“White Chrysanthemum”
Disclaimer :
White Chrysanthemum ©
Raira Rin
NARUTO © Masashi Kishimoto
Pairing : Sai X Yamanaka Ino
Genre : Romance
Rated : T
Length : 1916
Warning : DONT LIKE DONT READ (^_^)
Summary : Sai berjalan pelan diantara deretan rak buku yang
tingginya melebihi tinggi badannya. Langkah Sai terhenti ketika sepasang mata
onyx hitam-nya menangkap sebuah buku berwarna soft-pink dengan judul “The White
Flowers : Strategi Mendapatkan Gadismu”. Membaca kata “Bunga” saja sudah
mengingatkannya pada Ino.
{ Selamat Menikmati }
1001 Strategi Untuk Mendapatkan
Pujaan Hati ala Jiraiya-sensei, begitulah judul dari sebuah buku yang diambil
Sai dari rak buku di perpustakaan kota Konohagakure. Buku yang tidak terlalu
tipis namun juga tidak terlalu tebal. Seperti itulah Sai, dia lebih suka
menghabiskan waktu luangnya di perpustakaan kota hanya sekedar untuk membaca
beberapa buku yang tidak direncanakan untuk dibaca sebelumnya. Namun, buku yang
satu ini berbeda. Sai sudah merencanakan untuk membaca buku itu sebelumnya.
Tentu saja bukan tanpa alasan.
“Pertama, buatlah sebuah panggilan
sayang khusus atau julukan untuk pujaan hatimu. Hal tersebut akan menciptakan
hubungan spesial diantara kalian. Berikanlah panggilan sayang khusus atau
julukan yang sesuai dengan keadaan pujaan hatimu. Warning! Langkah pertama ini
bisa sangat berbahaya dan akan menentukan keberhasilan dalam langkah
berikutnya. Jadi, berhati-hatilah.”
Sai
menutup buku dan mencoba mengingat gambaran pujaan hatinya. Dia memiliki rambut
pirang lurus yang panjang. Wajahnya cantik. Ada alis mata yang sewarna dengan
rambutnya. Bulu mata yang cukup lentik. Sepasang mata berwarna biru shappire.
Hidung yang mancung dan bibir mungil yang selalu dilapisi dengan lipstick
berwarna pink-natural. Meskipun sangat cerewet, tapi dia sangat manis saat
sifat manjanya keluar. Bukan seorang jenius ber-IQ diatas 200 tapi tidak pernah
mau kalah dalam bersaing. Setiap sore, dia menjaga toko bunga milik keluarganya
sambil merangkai berbagai macam buket bunga. Dia jarang makan ramen demi
menjaga kesahatan dan berat badannya agar tetap bagus. Terkadang, dia suka
menganggap laki-laki yang dia suka sebagai miliknya. Ya, kurang lebih seperti
itulah gambaran dari pujaan hati Sai. Lalu, panggilan sayang khusus atau
julukan apa yang akan Sai berikan pada pujaan hatinya itu?
“Rapunzel?”
kata Ino. Nada bicaranya sedikit aneh karena dia tidak mengerti alasan Sai
memberikan julukan Rapunzel padanya. Ya Ampun, sepertinya masa kecil Ino kurang
bahagia.
“Kamu tidak suka ya?” tanya Sai.
“Bukan, bukan tidak suka. Tapi, aku tidak mengerti apa itu
Rapunzel? Apakah itu jenis bunga langkah yang cantik?”
Sai tersenyum lembut pada Ino. “Rapunzel adalah seorang putri dari
pasangan raja dan ratu di sebuah negeri yang sangat damai. Putri Rapunzel
sangat cantik. Dia memiliki rambut pirang lurus yang panjang seperti rambutmu.”
Mendengar penjelasan Sai mengenai Putri Rapunzel, Ino pun mulai blushing bahagia.
Bagus Sai, langkah pertama berjalan sukses.
...
Strategi kedua,
jika kau adalah seorang jenius ber-IQ diatas 200 yang irit bicara dan
membosankan maka kau akan segera kehilangan gelarmu itu. Jangan menganggap
dirimu seorang jenius jika hal-hal yang berkaitan dengan pujaan hatimu saja kau
tidak tahu. Pujaan hati, lebih tepatnya wanita zaman sekarang menyukai
laki-laki yang memiliki kesamaan dengannya. Ntah hobi yang sama atau makanan
favorit yang sama. Hal tersebut sudah terbukti dengan larisnya pakaian couple
di pasar baru Konohagakure. (=_=)*
Lagi-lagi,
laki-laki berkulit putih pucat itu mencoba mengingat gambaran pujaan hatinya.
Ino adalah gadis yang cerewet. Sedangkan, Sai adalah laki-laki yang tidak
banyak bicara, calon suami-suami takut istri. Tidak ada kesamaan. Ino adalah
gadis yang suka berdandan karena ingin terlihat selalu cantik. Tidak mungkin
Sai membahas masalah kecantikan seperti itu dengan Ino. Lagi-lagi tidak ada
kesamaan. Setengah putus asa. Sai pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan
sekolah. Melupakan sejenak masalah strategi kedua dalam 1001 Strategi Untuk
Mendapatkan Pujaan Hati ala Jiraiya-sensei.
Sai berjalan pelan diantara deretan rak buku yang
tingginya melebihi tinggi badannya. Langkah Sai terhenti ketika sepasang mata
onyx hitam-nya menangkap sebuah buku berwarna soft-pink dengan judul “The White
Flowers : Strategi Mendapatkan Gadismu”. Membaca kata “Bunga” saja sudah mengingatkannya
pada Ino. “Menjadi laki-laki romantis dengan mawar merah adalah hal yang sudah
kadaluarsa. Berikanlah bunga berwarna putih yang melambangkan ketulusan dan
keabadian yang otomatis romantis untuk mendapatkan gadismu. Berikut adalah
daftar bunga-bunga berwarna putih yang melambangkan ketulusan dan keabadian versi
Jiraiya-sensei..” Hah? Lagi-lagi buku milik Jiraiya-sensei. Rupanya di
Konohagakure ini memang cuma Jiraiya-sensei yang mempunyai banyak strategi
mengenai percintaan. Namun, sebelum Sai membaca daftar bunga berwarna putih
yang akan membantunya untuk mendapatkan Ino, Naruto datang. Tidak mau ketahuan
oleh Naruto, Sai segera mengembalikan buku itu ke tempat semula.
“Hai Sai, bantu aku
mengerjakan tugas melukis dari Iruka-sensei ya?” kata Naruto.
“Aku juga ya, Sai.
Tolong..” sahut Sakura yang ternyata sudah berada dibelakang Naruto. Sai hanya
tersenyum. Kedua sahabatnya itu memang selalu begitu kalau sudah mendapat tugas
sekolah untuk membuat lukisan.
...
Ditengah perjalanan
pulang..
Sai melihat seorang anak kecil yang berjualan bunga di
pinggir jalan. Ingat akan nasihat di dalam buku yang tadi sedikit sempat dibacanya,
Sai segera berjalan menghampiri anak kecil itu. Berniat membeli bunga berwarna
putih untuk Ino. Mawar putih? mawar sudah sangat mainstream untuk diberikan
pada seorang gadis. Melati? Tidak mungkin Sai memberikan melati, memangnya Ino
itu Suzanna apa? Anggrek putih? Aa lupakan, harganya terlalu mahal untuk dompet
anak sekolah. Akhirnya, pilihan Sai jatuh pada sebuah buket bunga yang tentunya
berwarna putih. Tapi, Sai tidak tahu nama bunga itu. Aa sudahlah, bunga itu
berwarna putih. Warna putih untuk ketulusan dan keabadian, pikir Sai.
Sesampainya Sai di
rumah..
“Aku pulang..” salam
Sai.
“Sai, untuk apa kamu
membeli bunga krisan putih itu?” tanya Kakak Shin yang sepertinya juga baru
pulang dari bekerja.
“Ooohh jadi bunga ini
namanya krisan putih?” batin Sai.
“Kamu baik-baik saja,
Sai?” tanya Kakak Shin melihat Sai yang sepertinya sedang melamun.
“Aa tidak apa-apa Kak
Shin. Bunga ini untuk tugas drama di sekolah besok.” Jawab Sai berbohong.
Keesokkan harinya, di
sekolah..
“Kenapa Sai? Kau
baik-baik saja kan?” tanya Naruto yang melihat Sai terdiam membeku melihat
kepergian Ino.
“Aku tidak mengerti,
kenapa Ino marah padaku? Aku hanya melakukan sesuai nasihat dari buku itu.
Memberi bunga berwarna putih lebih bagus daripada memberi bunga mawar merah.”
Jawab Sai.
“Memangnya bunga
berwarna putih apa yang kamu berikan pada Ino?” tanya Sakura.
“Bunga krisan putih. Ini
bunganya..” jawab Sai dengan polosnya sambil menunjukkan se-buket bunga krisan
putih yang ada ditangannya.
“Ehm! Ehm! Ahahaaha..”
Naruto dan Sakura tertawa bersamaan mendengar jawaban Sai.
“Kenapa kalian tertawa?”
tanya Sai.
“Sai.. Sai.. Ada apa
denganmu, huh? Jelas saja Ino marah besar padamu. Untung bukan aku yang kamu
beri buket bunga krisan putih itu. Aku pasti akan membunuhmu dan meletakkan
buket bunga krisan putih itu diatas kuburanmu. Hahaha..” jawab Sakura.
“Hai, Sai. Jujur saja
ya, aku ini payah dalam hal berkencan. Hinata tidak pernah keberatan jika hanya
aku ajak makan ramen di Ichiraku. Tapi, memberikan krisan putih pada gadis itu
sangat keterlaluan, tau! Hahaha.. Ada apa dengan otakmu, huh? Kau ini..” sahut
Naruto yang masih tidak bisa berhenti tertawa sambil memegangi perutnya.
Bahkan, Kurama, Kyuubi-nya Naruto, ikutan tertawa. Ternyata, ada juga laki-laki
yang lebih payah dari Jinchuriki-nya.
Shiragiku
(White Chrysanthemum) atau yang lebih dikenal dengan sebutan krisan putih
adalah bunga yang melambangkan keabadian. Namun, jangan salah sangka. Keabadian
dalam krisan putih bukanlah lambang keabadian cinta melainkan kematian. Bunga
krisan putih adalah bunga yang digunakan
untuk pemakaman. Jadi, jangan coba-coba memberikan krisan putih pada orang yang
kau suka. *Xixixi*
“Astaga, aku benar-benar ceroboh.” Ucap Sai frustasi setelah
mendengar penjelasan tentang bunga krisan putih dari Sakura.
Sai menghempaskan
tubuh tegapnya ke rerumputan dan membuang asal buket bunga krisan putihnya.
Menjatuhkan buku “1001 Strategi Untuk Mendapatkan Pujaan Hati ala
Jiraiya-sensei” dari dalam tasnya. Buku yang dia pinjam dari perpustakaan kota
itu sudah dua hari ini dibawanya kemana-mana. Jaga-jaga kalau strategi yang
dilakukan berhasil dan harus lanjut ke strategi berikutnya. Sai bangun dan
segera mengambil buku itu agar tidak dilihat oleh Sakura dan Naruto yang masih
sibuk menertawakannya.
“Strategi ketiga, apa
strategi pertamamu berjalan dengan sukses? Sangat sukses hingga strategi
keduamu pun mendukung untuk lanjut ke strategi ketiga? Inilah strategi yang
akan membayar semua perjuanganmu di strategi pertama dan kedua. Di strategi
ketiga sekaligus terakhir ini pastikan dompet kodokmu mengembung terisi penuh
dengan lembaran-lembaran kertas yang biasa kita sebut dengan, U-A-N-G. Its a
time to romantic dating! Dattebayooo!”
“Astaga! Apa-apaan buku
Jiraiya-sensei itu! Di sana bahkan tidak dituliskan seperti apa romantic dating
itu! Aaaaa!” gerutu Sai agak kesal dalam batinnya. Sebelumnya, Sai sudah sempat
membaca strategi ketiga.
Sekarang Sai jadi harus membaca beberapa buku lagi
gara-gara buku ciptaan kakek genit Naruto itu. Satu buku mengenai cara
mendapatkan maaf dari gadis. Satu buku lagi mengenai cara menyusun kencan
romantis. Kalau Shikamaru pasti sudah bilang, “Merepotkan sekali”. Lalu, dia
akan memilih tidur di perpustakaan atau atap kelas.
“Naruto, apa Hinata
pernah marah padamu seperti ini?” tanya Sai. “Apa yang kamu lakukan saat Hinata
marah?”
“Hinata bukanlah tipe
gadis pemarah. Bahkan, saat dia sedang cemburu besar. Tapi, aku akan tetap
meminta maaf padanya. Aku cukup berkata, “Hime, maafkan aku ya?” Lalu, Hinata
akan tersenyum memaafkan aku dan selesai, aku dapatkan pelukkan hangat darinya.
Hihihi..”
Ino dan Hinata sedikit
berbeda. Apa cara yang sama akan berhasil untuk Ino? Batin Sai.
“Kalau kamu Sakura,
bagaimana? Apa sulit jika Sasuke sedang marah padamu?”
“Eh Sasuke ya? Bahkan,
kami hampir tidak pernah marahan. Jadi, aku lupa cara meminta maaf yang jitu.
Hehehe.. Cobalah tanyakan pada teman-teman yang lain, Sai.”
Sai pun berkeliling
mencari satu persatu temannya. Teman pertama, Uchiha Sasuke. “Aku dan Sakura
jarang bertengkar. Sakura tidak akan tahan marahan denganku. Aku ini adalah
hidupnya.” Astaga, seharusnya memang Sai tidak bertanya pada laki-laki keren
seperti Sasuke. Sudah pasti pasangan Sasuke lebih memilih bersabar daripada
bertengkar. Teman kedua, Sabaku No Gaara. “.........” Jawaban Gaara lebih
mengerikan dari jawaban Sasuke. Tidak ada jawaban sama sekali. (-_-)* Ya, Sai memang tidak pernah melihat
Gaara dan Matsuri bertengkar. Meskipun pernah, Gaara tidak akan mau memberitahu
cara dia meminta maaf. Teman ketiga, Nara Shikamaru. “Hoaaammb, astaga Sai, itu
kan sangat merepotkan” Jawaban yang seharusnya sudah diketahui oleh Sai.
“Ayolah, Shikamaru. Kau
pasti punya caranya.” Ya, Shikamaru pasti punya caranya mengingat pacarnya, Temari,
termasuk tipe gadis yang sedikit mudah panas seperti Ino.
“Kau hanya perlu cari
cara untuk perbaiki kesalahanmu, Sai.” Jawab Shkamaru lalu kembali tidur.
ZzZzz..
Pasangan terakhir, Neji dan Tenten. Pasangan adem ayem
ini membuat Sai tidak punya pilihan lain. Sepertinya, dia akan memutar otak
untuk mencerna jawaban dari Shikamaru.
“Sepengetahuanku Ino itu
suka bunga kan? Berikan saja bunga yang banyak padanya.” saran Tenten.
“Justru itu. Dia marah
padaku karena bunga. Aku sudah memberi bunga yang salah.” Kata Sai tidak
bersemangat.
“Salah bunga bagaimana?”
tanya Tenten penasaran. Sementara, Neji tampak cuek dengan percakapan dua
makhluk tersebut.
“Ino marah padamu itu
sudah takdir. Melalui takdir juga kalian akan berbaikan. Jadi, santai saja.”
Sahut Neji. (=_=)* Ya ampun, Neji-kun? Author tahu manusia itu ga bakal bisa
lepas dari yang namanya takdir. Tapi, kata-kata seperti itu rasanya kurang
tepat untuk situasi seperti ini. *Rasenggan Neji*
Sebelum Tenten tertawa
hebat diikuti Neji tersenyum penuh penghinaan, Sai memutuskan mencari alasan
untuk pergi tidak menjawab pertanyaan terakhir Tenten. Sepertinya, strategi
dari Shikamaru adalah hal yang patut untuk dicoba. Tidak ada yang bisa
diragukan lagi dari strategi yang muncul dari manusia yang banyak berpikir dan
ber-IQ diatas 200.
...
“Aku hanya ingin menjadi
sesuatu yang bisa ada didekatmu meskipun kamu tidak peduli sama sekali atau
bahkan kamu tidak menyadari arti keberadaanku karena jarak yang dekat itu. Aku
ingin ada didekatmu untuk mendengar cerita kebahagiaan apa yang kamu dapatkan
dari pengalamanmu baru-baru ini? Aku ingin selalu di sini sekarang. Bernapas
bersamamu adalah keinginan yang tak lebih dan tak kurang. Aku tahu semakin
dekat aku denganmu, aku semakin sulit untuk melihatmu. Namun, aku tetap
menggegam keberanian di hatiku untuk bertahan menerima begitu saja segala
kemungkinan yang mungkin terjadi. Jadi.. maafkan aku ya?” Sai memutuskan untuk
berkata jujur pada Ino mengenai beberapa buku yang sudah dia baca dan tujuan
dari membaca buku-buku itu. Melihat Ino yang hanya diam, Sai mulai putus asa.
“Kamu tidak mau memaafkan aku ya? Baiklah..”
Sai beranjak pergi
meninggalkan Ino. Langkahnya terhenti ketika dia merasakan sepasang tangan
telah melingkar lembut di perutnya. Apalagi kalau bukan Ino memeluknya dari
belakang.
“I-ino..”
“Kau berhutang kencan
denganku dan pastikan jangan membaca buku Jiraiya-sensei untuk itu. Hehehe..”
kata Ino diikuti tawa menggemaskannya.
~ THE END ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar