Sabtu, 23 April 2016

Teori Konstruktivis Piaget

Teori Konstruktivis
Piaget

Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai informasi. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan dan perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada beberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

  • Langkah-langkah proses terjadinya perolehan pengetahuan dalam struktur kognisi siswa menurut pandangan teori konstruktivis :


Berdasarkan bagan skema di atas dapat dijelaskan bahwa proses belajar menurut pandangan konstruktivisme dimulai dari hal baru (pengalaman baru), kemudian berdasarkan dari pengalaman baru itu anak mengingat pengetahuan awal yang ada di dalam memori (otaknya). Bila pengalaman baru itu cocok menurut struktur kognisinya yang dimilikinya maka terjadi asimilasi konsep sehingga pada akhirnya terjadi penguatan konsep pada diri anak tersebut. Namun apabila pengalaman baru tersebut tidak cocok menurut struktur kognisisnya maka akan terjadi ketidak seimbangan (disekuilibrasi). Selanjutnya akan terjadi dua kemungkinan : Pertama, menemui jalan buntu sehingga anak menjadi tidak mengerti, maka dalam proses pembelajaran dicari alternatif strategi lain. Kedua, terjadi adaptasi dan modifikasi pengalaman yang telah dimilikimya, melalui akomodasi sehingga terjadi kecocokan, lebih lanjut akan terjadi keseimbangan (ekuilibrasi) dan pada akhirnya pembelajar menjadi mengerti mengenai suatu konsep yang sedang dipelajari.

Dari uraian di atas, maka dalam pembelajaran yang mengacu pada pandangan konstruktivisme hendaknya menekankan pada langkah-langkah berikut. Pertama guru sebaiknya memilih pengalaman belajar yang mendukung konsep yang akan dipelajari siswa. Kedua, siswa menyusun pengertian pribadinya terhadap pengalaman belajar tersebut, sehingga pengetahuan yang disusun itu harus bermakna bagi siswa itu sendiri. Ketiga, pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh siswa itu sendiri itu dievaluasi melalui diskusi, masing-masing siswa mengemukakan pendapatnya dan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif. Keempat, masing-masing siswa mengkonstruksi kembali tentang pengertiannya dengan dikaitkan pengalaman aslinya. Konstruksi pengetahuan yang sesuai dengan kriteria, akan diterima secara ilmiah, sedangkan yang tidak sesuai (cocok) akan dimodifikasi, adaptasi melalui akomodasi sampai diterima secara ilmiah.

Piaget menjabarkan implikasi teori konstruktivis pada pendidikan yaitu :

  1. memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya.

Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.

  1. mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.

Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan.

  1. memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.

Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu –individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa dari pada aktivitas dalam bentuk klasikal.

  1. mengutamakan peran siswauntuk saling berinteraksi.

Menurut Piaget, pertukaran gagasan –gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarakan secara langsung, perkembangannya dapat di simulasi.

  • Implementasi Teori Konstruktivis dalam Mata Pelajaran IPA SD

Berikut merupakan contoh implementasi atau penerapan teori konstruktivis dalam mata pelajaran IPA SD melalui tiga tahapan, yaitu :

Salah satu contoh yang disarankan adalah memulai dari apa yang menurut siswa hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian. Perlu diupayakan terjadinya situasi konfik pada struktur kognitif siswa. Contohnya mengenai cecak atau cacing tanah. Mereka menduga cecak atau cacing tanah hanya satu macam, padahal keduanya terdiri lebih dari satu genus (bukan hanya berbeda species).

Fase Eksplorasi

· Diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan: “Apa yang kau ketahui tentang cacing tanah?”.
· Semua jawaban siswa ditampung (ditulis dipapan tulis jika perlu).
· Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi kesempatan untuk merumuska hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka semula.

Fase Klarifikasi
· Guru memperkealkan macam-macam cacing dan spesifikasinya.
· Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing tanah.
· Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk dikembangbiakkan.
· Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan penyelidikan.
· Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya.
· Siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu dan sekarang.

Fase Aplikasi
· Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi kelas.
· Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula yang ingin ber-“ternak cacing” tanah.
· Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang perkehidupan jenis cacing tanah tertentu sesuai hasil pengamatannya.

  • Keunggulan Penggunaan Teori Konstruktivis dalam Pembelajaran IPA SD

Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan dan mengintegerasikan dengan hasil rekonstruksi pengetahuan yang mereka miliki dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.

Siswa memiliki kesempatan membagi dan berdiskusi serta saling bertukar pengalaman yang berkaitan dengan mata pelajaran IPA kepada temannya.

Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.

Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...