Probability Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini salah satunya meliputi Disproportionate Stratified Random Sampling.
Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk
menentukan jumlah sampel, bila populasi serstrata tetapi kurang proporsional.
Contoh permasalahan :
Pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai 3 orang lulusan S3, 4
orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan
SMP,
Penyelesaian permasalahan :
3 orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2 diambil semuanya sebagai
sampel karena 2 kelompok tersebut terlalu kecil jumlahnya bila dibandingkan
dengan kelompok lulusan S1, SMU, dan SMP.
Sumber :
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta
Penarikan contoh acak berstrata disproporsional pada dasarnya sama
dengan penarikan contoh acak berstrata, hanya saja pada ancangan disproporsional
strata yang ada pada populasi tidak sepenuhnya direfleksikan pada contoh yang
akan ditarik. Proposi yang ada pada contoh tergantung sepenuhnya pada keputusan
peneliti beserta tujuan penelitian.
Misalnya peneliti ingin mengetahui tanggapan pustakawan yang
bekerja di sektor swasta tentang tunjangan fungsional dengan status gaji
pustakawan berbeda-beda. Peneliti menentukan status ekonomi masing-masing
pustakawan swasta berdasarkan segala gaji :
Rp. 300.000,00 atau kurang per bulan masuk strata rendah
Rp. 301.000,00 – Rp. 499.000,00 masuk strata menengah rendah
Rp. 501.000,00 – Rp. 999.000,00 masuk strata menengah
Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 masuk strata menengah tinggi
RP. 2.001.000,00 ke atas masuk strata tinggi
Kemudian komposisi pustakawan swasta tersebut dimasukkan ke dalam
strata (Tabel 6-5)
Tabel 6-5, Komposisi gaji pustakawan swasta
Penghasilan per bulan
|
Komposisi jumlah pustakawan
|
Komposisi
|
Tinggi
|
30
|
0,03
|
Menengah tinggi
|
70
|
0,07
|
Menengah
|
400
|
0,40
|
Menengah rendah
|
300
|
0,30
|
Rendah
|
200
|
0,20
|
Total
|
1.000
|
1.00
|
Hasil komposisi populasi sebagai tampak pada tabel 6-6 berikut.
Tabel 6-6. Hasil komposisi populasi
Penghasilan per bulan
|
Perbandingan tiap strata
|
Tinggi
|
3
|
Menengah tinggi
|
7
|
Menengah
|
40
|
Menengah rendah
|
30
|
Rendah
|
20
|
Total
|
1.00 (N)
|
Jika peneliti ingin mengetahui pendapat pustakawan mengenai
tunjangan fungsional khusus pustakawan yang masuk berpenghasilan rendah, dapat
dilakukan dengan mengurangi jumlah proporsi pustakawan berpenghasilan tinggi
dan mengambil tambahan pada pustakawan berpenghasilan rendah. Komposisi contoh
berubah sebagai berikut :
Tabel 6-7. Komposisi contoh berstrata disproporsinal
Penghasilan per bulan
|
Perbandingan tiap strata
|
Tinggi
|
2
|
Menengah tinggi
|
5
|
Menengah
|
30
|
Menengah rendah
|
30
|
Rendah
|
33
|
Total
|
1.00
|
Dari komposisi pada Tabel 6-7 kemudian peneliti mengambil contoh,
dapat berdasarkan pengambilan secara acak dari lotere atau pun dari tabel
bilangan acak. Peneliti akan melihat bahwa jumlah contoh pustakawan
berpenghasilan rendah yang dijadikan contoh (jumlahnya 33) lebih tinggi
daripada jumlah menurut komposisi yang proporsional (seharusnya 20). Inilah
yang disebut penarikan contoh secara acak berstrata namun tidak proporsional
dengan komposisi yang ada. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin menekankan
pendapat strata tertentu mengenai sebuah masalah.
Contoh permasalahan :
Populasi dokumentalis di penjara (vendor) informasi terdiri dari
100 lulusan SLTA, 50 lulusan Diploma 2, 9 lulusan Sarjana, 2 lulusan Magister,
dan 1 lulusan Doktor.
Penyelesaian permasalahan :
Dalam permasalahan tersebut, lulusan Magister dan Doktor diambil semuanya
sebagai sampel karena 2 kelompok tersebut terlalu kecil jumlahnya bila
dibandingkan dengan yang berijazah SLTA dan Diploma 2.
Sumber :
Sulistyo dan Basuki. 2010. Metode Penelitian. Jakarta :
Penaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar