Sabtu, 02 April 2016

Paragraf



Makalah Bahasa Indonesia
“Pembelajaran Menulis Paragraf”



Dosen Pengampu :
Dra. Sri Hariani, M.Pd

Disusun oleh :
Nisful Laila
B 2014 / 14010644045





Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Pendidikan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
2015

Kata Pengantar

            Segala puji bagi Allah, penguasa jagad raya, yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis sehingga bisa menyusun dan menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini. Makalah ini diberi judul “Pembelajaran Menulis Paragraf”.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih patut dihaturkan yang sebesar-besarnya kepada Dra. Sri Hariani, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam penyusunan makalah, keluarga yang telah mendukung dan teman-teman S1 PGSD 2014 yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam  makalah ini  penulis  menyadari  masih  jauh  dari  kata sempurna.  Oleh karena itu, setiap saran dan kritik yang bersifat membangun selalu disambut dengan tangan terbuka.













DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................                  i
Daftar Isi..............................................................................................................                  ii
BAB I   PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ……………………………………………………...                  1
1.2  Rumusan Masalah ……………………………………………….....                   1
1.3  Tujuan  ……………………………………......................................                   1
1.4  Manfaat .............................................................................................                   2

BAB II   PEMBAHASAN
2.1   Definisi Paragraf .............................................................................                    3
2.2  Kerangka Paragraf ...........................................................................                    4
2.3  Unsur-unsur Paragraf ......................................................................                     5
2.4  Ciri-ciri Paragraf ..............................................................................                    5
2.5  Jenis-jenis Paragraf ..........................................................................                    10
2.6  Pola Pengembangan Paragraf ..........................................................                    21
2.7  Teknik Pembelajaran Paragraf ........................................................                     27
2.8  Salah Nalar dalam Pengembangan Paragraf ....................................                    30
                 
BAB III   PENUTUP
3.1     Kesimpulan .....................................................................................                    32
3.2     Saran ...............................................................................................                    32

Daftar Pustaka




ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diberikan oleh Dra. Sri Hariani, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, penulisan makalah ini dilakukan karena masih adanya kesenjangan sosial dalam penulisan paragraf. Misalnya penulisan paragraf yang tidak lengkap dan melompat-lompat serta adanya pernyataan-pernyataan yang tidak relevan. Oleh karena itu, dalam makalah ini dibahas mengenai definisi paragraf, kerangka paragraf, unsur-unsur paragraf, ciri-ciri paragraf, jenis-jenis paragraf, pola-pola pengembangan paragraf, teknik-teknik pembelajaran paragraf dan salah nalar dalam pengembangan paragraf agar bisa membantu atau memperbaiki kesenjangan sosial dalam menulis paragraf.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana  definisi dari paragraf?
1.2.2        Bagaimana kerangka dari paragraf?
1.2.3        Bagaimana unsur-unsur dari paragraf?
1.2.4        Bagaimana ciri-ciri dari paragraf?
1.2.5        Bagaimana jenis-jenis dari paragraf?
1.2.6        Bagaimana pola pengembangan paragraf?
1.2.7        Bagaimana teknik-teknik pembelajaran paragaraf?
1.2.8        Bagaimana salah nalar dalam pengembangan paragraf?

1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui definisi dari paragraf.
1.3.2        Untuk mengetahui kerangka dari paragraf.
1.3.3        Untuk mengetahui unsur-unsur dari paragraf.
1.3.4        Untuk mengetahui ciri-ciri dari paragraf.
1.3.5        Untuk mengetahui jenis-jenis dari paragraf.

1.3.6        Untuk mengetahui pola pengembangan dari paragraf.
1.3.7        Untuk mengetahui teknik-teknik dari pembelajaran paragraf.
1.3.8        Untuk mengetahui salah nalar dalam pengembangan paragraf.

1.4  Manfaat
Dengan adanya karya tulis ini, penulis dan pembaca mampu mengetahui definisi paragraf, ciri-ciri paragraf, unsur-unsur paragraf, jenis-jenis paragraf, pola pengembangan paragraf, teknik-teknik pembelajaran paragraf, dan salah nalar dalam pengembangan paragraf agar penulis dan pembaca bisa menulis paragraf yang baik.
















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Paragraf
Paragraf merupakan model karangan yang terkecil. Sebagai model karangan, pernyataan yang terangkai pada paragraf harus urut, menyatakan hubungan kesatuan, hubungan yang menyatakan adanya ikatan struktural bahasa dan ikatan logis berbahasa, dan hubungan yang menunjukkan cara berpikir. Karena itu, penyusunan paragraf tulisan keilmuan yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, penyatuan, kecukupan pengembangan, dan penggunaan gaya paparan (Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia, 2015:30).

Paragraf adalah satuan bagian karangan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk untaian kalimat. Paragraf dapat disebut sebagai untaian kalimat yang berisi sebuah gagasan dalam karangan dengan demikian sejalan dengan konsep untaian kalimat. Paragraf yang ideal terdiri atas sejumlah kalimat. Dengan pengertian itu, sejalan dengan konsep untaian kalimat, paragraf yang ideal terdiri atas sejumlah kalimat (Yunus, 2008:316 dalam Tyatur Desi).

Paragraf merupakan kumpulan sejumlah kalimat yang saling berhubungan dan berkaitan menuju ke sautu arah gambaran tertentu. Jika paragraf terdiri atas sejumlah kalimat, kita dapat menyimpulkan bahwa kalimat-kalimat dalam paragraf itu berhubungan. Dapat dikatakan juga bahwa menyusun paragraf pada hakikatnya adalah menyusun sejumlah kalimat dalam rangka menghubungkan sejumlah gagasan. Sehubungan dengan itu paragraf sering disebut sebagai karangan mini (Achmad, 1990:45 dalam Tyatur Desi).

Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti (Wikipedia).

Paragraf adalah serangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan logis sehingga membentuk suatu kesatuan pokok pembahasan. Paragraf merupakan bagian dari kerangka (tertulis) atau bagian dari tuturan (lisan). Pada umumnya terdiri dari sejumlah kalimat. Fungsinya untuk mengungkapkan informasi tertentu dengan gagasan utama sebagai pengendaliannya. Paragraf terdiri atas gagasan dan beberapa penjelas. Gagasan utama adalah gagasan atau kalimat yang menjadi dasar suatu paragraf. Kalimat ini menjadi tumpuan pengembangan paragraf. Satu kalimat dikatakan sebagai kalimat utama apabila persyaratan didalamnya merupakan rangkuman ataupun gagasan menyeluruh yang dapat mewakili pernyataan-pernyataan lain. Gagasan utama ditandai oleh kata-kata kunci seperti sebagai simpulan, yang penting, jadi, dengan demikian, intinya, dan pada dasarnya. Sedangkan gagasan penjelas adalah gagasan atau kalimat yang perannyan menjelaskan gagasan utama. Contoh-contoh kalimat penjelas umumnya berisikan contoh-contoh atau peristiwa ilustratif (Deti Syamrotul Fuadi, 2005:200).

Paragraf merupakan bagian dari karangan atau tulisan yang membentuk satu kesatuan pikiran/ide/gagasan. Setiap paragraf dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok paragraf harus dikemas dalam sebuah kalimat yang disebut kalimat utama. Dari kalimat utama paragraf itulah kalimat-kalimat penjelas, baik yang sifatnya mayor maupun minor, dituliskan secara tuntas, lengkap, dan terperinci (Kunjana Rahardi, 2009:158).

2.2 KerangkaParagraf

Kerangka paragraf ada 3, yaitu :
  • Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
  • Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
  • Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
2.3 Unsur-unsur Paragraf
Seperti bahasa pada umumnya yang memiliki hierarki dan unsur-unsur lahiriah (kalimat, frasa, kata, dan lain-lain) dan non-lahiriah (makna atau maksud), paragraf juga memiliki unsur-unsur itu. Unsur lahiriah paragraf yaitu kalimat, frasa, dan kata. Sedangkan unsur non-lahiriah paragraf adalah makna atau maksud penulis dalam paragraf (Kunjana Rahardi, 2009:160).
2.4 Ciri-ciri Paragraf
Menurut (Keraf, 1980:67 dalam Tyatur Desi) paragraf yang efektif harus memenuhi tiga syarat, yakni :

1.      Kesatuan, yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah bahwa semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-samamenyatakan suatu tema tertentu.
2.      Koherensi, yang dimaksud dengan koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain membentuk paragraf itu.
3.      Perkembangan paragraf, perkembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian dari gagasan-gagasan yang membina paragraf itu.

Menurut (Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia 2015:30-35) Paragraf yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1)      Ada Kesatuan Gagasan
Kesatuan berarti ada hubungan mengenai masalah dan tema dalam pengembangan. Paragraf dinyatakan memiliki kesatuan gagasan apabila seluruh uraian atau detail penunjang terpusat pada satu gagasan utama. Kalimat-kalimat menggambarkan hubungan dan menunjukkan ikatan untuk mendukung gagasan utama. Tidak boleh ada kalimat yang menyimpang dari gagasan utama.

Contoh :

Paragraf 31 (1) Dibanding planet-planet lain yang dikenal dalam tata surya, Sedna dikenal sebagai planet terdingin dan terjauh. (2) Menurut peneliti, Mike Brown dan timnya, temperatur Sedna mencapai minus 400 derajat Celcius Fahrenheit. (3) Temperatur itu sama dengan minus 240 derajat Celcius. (4)Jaraknya juga yang paling jauh dari yang pernah ditemukan yakni 13 milyar kilometer dari matahari. (5) Jarak itu sama dengan tiga kali jarak matahari ke Pluto, planet yang selama ini dianggap paling jauh. (Insani, 2004:24 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia)
Paragraf yang terdiri atas lima buah kalimat tersebut sudah memenuhi syarat kesatuan.

Penjelasan :
Gagasan pokok paragraf adalah Sedna merupakan planet terdingin dan terjauh yang terdapat pada kalimat (1). Kalimat (2) dan (3) memperjelas kondisi temperatur di Sedna yang mencapai minus 400 derajat F atau 240 derajat C, sebuah kondisi yang amat dingin. Berikutnya kalimat (4) dan (5) menjelaskan bahwa jarak Sedna amat jauh, sebagai bandingan jarak itu mencapai tiga kali jarak Pluto ke matahari. Sebelum temuan ini, jarak Pluto ke matahari diangap jarak terjauh.

Paragraf 31 tersebut menjadi kurang memenuhi syarat jika ditambah kalimat (2a) dan (5a) sebagaimana pada Paragraf 32 berikut :

Paragraf 32 (1) Dibanding planet-planet lain yang dikenal dalam tata surya, Sedna dikenal sebagai planet terdingin dan terjauh. (2) Menurut peneliti, Mike Brown dan timnya, temperatur Sedna mencapai minus 400 derajat Celcius Fahrenheit. (2a) Brown merekam objek ini dengan kamera Teleskop Palomar Quest berukuran 48 inci dan mengerjakannya selama empat bulan. (3) Temperatur itu sama dengan minus 240 derajat Celcius. (4)Jaraknya juga yang paling jauh dari yang pernah ditemukan yakni 13 milyar kilometer dari matahari. (5) Jarak itu sama dengan tiga kali jarak matahari ke Pluto, planet yang selama ini dianggap paling jauh. (5a) Karena jaraknya yang terlalu jauh, pergerakan Sedna ini hampir-hampir tidak terdeksi.
           
Penjelasan :
            Kalimat (2a) sumbang karena tidak mendukung gagasan pokok. Berdasarkan tempatnya, kalimat (2a) seharusnya memperkuat penjelasan tentang dinginnya temperatur di Sedna, tetapi kalimat (2a) berisi informasi tentang penggunaan alat dan waktu oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Demikian pula, kalimat (5a) seharusnya memperjelas gagasan tentang jarak Sedna yang jauh, tetapi karena tidak tepat menata fokus, kalimat tersebut berisi informasi tentang kemampuan gerak Sedna.
Kegagalan kalimat (2a) dan (5a) yang ditambahkan pada paragraf 31 tersebut tidak dapat dijadikan dasar bahwa penambahan kalimat akan menjadikan sebuah paragraf tidak padu lagi. Penambahan kalimat (6) sebagaimana yang dilakukan pada paragraf 33 berikut tidak mengurangi tingkat kesatuan paragrafnya :

Paragraf 33 (1) Dibanding planet-planet lain yang dikenal dalam tata surya, Sedna dikenal sebagai planet terdingin dan terjauh. (2) Menurut peneliti, Mike Brown dan timnya, temperatur Sedna mencapai minus 400 derajat Celcius Fahrenheit. (3) Temperatur itu sama dengan minus 240 derajat Celcius. (4)Jaraknya juga yang paling jauh dari yang pernah ditemukan yakni 13 milyar kilometer dari matahari. (5) Jarak itu sama dengan tiga kali jarak matahari ke Pluto, planet yang selama ini dianggap paling jauh. (6) Jika menggunakan pesawat ulang alik, dibutuhkan waktu 40 tahun untuk mencapai Sedna.

Pengurangan kalimat pada sebuah paragraf juga tidak selalu menjadikan paragraf tidak satu lagi,selama pengurangan dilakukan pada sebagian gagasan penjelas (3) dan (5) dan masih menyisakan gagasan penjelas yang lain (2) dan (4). Pengurangan kalimat yang dimaksud dapat diperhatikan pada paragraf 34 berikut :
Paragraf 34 Paragraf 31 (1) Dibanding planet-planet lain yang dikenal dalam tata surya, Sedna dikenal sebagai planet terdingin dan terjauh. (2) Menurut peneliti, Mike Brown dan timnya, temperatur Sedna mencapai minus 400 derajat Celcius Fahrenheit. (4)Jaraknya juga yang paling jauh dari yang pernah ditemukan yakni 13 milyar kilometer dari matahari.

Kesimpulan :

            Penambahan atau pengurangan kalimat dalam sebuah paragraf tidak akan merusak kesatuan gagasan kalimat jika penambahan dan pengurangan kalimat tersebut sesuai dengan masalah dan tema dalam pengembangan.

.
2)      Menyatu

Hubungan gramatikal dan semantis antara satu kalimat dengan kalimat lain pembentuk paragraf harus menyatu. Hubungan gramatikal dan semantis ditandai dengan pengulangan bagian kalimat, penggunaan kata ganti, penggunaan sinonim, pemanfaatan kata yang berantonim, pemakaian kata umum-khusus, dan sebagainya.

Paragraf 35 (1) Pamor Hidroponik tengah meroket. (2) Kini, total arealnya di planet bumi sudah mencapai puluhan ribu hektare. (3) Dari luas tersebut, bisa dihasilkan sayuran jutaan ton per tahun. (4) itu belum termasuk dari sektor bunga potong yang menyumbang lima miliar dolar AS per tahun. (Insani, 2004:106 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia).
           
            Untuk membuktikan bahwa penyatuan paragraf sudah baik, dapat dilakukan pengacakan susunankalimat sebagaimana paragraf 36 berikut :

Paragraf 36 (1) Pamor Hidroponik tengah meroket. (3) Dari luas tersebut, bisa dihasilkan sayuran jutaan ton per tahun. (2) Kini, total arealnya di planet bumi sudah mencapai puluhan ribu hektare. (4) itu belum termasuk dari sektor bunga potong yang menyumbang lima miliar dolar AS per tahun.

3)      Cukup Pengembangannya

Paragraf yang cukup pengembangannya adalah paragraf yang menyediakan secara cukup kebutuhan minimal kalimat penjelas sehingga tema yang telah dirumuskan tercapai.

Contoh :
Paragraf 38 (1) Penemuan chip pintar yang siap memata-matai manusia itu menguntungkan banyak pihak. (1a) Dengan alat yang besarnya bervariasi dari sebesar biji beras hingga beberapa centimeter itu, pengusaha dapat mengamati dan merekam perilaku pesaing, mitra, atau pelanggannya. (2) Bukan hanya pengusaha, para penjahat pun dapat memetik keuntungan dari teknologi canggih itu. (3) Misalnya, dengan melihat bungkus barang elektronik mewah di tempat sampah seseorang, penjahat dapat menebak kebiasaan dan kekayaan pemilik rumah tersebut. (4) Caranya dengan mencuri data-data pelanggan, termasuk pemilik rumah itu, yang sebelumnya telah dihimpun oleh pengusaha dalam chip RFID (identifikasi frekuensi radio) (Insani, 2004:128 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia).

Paragraf 38 sudah dapat dikategorikan  paragraf lengkap karena kalimat penjelasnya sudah cukup sesuai dengan kebutuhan sehingga tema yang telah dirumuskan tercapai.kalimat penjelas yaitu  keuntungan penggunaan chip bagi pengusaha dibahas pada kalimat (1a), sedangkan keuntungan bagi penjahat dibahas pada kalimat (2), (3), dan (4).

4)      Bergaya Paparan
Gaya penyajian paragraf dalam bahasa Indonesia ilmiah adalah paparan. Gaya paparan ini berfokus pada pemberian informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman. Gaya paparan ini tidak bermaksud meyakinkan orang, membuktikan pendapat, pendirian pribadi, atau membujuk agar pendapatnya diterima. Gaya paparan ini juga tidak bercerita, baik cerita berdasarkan pengamatan maupun rekaan.

Menurut (DetiSyamrotul Fuadi, 2005:201) ciri-ciri paragraf yang baik adalah sebagai berikut :

1)      Kohesif (kepaduan bentuk)
Suatu paragraf adalah kohesif apabila pada paragraf itu dioptimalkan pemakaian penanda-penanda hubungan antarkalimat. Adapun fungsi utamanya adalah memadukan hubungan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Penanda hubungan antar kalimat itu mencakup lima hal, yakni :
a)      hubungan penunjukkan yang ditandai oleh kata-kata itu, ini, tersebut, berikut, dan tadi.
b)      Hubungan penggantian ditunjukkan oleh kata-kata saya, kami, kita, engkau, dan anda.
c)      Hubungan pelepasan ditandai oleh penggunaan kata sebagai dan seharusnya.
d)     Hubungan perangkaian ditandai oleh kata-kata dan, lalu, kemudian, akan tetapi, sementara itu, kecuali itu, jadi, akhirnya, dan namun demikian.
e)      Hubungan leksikal ditandai oleh pemanfaatan pengulangan kata, sinonim, dan hiponim.
2)      Koherensi (Kepaduan makna)
Suatu paragraf adalah koheren apabila infprmasi yang terdapat pada kalimat yang satu berhubungan erat dengan kalimat lainnya, keeratan hubungan antara kalimat-kalimat tersebut ditandai oleh penanda pertalian makna antarkalimat. Adapun pertalian makna antarkalimat dalam paragraf sedikitnya mencakup sepuluh macam, yaitu :
1)      Pertalian ditandai oleh penggunaan kata di samping, selain itu, daripada itu, kecuali itu, dan lagi pula.
2)      Pertalian perusutan ditandai oleh penggunaan kata lalu kemudian.
3)      Pertalian pertentangan ditandai oleh ungakapan sebaliknya, akan tetapi, tetapi, namun, padahal, walaupun, dan demikian.
4)      Pertalian lebih ditandai oleh ungakapan malah, malahan, apalagi, dan lebih-lebih.
5)      Pertalian sebab-akibat ditandai oleh ungkapan karena itu, oleh sebab itu, maka, dan akibatnya.
6)      Pertalian waktu ditandai oleh ungkapan setelah itu, ketika itu, sebelum itu, dan sejak itu.
7)      Pertalian syarat ditandai oleh ungkapan jika demikian, apabila demikian, dan apabila begitu.
8)      Pertalian cara ditandai oleh ungkapan demikian, dengan begitu, dan dengan cara begitu.
9)      Pertalian kegunaan ditandai oleh ungkapan untuk itu.
10)  Pertalian penjelas ditandai oleh ungkapan misalnya dan contohnya.

2.6 Jenis-jenis Paragraf
Menurut (Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia 2015:39-41), berdasarkan letak pokok pikiran yang tertuang dalam kalimat utama, paragraf dibedakan atas :
1)      Paragraf deduktif
2)      Paragraf induktif
3)      Kombinasi
4)      Deskriptif

Berikut penjelasannya :

1)      Paragraf Deduktif
Paragraf jenis ini, kalimat utama yang mengandung pokok pikiran terletak pada awal paragraf. Pola pikirnya dari umum ke khusus. Diawali dari simpulan kemudian dijabarkan rinciannya.
Contoh :
Ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, jumlah armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan. Kedua, kedisiplinan pengendara kendaraan sangat minim. Ketiga, banyak tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas, misalnya pasar, rel kereta api, pedagang kaki lima, halte yang tidak difungsikan, banjir, dan sebagainya. Keempat, kurang tegasnya petugas yang berwenang dalam mengatur lalu lintas serta menindak para pelanggar lalu lintas.

·         Kalimat utama             : ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta
·         Ide pokok                    : penyebab kemacetan di Jakarta
·         Kalimat penjelas          : (apa yang menyebabkan kemacetan di Jakarta)
1)      Jumlah armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan.
2)      Kedisiplinan pengendara sangat minim
                  3)      Banyak tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas
4)      Kurang tegasnya petugas yang berwenang dalam mengatur lalu lintas

2)      Paragraf Induktif
Kebalikkan dari paragraf deduktif adalah paragraf induktif. Paragraf jenis ini disebut juga paragraf dadakan (suspense paragraph). Berbeda dengan paragraf deduktif, pokok pikiran paragraf induktif terruang dalam kalimat akhir paragraf. Pola pikirnya dari khusus ke umum, dari rincian menuju simpulan. Pokok pikiran paragraf ini sering berbentuk generalisasi, dapat berdasarkan fakta, asumsi, atau andaian. Generalisasi sering diperkuat dengan contoh, rincian, penjelasan, atau ilustrasi.
Contoh :
Peremajaan pohon durian semula dilakukan dengan teknik satu pohon. Satu cabang diujung batang disisakan untuk tempat tumbuh tunas baru. Ternyata hal ini mempunyai banyak kekurangan. Selain mudah tumbang juga lama berbuah. Setelah mencoba teknik tiga batang diperoleh hasil bahwa pohon lebih kokoh, cepat berbuah, banyak tunas, dan buahnya banyak. Sehingga teknik peremajaan tiga pohon atau menara kaki tiga menjadi pilihan terbaik saat ini.

·         Kalimat utama             : Sehingga teknik peremajaan tiga pohon atau menara kaki
          tiga menjadi pilihan terbaik saat ini.
·         Ide pokok                    : teknik peremajaan tiga pohon menjadi pilihan terbaik
·         Kalimat penjelas          : (kenapa teknik peremajaan tiga pohon menjadi pilihan
          terbaik?)
1)      Dengan teknik tiga batang diperolehhasil bahwa pohon lebih kokoh, cepat
berbuah, banyak tunas, dan buahnya banyak
3)      Paragraf Kombinasi
Paragraf ini sering disebut paragraf campuran, yaitu kombinasi antara paragraf deduktif dengan induktif. Kalimat utama diawal kemudian diulang lagi diakhir kalimat. Bunyi kalimatnya boleh berbeda, tetapi intinya tetap sama.
Contoh :
Hasil penelitian mengungapkan bahwa tingginya kolestrol merupakan faktor resiko seseorang untuk menderita penyakit jantung koroner. Sebenarnya, banyak faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya kolesterol, tetapi yang dianggap paling besar perannya dalam masalah tersebut adalah tingginya konsumsi lemak serta kandungan konsumsi asam lemaknya. Dalam hal ini minyak goreng merupakan sumber lemak yang tidak baik. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.


·         kalimat utama              :
1)      Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolestrol merupakan faktor resiko seseorang untuk menderita penyakit jantung koroner. Dan
2)       Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung
koroner
·         Ide pokok                    : kolestrol penyebab utama penyakit jantung koroner
·         Kalimat penjelas          : (apa faktor yang menyebabkan kolestrol menjadi
penyebab utama penyakit jantung?)
1)      faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya kolesterol, tetapi yang dianggap paling besar perannya dalam masalah tersebut adalah tingginya konsumsi lemak serta kandungan konsumsi asam lemaknya
2)      minyak goreng merupakan sumber lemak yang tidak baik

4)      Paragraf Deskriptif
Deskripsi berarti penggambaran. Inti paragraf ini digambarkan secara samar-samar dalam paragraf. Kalimat utama tidak terdapat dimana-mana. Setelah dibaca, baru diketahui maksud dari paragraf tersebut. Pada umumnya, paragraf jenis ini terdapat dalam karangan-karangan fiksi seperti cerpen, novel, roman, dan sebagainya.
            Contoh :
Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.

Berdasarkan sifat dan tujuannya (Keraf, 1980:56-66 dalam Tyatur Desi) membedakan kalimat menjadi tiga macam, yaitu :
1)      Paragraf pembuka
Yaitu paragraf yang berkedudukan pada awal tulisan sebuah karangan. Paragraf ini bertujuan untuk mengatur pokok pikiran dalam karangan itu. Paragraf ini harus memiliki sifat untuk menarik perhatian dan minat pembaca agar pikirannya tertuju ke arah apa yang segera akan diuraikan.
2)      Paragraf Penghubung
Yaitu semua paragraf yang terdapat diantara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Sifat dan tujuan yang harus dimiliki paragraf penghubung ialah menguraikan inti persoalan yang menjafi topik dari karangan itu. Oleh karena itu, paragraf penghubung harus disusun secara teratur. Sehingga pembaca dapat memahami isi karangan secara teratur. Sehingga pembaca dapat memahami isi karangan secara teratur dan pola pikirnya sesuai denngan pengarang.

3)      Paragraf Penutup
Yaitu paragraf yang disusun oleh pengarang dengan tujuan untuk mengakhiri sebuah karangan atau bagian karangan. Paragraf penutup disusun oleh pengarang dengan tujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca bahwa pengungkapan gagasan dari karangan itu sudah selesai.
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya.
Berdasarkan jenisnya
1.      Narasi
adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian.

Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
2.      Deskripsi
adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan.

Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita Palestina.
3.      Eksposisi
adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi.

Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.
4.      Argumentasi
adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya. Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
5.      Persuasi
adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
Berdasarkan letak kalimat utamanya
1.      Paragraf deduktif
adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.

Contoh:
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
2.      Paragraf Induktif
adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
1.      Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
2.      Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
3.      Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
4.      Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
Berdasarkan bentuk dan pola pengembangannya paragraf generalisasi juga dapat dibagi dalam 2 jenis bentuk paragraf generalisasi
Jenis Jenis Paragraf Generalisasi
1.      Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif adalah paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi. Tapi fakta itu dianggap mewakili sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis ini sangatlah lemah karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena.
2.      Tanpa Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan Induktif merupakan paragraf generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik karena kebenarannya dapat dipercaya karena menggunakan fakta yang lengkap.

Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal
yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain.

Contoh:

Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
    • Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B.
Contoh:
Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.
    • Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya.
Contoh:
Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.
    • Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.
3.      Paragraf Campuran
adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.

Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
4.      Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar
adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas.

Contoh:
Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.
2.5 Pola Pengembangan Paragraf
            Pengembangan paragraf bahasa Indonesia ilmiah dilakukan dengan dua rumpun metode, yaitu dengan analisis penalaran dan ilustrasi. Rumpun metode pertama memanfaatkan logika deduktif, khususnya silogisme, sedangkan yang kedua memanfaatkan logika induktif.
1)      Pengembangan dengan analisis penalaran

Pengembangan dengan analisis penalaran ini dilakukan dengan penautan secara deduktif antara satu kalimat dengan kalimat yang lain. Metode ini merupakan panduan umum pengembangan paparan dan argumen. Pengembangan dengan analisis penalaran terdiri dari :

a)      Pengurutan gagasan yang logis

Dalam menulis, sering penulis dihadapkan pada ide yang amat menarik, penting, berguna, praktis atau sangat bernilai. Pada contoh (44) berikut terdapat lima cara yang dapat dipilih untuk meninggalkan kampus, mudik lebaran. Tiap cara dapat dipilih berdasarkan pertimbangan harga, waktu, keamanan, kepraktisan,kemenarikan, dan keterpercayaan. Berbagai pilihan kendaraan dianalisis dari segi biaya, keamanan, kenyamanan, dan kepraktisannya.

Contoh (44) :

Kepada mahasiswa yang belum pernah berdesakan dalam arus mudik lebaran, disampaikan cara terbaik untuk dapat meninggalkan kota tempat berkuliah menjelang hari raya. Membonceng truk tidak dibenarkan, disamping amat tidak aman, lebih-lebih untuk wanita. Naik kereta api memang aman, tetapi stasiunnya jauh dari tempat tinggal dan belum tentu bisa langsung menuju kota tujuan. Naik busa merupakan pilihan yang cukup baik. Di samping terminal berada di tengah kota, bus melayani tujuan ke setiap kabupaten. Akan tetapi, kondisi penumpang yang cendeerung berjubel sering dimanfaatkan oleh pencopet. Barangkali pilihan lain jatuh pada travel. Meski biaya agak tinggi, tetapi keamanan dan kenyamanan terjamin. Penumpang dapat dijemput di tempat tinggal dan diantar ke rumah tujuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah waktu pemesanan yang sebaiknya dilakukan jauh hari sebelum keberangkatan.

b)      Penghubungan sebab-akibat

Paragraf dengan pengembangan sebab-akibat ini tepat digunakan untuk melakukan eksplanasi dan argumentasi tenatang sebab-akibat sebuah akibat terjadi. Pada contoh (45) berikut dikemukakan beberapa sebab sehingga uang Rp1.000,00 bergambar mantan presiden dengan latar belakang tari srimpi yang dipasaran pernah berlaku 10 juta rupiah itu dinyatakan palsu.

Contoh (45):

Kendati memiliki gambar air sebagai penanda keaslian uang kertas, bahan uang kertas bernominal Rp1.000,00 ini terbuat dari kertas buram. Uang ini juga hanya dicetak dalam satu warna serta tidak bertekstur sebagaimana uang kertas pada umumnya. Lebih meragukan lagi, dalam catatan resmi pemerintah, tidak terdapat daftar bahwa Negara Republik Indonesia pernah menerbitkan uan bergambar Presiden Soekarno dengan latar penari srimpi. Karena itu peminat numismatik dan pedagang uang kuno, Welia Fute, menganggap uang sejenis ini tergolong palsu (Mozaik, 2005:87 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia).

c)      Pemprosesan

Paragraf pemprosesan dikembangkan dengan penjelasan sebuah proses terjadi. Pada contoh (46) berikut diberikan contoh paragraf yang menjelaskan proses penciptaan novel pop yang memiliki perbedaan dengan novel serius.
Contoh (46) :

Novel “pop” diciptakan berdasarkan prinsip-prinsip objektifitas terhadap pembaca massal. Penulis berusaha mencari kecenderungan terbesar selera pembaca. Bahkan, penulis berusaha menciptakan dan mempengaruhi selera pembaca itu dari tema, gaya, dan latarnya. Sebagaimana yang dilakukan para pengarang wanita yang dijuluki sebagai sastrawan “sastrawangi”, tema, gaya, dan latar yang dikembangkan sudah amat berbeda dengan novel pop tahun 1980-an. Penekanan yang paling penting dalam novel pop pada plot ceritanya yang memikat dan memukau. Plot ini berusaha menenggelamkan kesadaran individu pembaca dan menyeret ke dalam konflik yang diciptakan. (Dimodifikasi dari Ahmadi, 1996:28 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia)

d)     Pendefinisian

Pendefinisian dilakukan untuk memberikan penjelasan pada satu konsep. Definisi yang paling lazim digunakan dalam karya keilmuan adalah definisi objektif yang diawali dengan menyebutkan kosakata umum konsep yang didefinisikan yang kemudian diikuti dengan ciri-ciri khusus konsep tersebut. Lazimnya, definisi objektif disampaikan dalam satu kalimat, tetapi sebagai variasi dapat digunakan beberapa kalimat.

Paragraf (47) berikut merupakan paragraf yang dikembangkan dengan definisi. Penulis memberi batasan istilah “gazebo dengan cara menyebutkan ciri umum yang diikuti dengan ciri khususnya. Ini merupakan ciri dari definisi objektif. Definisi yang banyak digunakan pada karya tulis keilmuan.

Paragraf (47) :

Sebutan “gazebo” tidak asing bagi banyak orang. Sebuah bangunan kecil yang berdiri terpisah dari bangunan rumah utama. Meski demikian, “gazebo” memiliki bentuk dan ciri yang membedakan dengan bangunan rumah lain. Di tengah bangunan kecil itu terdapat penyangga yang menyerupai tonggak yang sering disebut sebagai saka guru dalam bahasa jawa. Plafon dibuat lebih rendah dan lantai dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah. Bahan bangunan yang berfungsi untuk bersantai bersama keluarga atau tamu ini dominan serba kayu yang dilengkapi ornamen serta kisis-kisi yang serba artistik (Mozaik, 2005:79 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia).

2)      Pengembangan dengan Ilustrasi

Pengembangan dengan ilustrasi sering memanfaatkan logika induktif untuk melakukan eksplanasi terhadap gagasan pokok paragrafnya. Pengembangan dengan ilustrasi terdiri dari :

a)      Pencontohan

Pengembangan pencontohan dilakukan dengan menyebutkan contoh secara lengkap untuk memperjelas proposi yang disampaikan. Kelengkapan contoh bukan hanya diukur dari kuantitasnya, tetapi juga dari proporsisinya.

Misalnya :

Kata-kata seperti duta, bukit, pesona, taman, hamparan, wisma, dan sebagainya merupakan kata serapan yang sudah mewarga. Berbeda dengan kata-kata seperti bulevar, kondominium, mal, estat, plasa, dan sebagainya merupakan kata-kata yang masih terasa keasingannya. Memang kosakata dari bahasa daerah dan asing ada yang sudah lama diserap sehingga sudah bersifat mewarga, tetapi ada pula yang penyerapannya baru dilakukan. Baik kata yang sudah mewarga ataupun yang masih terasa keasingannya harus digunakan dengan cermat makna dan ejaannya.
b)      Pembandingan dan penentangan

Pembandingan dan penentangan sering dilakukan oleh penulis karya keilmuan. Pembandingan mengacu pada pencarian persamaankedua objek, sedangkan penentangan berfokus pada penemuan beragam perbedaannya.

Misalnya :

Orang-orang primitif hidup dari hasil bumi dengan jalan mengumpulkan biji-bijian, buah-buahan, tanaman liar, berburu bermacam-macam binatang di alam bebas, atau menangkap ikan di laut dan sungai. Hal itu dilakukan untuk memenuhi hajat hidup sepanjang hayat. Akan tetapi, di era milenium ini, orang tidak bisa menyediakan makanannya dengan cara demikian. Pohon, buah, sungai, hutan, dan lautan telah dibudidayakan. Utnuk memenuhi hajat hidupnya, masyarakat modern bertani dan beternak. Untuk menyediakan peralatan hidupnya, diabngunlah pabrik dan perusahaan. Bahkan, di era ini orang dapat hidup hanya dengan menjual jasa. (Diadaptasi dari Suryawinata dan Suyitno, 1995:P34 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia)

c)      Pengisahan

Pengisahan dilakukan sebagai pendukung proposisi yang telah dinyatakan. Pengisahan yang dilakukan pada bahasa Indonesia ilmiah seyogianya dilakukan secara berhati-hati agar tidak terjebak pada kisah subjektif. Pengisahan dengan penojolan nama dan latar akan menjadikan bobot subjektifitas tulisan meningkat.

Misalnya :

      Pada tahun 1997, ia lulus ujian negara MTs. Satu setengah tahun berikutnya, ia lulus ujian negara PGA 4 tahun yang hampir saja tidak diikutinya karena merasa cukup dengan ijazah MTs. Padahal, dengan ijazah PGA 4 tahun, ia dapat melanjutkan ke PGAN Kudus langsung kelas 2 pada tahun 1979 dan lulus pada 1981. Ia baru saja benar-benar berimant melanjutkan studi ketika hampir lulus dari PGAN dan diterima pada Jurusan Pnedidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Surabaya. Pada tahun 1982, ia dan teman-temannya tranfer secara klasikal ke jenjang S1 sampai lulus pada tahun 1985 (Asrori, 1998:215 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia).
Menurut (Kunjana Rahardi, 2009:172) pola pengembangan paragraf adalah sebagai berikut :
1)      Pola runtutan ruang dan waktu
Pola ini biasanya digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa atau cara membuat sesuatu, selangkah demi selangkah digambarkan menurut peruntutan ruang dan waktu.

2)      Pola sebab-akibat
Pola ini biasanya digunakan didalam karangan-karangan ilmiah untuk mengemukakan alasan tertentu berikut, justifikasinya, menerangkan alasan terjadinya sesuatu, menjelaskan suatu proses yang berpautan dengan sebab-akibat dari terjadinya hal-hal tertentu.

3)      Pola susunan pembanding
Pola pembanding ini digunakan untuk memperbandingkan dua hal atau dua perkara, bahkan bisa juga lebih yang disatu sisi memiliki kesamaan. Sedangkan pada sisi yang lain mengandung perbedaan.

4)      Pola susunan ibarat
Pola ini digunakan untuk menjelaskan sesuatu hal yang memiliki keserupaan atau kemiripan dengan hal tertentu. Didalam jenis pola pengembangan paragraf ini orang sering menggunakan bentuk-bentuk peribaratan, personifikasi, metafora dan lain-lain.

5)      Pola susunan daftar
Pola ini lazimnya digunakan dalam karya-karya ilmiah dan keteknikan yang seringkali harus mengemukakan informasi dalam bentuk-bentuk daftar, tabel, grafik, dan semacamnya.

6)      Pola susunan contoh
Dalam susunan paragraf ini, kalimat rinciannya lazim menggunakan contoh-contoh tentang apa yang dimaksud dalam kalimat topik utama. Biasanya digunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah.

7)      Pola susunan bergambar
Gambar atau ilustrasi terntentu dimaksudkan untuk memperjelas apa yan telah atau akan dituliskan di dalam sebuah paragraf. Biasanya digunakan dalam karya-karya ilmiah.
2.7 Teknik-teknik Pembelajaran Paragraf
1.      Kalimat Mengalir
Teknik pembelajaran kalimat mengalir memberikan gambaran paragraf yang baik dan yang tidak baik kepada siswa melalui perangkaian kalimat demi kalimat yang dihasilkan oleh oleh tiap individu anggota kelompok secara berkelompok. Siswa membuat paragraf  dengan berkelompok secara berantai antaranggota. Alat yang dibutuhkan adalah lembar kosong yang ada satu kalimat  pemancing yang dibuat oleh guru.
2.      Nomor Kalimat
Dengan teknik ini, siswa diharapkan dapat menyusun paragraf yang runtut, logis, dan sistematis. Siswa membentuk paragraf melalui penomoran kalimat secara logis dan runtut. Alat yang  dibutuhkan adalah lembar fotokopi yang berisi paragraf dengan kalimat-kalimat di dalamnya yang tersusun acak, tidak logis, tidak urut, dan masih kacau. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara perseorangan maupun kelompok
3.      Banding Paragraf
Banding paragraf  merupakan teknik pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat membandingkan model paragraf yang satu dengan yang lainnya. Siswa membandingkan beberapa model paragraf. Alat yang dibutuhkan adalah kliping paragraf  berbagai model (model induktif dan deduktif; model naratif, deskriptif, ekposisif, argumentatif, contoh, definisi, dan lain-lain) yang sudah diletakkan diatas karton (agar awet dan dapat digunakan pada kegiatan berikutnya). Alat tersebut dapat diperoleh dari majalah, koran, atau tulisan anak-anak sendiri dari kelas lain. Kegiatan ini dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.
4.      Kartu Paragraf
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat mengurutkan berbagai paragraf sebuah tulisan yang logis dan runtut, siswa menganalisis paragraf yang ada dikartu. Alat yang dibutuhkan adalah potongan paragraf yang digunting dan ditempelkan ke dalam koran. Teknik ini dapat dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok.
5.      Buat Paragraf   
Tujuan teknik buat paragraf adalah agar siswa dapat membuat paragraf yang baik dan benar melalui variasi bentuk. Alat yang digunakan adalah pulpen, pensil, dan buku tulis. Siswa membuat langsung berbagai variasi paragraf dalam kondisi senang, ceria, dan menantang.
Siswa membuat paragraf dengan kata keterangan di depan paragraf. Kata keterangan ditentukan oleh guru. Setelah itu, siswa saling mendiskusikan hasil paragraf yang dibuatnya. Berikutnya, siswa mebuat paragraf dengan kata benda, nam orang, konsep, atau nama tempat terlebih dahulu. Begitu seterusnya, sampai siswa mendapatkan berbagai variasi paragraf yang logis dan runtut. Siswa menyimpulkan proses yamg dilaluinya. Jangan lupa, guru memfasilitasi siswa untuk merefleksikan kegiatan tersebut.
6.      Paragraf dari gambar
Teknik ini bertujuan agar siswa dapat membuat paragraf berdasarkan gambar yang dilihat. Gambar yang disiapkan dapat hanya sebuah gambar maupun gambar yang berseri. Gambar tersebut dapat diambil dari surat kabar, majalah, poster, foto, karikatur, maupun buatan sendiri. Alat yang digunakan adalah gambar sesuai dengan jumalh siswa. Teknik ini dapat dijalankan secara perseorangan maupun secara berkelompok.
Upayakan gambar yang disajikan sesuai dengan tema pembelajaran yang dipelajari pada minggu itu. Guru dapa memilih gambar yang cocok dengan karakterisktik kelas. Gambar yang telah digunakan siswa dapat ditarik kembali untuk bahan pembelajaran berikutnya.
7.      Ubah Paragraf
Teknik pembelajaran ubah paragraf  bertujuan agar siswa dapat mengubah paragraf yang sudah ada menjadi paragraf baru sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Siswa mengelolah paragraf paragraf menjadi paragraf baru tanpa harus menambahi atau mengurangai paragraf yang sudah ada tetapi membalik-balikan kalimat yang ada dalam paragraf. Contohnya, kalimat pertama dapat dijadikan kalimat ke-4 dalam pargraf baru. Alat yang dibutuhkan adalah fotokopi lembar paragraf sesuai dengan jumlah siswa. Teknik ini dapat dilakukan prseorangan maupun kelompok.
Dalam pelaksanaan teknik ini, siswa diberi kebebasan untuk mengubah paragraf sesuai dengan keingan siswa. Kegiatan ini dapat diulang-ulang dengan fotokopi paragraf yang berbeda-beda. Untuk tahap awal setiap siswa hanya menerima 1 paragraf. Tahap berikutnya tiap siswa dapat menerima 3-5 paragraf untuk diubahnya.
8.      Urutkan Paragraf
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat mengurutkan berbagai paragraf menjadi sebuah tulisan yang logis dan runtut. Siswa diberi 1 lembar fotokopi bacaan yang sengaja tidak diurutkan paragrafnya sehingga bacaan tidak logis dan tidak runtut. Alat yang digunakan adalah lembar fotokopi sejumlah siswa. Teknik ini dapat dilaksanakan  secara perorangan maupun kelompok.
9.      Isi Paragraf
Teknik pembelajaran isi paragraf bertujuan agar siswa dapat mengisi beberapa kalimat buatan sendiri ke dalam tempat yang kosong dalam sebuah paragraf (di tengah paragraf sengaja dikosongi). Alat yang dibutuhkan adalah fotokopi paragraf yang dikosongi kalimat-kalimatnya (upayakan yang kosong di tengah paragraf ) Teknik ini dapat dilaksanakan secara perorang maupun kelompok.
Dalam pelaksanaan teknik ini, siswa diberi kebebasan untuk mengisi kalimat ke dalam paragraf sesuai dengan keinginan siswa. Kegiatan dapa diulang-ulang dengan fotokopi paragraf yang berbeda-beda. Untuk tahap awal siswa hanya menerima 1 paragraf Tahap berikutnya tiap siswa dapat menerima 3-5 paragraf untuk diubahnya.
10.  Menyelesaikan Paragraf
Teknik pembelajaran menyelesaikan paragraf bertujuan agar siswa dapat menyelesaikan paragraf. Alat yang dibutuhkan adalah fotokopi paragraf yang belum selesai(belum lengkap). Teknik ini dapat dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok
11.  Pecah Paragraf
Teknik pembelajaran pecah paragraf bertujuan agar siswa dapat melogiskan dan meruntutkan sebuah tulisan. Siswa memecah tulisan yang tidak ada paragrafnya ke dalam beberapa paragraf. Alat yang dibutuhkan adalah fotokopi tulisan/bacaan yang tidak ada pembatas paragrafnya (paragraf dijadikan satu dalam 1 lembar padahal bacaan aslinya mempunyai beberapa parangraf). Teknik ini dapat dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok.
12.  Bursa Paragraf
Tujuan dari teknik ini adalah agar siswa dapat menganalisis paragraf dari segi kelogisan dan keruntutan dari sebuah paragraf. Siswa mengambil guntingan paragraf sebanyak-banyaknya sesuai dengan waktu yang setelah itu, mereka menganalisinya.
Kegiatan di atas dapat dilaksanakan secara individu maupum kelompok. Guru jangan takut “kalau siswa tidak dapat hal ini. Biarkan siswa bereksplorasi sendiri dalam memaknai dan menentukan strukturnya . setelah mencoba berekperimen, guru mencontohkan satu atau dua paragraf  dari potongan di stoples. Berikutnya, siswa melakukan sendiri tugas tersebut kedalam paragraf dalam stoples juga. Tentunya kegiatan ini dilaksanakan di tahap ketiga, yakni tahap 20 menit.
2.8 Salah Nalar dalam Pengembangan Paragraf
            Penulis harus mengatur cara berpikirnya agar tidak muncul salah nalar dalam pengembangan paragraf. Salah nalar tampak dari gagasan yang salah akibat digunakannya cara berpikir yang tidak tepat. Berikut ini merupakan contoh paragraf yang mengandung salah nalar :
Hutan Indonesia merupakan sumber kekayaan. Sayang sekali hutan mulai berkurang karena ditebang orang tanpa rencana. Mungkin hal itu terjadi karena orang terlalu miskin dan menjual kayu. Mungkin juga karena orang tidak memahami hubungan ekologi antara hujan dan hutan. Padahal hujan tahun-tahun akhir ini sudah amat berkurang. Menurut Direktorat Meteorologi curah hujan di Jawa hanya sepertiga dari tahun yang lalu. Banyak sawah yang kekurangan air sehingga hasil panen tidak mencukupi kebutuhan rakyat setempat.



