia bisa melepas jaketnya. “Sekarang kita cari toilet umum taman
agar kamu bisa ganti pakaian. Ini ambil..” katanya sambil celingak-celinguk mencari
toilet umum terdekat.
Beberapa menit kemudian, aku keluar dari toilet dengan memakai jaket orange-hitam khas Uzumaki Naruto. Naruto tertawa kecil melihat aku mengenakan jaket miliknya. Tentu saja, jaket itu sedikit kebesaran dibadanku. Namun, terasa hangat meskipun tak sehangat pelukkan pemiliknya. *Nyengir Wuuiihh Hinata bisa juga ngomong seperti itu tentang Naruto?*
Lalu, kami pergi ke rumah pohon yang dibuat oleh Guru Yamato untuk tempat istirahat Naruto saat latihan. Ya, itu salah satu tempat kencan favorit kami. Saat aku hendak duduk disampingnya, Naruto malah menarik tanganku agar aku duduk tepat di depannya. Aku segera membalikkan badanku karena tidak mau acara kencan kami terganggu lagi alias aku tidak mau jatuh pingsan. Naruto memelukku dari belakang. Melihat hujan sudah berhenti, Naruto berkata..
“Hinata-chan?
Apa kamu mau aku kenalkan dengan Kurama?”
“Kurama?”
“Kurama
adalah rubah ekor sembilan yang ada didalam tubuhku ini. Aku ingin kamu bertemu
dengannya. Mau ya?”
Aku mengangkat lalu menggeser
tubuhku agak jauh dari Naruto karena aku takut pingsan jika wajah kami terlalu
dekat saat aku membalikkan badan dan menghadap ke arahnya. Tidak lama kemudian,
sosok Kurama muncul dibelakangku. *Pouv wujud musangnya memang agak seram sih?
Ditambah lagi dengan gigi dan matanya yang tajam. Tapi, aku tidak perlu
khawatir. Naruto sudah bisa mengendalikan Kurama.
“Selamat
malam nona Hinata..” sapa Kurama dengan suara besarnya sambil mendekatkan
wajahnya ke wajahku membuat aku reflek menggeser mundur badanku mendekat ke
Naruto lagi. Dasar, tidak Naruto tidak Kyuubi sama saja. Hobinya mendekatkan
wajah secara tiba-tiba dan sembarangan.
“Ah
i..iya K..Kurama, selamat malam..”
“Wajah
nona Hinata lebih manis jika dilihat secara langsung daripada dilihat saat aku
berada di dalam tubuh Naruto.”
“Nee..
Nee.. Kurama?!@#$%^&* Aku mengeluarkanmu untuk berkenalan dengan Hinata.
Bukannya untuk merayu dia. Lagipula apa-apaan ini? Aku saja yang pacarnya tidak
pernah merayu dia. Jangan merayu pacar orang sembarangan lagi. Nanti kau, aku
jodohkan saja dengan salah satu anjing guru Kakashi.”Omel Naruto panjang kali
lebar kali tinggi.
“Merayu
adalah salah satu bagian dari berkenalan, Naruto. Lagipula, aku ini rubah.
Untuk apa kau jodohkan aku dengan anjing?”
Aku hanya bisa tertawa kecil
mendengar obrolan Naruto dan Kurama. Aku tidak pandai bicara atau saling
mengejek seperti mereka. Tapi, untunglah, karakterku yang seperti ini tidak
merusak suasana.
“Hei
Naruto, ini sudah malam. Antarkan nona Hinata pulang.”
“Jangan
memerintahku seperti itu. Masuk saja ke dalam tubuhku lagi.”
*Pouv
Kurama pun menghilang.
“Nah,
Hinata-chan, ayo ku antar pulang.” kata Naruto sambil menundukkan badannya.
Membuat posisi bersiap untuk menggendongku.
“Eh,
kenapa Naruto-kun malah menundukkan badan?”
“Tentu
saja aku mau menggendongmu agar tubuhmu lebih hangat dan kamu tidak perlu
berjalan.” Jawaban Naruto membuat wajahku memerah untuk yang kesekian kalinya
hari ini.
Aku
pun menuruti ucapan Naruto. Mmm.. sebenarnya ini terasa nyaman. Berada
digendongan laki-laki yang aku suka. “N..Naruto-kun, aku.. aku sayang kamu.”
Naruto
tersenyum dan berkata, “Aku sangat sangat sangat menyukaimu Hinata-chan..”
“Aku
lebih lebih lebih menyukaimu..” Balasku sambil mempererat peganganku.
“Aku
yang paling sayang kamu..”
Meskipun wajahku masih sering
memerah dan rasanya ingin sekali pingsan, tapi, aku sudah mulai terbiasa dengan
jarak dekat saat Naruto menggendongku. Naruto pun mulai melingkarkan kesembilan
ekor rubahnya lagi untuk melindungi tubuhku dari udara dingin.
“Hinata-chan,
apa kamu mau aku belikan mie ramen Paman Teuchi untuk dimakan di rumah dengan
Paman Hiashi dan Neji?”
“Eh
jangan repot-repot begitu.”
“Sudahlah,
akhir-akhir ini kan aku banyak misi dan kita jarang berkencan. Jadi, kantongku
terisi penuh. Hehehe..”
“Baiklah,
terserah Naruto-kun saja. Terima kasih ya.”
Sesampainya
di depan pintu gerbang rumahku..
Ooo..Ooohh.. Ayah sudah berdiri
dengan menyilangkan kedua tangannya di sana. Sementara itu, Kak Neji bersandar
di gerbang sambil meletakkan kepalan tangannya didalam saku celana. Apa Ayah
akan bersikap tidak menyenangkan pada Naruto? Apa yang harus aku lakukan?
Bayangan Kak Neji menyerang Naruto dengan jyuuken mulai mengganggu pikiranku.
“N..Naruto-kun,
turunkan aku dulu.” pintaku.
“Kenapa
memangnya?” tanya Naruto. Aku tidak menjawab dan hanya menunjuk ke arah pintu
gerbang rumahku.
Naruto
pun menurunkan aku. Dia ikut menemui Ayah dan Kak Neji. “Selamat malam Paman..”
kata Naruto memberi salam pada ayah. “Hai Neji, apa kabar?”
“Naruto-kun,
masukkan ekormu..” bisikku pelan.
“Oh
astaga, aku lupa. Hihihi..” kata Naruto dengan wajah sedikit memerah sambil
menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak terasa gatal.
“Mmm..
A..ayah.. m..maaf aku pulang terlambat. Tadi, k..kami terjebak hujan.” Ayah
memperhatikan aku yang masih mengenakan jaket orange-hitam milik Naruto.
Meskipun aku tidak berbohong tapi aku sangat gugup bicara dengan Ayah.
“Sebagai
permintaan maaf karena telat mengantarkan Hinata, saya membelikan mie ramen.
Ini akan menghangatkan tubuh Paman. Mohon diterima..” kata Naruto sambil
memberikan lima bungkus mie ramen pada ayah. Ternyata, ayah mau menerimanya.
“Kalau begitu saya pamit pulang Paman. Aku pulang dulu ya Hinata.”
“Tunggu
dulu Naruto..” suara Ayah membuat aku dan Naruto kompak dag dig dug der dor.
“Sepertinya mie ramen ini terlalu banyak jika hanya kami bertiga yang makan.
Sebelum pulang ikutlah makan dengan kami.”
Suasana pun hening tanpa jangkrik seketika. Aku dan Naruto saling
memandang dengan tatapan senang. Kami pun menyusul Ayah dan Kak Neji yang sudah
masuk ke dalam rumah lebih dulu.
Pukul
22:OO
Aku mengantar Naruto sampai pintu gerbang rumahku. Aku
mengembalikan jaket miliknya agar dia tidak kedinginan diperjalanan pulang.
“Umm..
N..Naruto-kun, maaf ya aku sudah terlambat datang tadi. Aku juga sudah merusak
rencana kencan kita.”
“Aku
malah senang kamu datang terlambat dan merusaknya. Kalau kamu tidak merusaknya,
mungkin aku tidak akan makan malam bersama keluargamu. Sudah lama sekali aku
ingin melakukan ini. Makan bersama seperti keluarga yang lain.”
“Kalau
begitu, aku akan membuat alasan agar Naruto bisa makan bersama dengan
keluargaku. Setidaknya satu kali dalam seminggu.” Kataku sambil memainkan
jari-jariku.
“Benarkah?
Asyiiik..” kata Naruto senang lalu memelukku. “Aku sayang kamu, Hinata-chan..”
“Aku
sangat sangat sangat menyukaimu, Naruto-kun..” balasku dengan nada malu.
“Aku
lebih lebih lebih menyukaimu..”
“Aku
yang paling sayang kamu..” Perlahan, aku memberanikan diri dan menggerakkan
tanganku untuk membalas pelukkan Naruto.
Dari sekian banyak obrolan kami yang
terdiri dari kalimat-kalimat yang ntah darimana datangnya, keempat kalimat
terakhir barusan yang paling aku suka. Jika beberapa pasangan kekasih
mengakhiri kencan mereka dengan ciuman di kening atau bahkan di bibir, kami
mengakhiri kencan kami dengan kalimat-kalimat itu. Keempat kalimat itu tidak
kalah hangat kok dengan ciuman. *hehehe*
1
detik, belum terasa nyaman
2
detik, mulai terasa nyaman
3
detik, belum terasa hangat
4
detik, mulai terasa hangat
5
detik, mulai terasa nyaman dan hangat
6
detik, semakin terasa nyaman dan hangat
7
detik, semoga Naruto tidak berpikiran mesum seperti Jiraya-sensei
8
detik, ini benar-benar terasa nyaman
9
detik, terasa sangat nyaman
10
detik kemudian..
Agin malam berhembus pelan menggerakkan rambut panjang indigoku
dengan lembut. Menyadarkan bahwa aku harus segera mengakhiri acara pelukkan
sekaligus kencanku dengan Naruto hari ini. Ah sayang sekali. Eh maksudku,
jarang-jarang kan aku punya keberanian untuk memeluk pacarku sendiri.
“Umm..
N..Naruto-kun, aku pikir kamu harus segera melepaskan pelukkanmu sebelum Kak
Neji datang dan menyerangmu dengan jyuuken miliknya..”
“Hehehe..
benar juga. Maaf ya, aku terlalu senang..”
Kencan kami pun berawal dan berakhir
menyenangkan hari ini. Sejak saat itu, setiap hari sabtu meja makan di rumah
harus menampung satu orang lagi saat makan malam. Selain itu, kediaman Hyuuga
jadi sedikit lebih ramai karena pacarku, Uzumaki Naruto.
“My
boyfriend is Kyuubi. But I really really really like him..”
-
THE
END –
*POUV
Hinata muncul :
“Thanks
for reading, mina-san..”
*POUV
Naruto muncul :
“Yeah,
Arigatou.. Guys..” *Rangkul Bahu Hinata sambil
senyum semangat*
*POUV
Neji muncul :
*Naruto
jauhin tangannya dari bahu Hinata sambil bersiul dengan nada pales* “Kenapa aku
harus ada didalam fanfic abal-abal untuk Naruto dan Hinata ini jika aku tidak
diberi dialog di sana?”
*POUV
Kurama muncul :
“Hahaha..
aku saja yang monster kyuubi diberi dialog.” *ketawa ngakak dengan kesembilan
ekornya yang mengembang sambil pegangin perut orange-nya*
*Neji
:
?!@#$%^&*
Neji mulai kesal dan akhirnyaaa.. “JYUUKEN NO JUTSU!!!”
*Naruto
:
“KUUURAMAAA...”
teriak Naruto dengan air matanya yang berlinang membanjiri halaman blog saya.
*Roftl*
*POUV
Neji pun menghilang.
*POUV
Raira Rin muncul :
“Maaf
atas Jyuuken no Jutsu milik Neji-san yang telah menimpa Kurama hingga dia jadi
salah satu bintang terang benderang di langit, Naruto-kun..”
*Naruto
:
“Sudahlah,
nanti juga Kurama kembali. Hihihi..” *POUV Naruto membawa Hinata menghilang
bersama. Hanya begitu saja..
*Raira
Rin :
Thanks
for reading, mina-san. Mau copas? Sertakan sumbernya yak.
rairapedia is the best, buat lebih banyak lagi donggg
BalasHapus