            Contoh paragraf tersebut mengandung salah nalar sehingga terjadi penyisipan rincian yang tidak bertalian dan Pemasukan kalimat topik yang kedua atau gagasan pokok yang lain ke dalamnya. Akibatnya, terjadi pelanturan dan pembauran dua pokok sehingga campur baur.



















BAB II
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Paragraf merupakan model karangan yang terkecil. Sebagai model karangan, pernyataan yang terangkai pada paragraf harus urut, menyatakan hubungan kesatuan, hubungan yang menyatakan adanya ikatan struktural bahasa dan ikatan logis berbahasa, dan hubungan yang menunjukkan cara berpikir. Karena itu, penyusunan paragraf tulisan keilmuan yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, penyatuan, kecukupan pengembangan, dan penggunaan gaya paparan. Menurut (Keraf, 1980:67 dalam Tyatur Desi) paragraf yang efektif harus memenuhi tiga syarat, yakni kesatuan, koherensi dan perkembangan paragraf. Sedangkan menurut  (Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia 2015:30-35) paragraf yang efektif memiliki ciri-ciri yakni ada kesatuan gagasan, menyatu, cukup pengembangannya, dan bergaya paparan. Berdasarkan letak pokok pikiran yang tertuang dalam kalimat utama, paragraf dibedakan menjadi paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf kombinasi, dan paragraf deskriptif. Berdasarkan sifat dan tujuannya (Keraf, 1980:56-66 dalam Tyatur Desi) membedakan kalimat menjadi tiga macam, yaitu paragraf pembuka, paragraf penghubung, dan paragraf penutup. Pola pengembangan paragraf bahasa Indonesia ilmiah dilakukan dengan dua rumpun metode, yaitu dengan analisis penalaran dan ilustrasi. Rumpun metode pertama memanfaatkan logika deduktif, khususnya silogisme, sedangkan yang kedua memanfaatkan logika induktif. Ada 12 macam teknik pembelajaran paragraf yaitu kalimat mengalir, nomor kalimat, banding paragraf, kartu paragraf, buat paragraf, paragraf dari gambar, ubah paragraf, urutkan paragraf, isi paragraf, menyelesaikan paragraf, pecah paragraf, dan bursa paragraf.
3.2  Saran
Untuk menulis paragraf, ada beberapa langkah yang harus ditempuh atau diperhatikan yakni (1) Ingatlah selalu kalimat topik, (2) Hindari paragraf yang tidak lengkap dan melompat-lompat, dan (3) Hindari pernyataan yang tidak relevan. Untuk menulis paragraf yang baik juga bisa menggunakan atau membuat kerangka paragraf terlebih dahulu. Ada 3 kerangka paragraf, yaitu :

  • Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
  • Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
  • Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.

















DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia. 2015. Menulis Ilmiah: Buku Ajar MPK Bahasa Indonesia. Surabaya : Unesa University Press.

Suyatno. 2012. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya : SIC.

Desi, Tyatur. 2011. Pemanfaatan Media Kartu Paragraf Untuk Meningkatkan Kemampuan Wacana Kelas IV SDN Tanjungsari No. 97. Surabaya

Sulhan, Najib. 2006. Piramida Bahasa Indonesia. Surabaya : SIC.

Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang. Yogyakarta : Erlangga.

Syamrotul, Deti. 2005. Ringkasan dan Bank Soal Bahasa Indonesia. Bandung : Yrama Widya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...