Kamis, 04 Februari 2016

Sinopsis “Cerita Calon Arang – Pramoedya Ananta Toer”



Ada sebuah negara bernama Daha (Kediri) dipimpin oleh Raja Erlangga. Kehidupan di Daha begitu makmur. Hasil panen para petani selalu baik karena tidak adanya gangguan hama. Anak-anak muda dilatih menjadi prajurit dan perwira. Pendeta-pendeta mendapat perlindungan apabila ingin melakukan pertapaan di gunung. Begitu makmur hingga Daha diibaratkan bagai surga Dewa Indera. Tak ada negara lain bisa menandingi kemakmuran Daha.

            Daha terdiri dari berbagai dusun. Salah satunya adalah dusun Girah. Di Girah tinggal seorang janda bernama Calon Arang dengan anak perempuannya, Ratna Manggali. Calon Arang adalah seorang dukun pemuja Dewi Durga yang terkenal suka menganiaya sesama manusia, membunuh, merampas, dan menyakiti. Tak ada satu pun penduduk Girah mau mendekati Calon Arang dan Ratna Manggali karena takut pada mantra-mantranya. Lama-lama, Calon Arang marah karena merasa tak disukai oleh orang-orang disekitarnya. Calon Arang juga sudah sering mendengar dari para pengikutnya bahwa penduduk Girah selalu membicarakan Ratna Manggali. Selain itu, tidak ada satu pun pemuda yang mau mendekati Ratna Manggali meskipun dia memiliki paras yang cantik. Tentu saja karena mereka takut pada Calon Arang. Lalu, Calon Arang melakukan pemujaan untuk memanggil Dewi Durga. Calon Arang ingin meminta izin untuk menyebarkan penyakit yang bisa membunuh banyak orang. Pemujaan itu berjalan dengan lancar dan Calon Arang mendapat persetujuan dari Dewi Durga atas keinginannya.

Selain Girah, ada dusun bernama Lemah Tulis terletak di pegunungan Daha. Tempat tinggal seorang Empu yang berlawanan karakter dengan Calon Arang. Namanya Empu Baradah. Beliau memiliki seorang istri dan seorang anak perempuan bernama Wedawati. Wedawati sangat mirip dengan ayahnya. Suka menolong orang, ramah, dan selalu berusaha untuk membuat penduduk Lemah Tulis hidup dengan bahagia. Sayangnya, gadis sebaik Wedawati tiba-tiba saja harus kehilangan Ibunya karena sebuah penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh Empu Baradah. Beberapa waktu setelah istrinya meninggal. Empu Baradah menikah lagi dan dikaruniai seorang anak laki-laki. Istri Empu Baradah sangat menyayangi anak laki-lakinya sehingga dia tidak mau kasih sayang Empu Baradah terbagi untuk anaknya dan Wedawati. Dia mencari berbagai cara untuk menyingkirkan Wedawati selama Empu Baradah pergi ke pertapaan. Dia suka memarahi Wedawati karena alasan yang tidak jelas agar Wedawati merasa tidak betah tinggal di rumah. Akhirnya, tidak tahan dengan perlakuan Ibu tirinya. Wedawati pun pergi.

            Sementara itu, Calon Arang dan para pengikutnya sedang berbahagia di Girah. Malam ini, Calon Arang dan para pengikutnya akan menyebarkan penyakit itu ke seluruh Girah dan daerah diluar ibukota. Calon Arang berjalan di tengah-tengah para pengikutnya yang sedang menari-nari mengiringi mantra Calon Arang dari kitab ditangannya. Tidak lama lagi, mereka akan mengadakan pesta atas kematian para penduduk. Keesokkan harinya, menyebarlah penyakit yang tak ada obatnya pada seluruh penduduk. Setiap hari hampir ratusan orang mati dan dimakamkan. Perlahan-lahan, penduduk baik di Girah maupun Daha semakin sedikit. Tidak ada satu pun pendeta baik yang mampu menghentikan penyakit dari Calon Arang. Semua orang hidup dalam ketakutan.

            Berita tentang meluasnya penyakit Calon Arang telah dilaporkan kepada Raja Erlangga. Sang Raja pun mengutus para prajuritnya untuk menangkap Calon Arang. Selama beberapa hari melakukan perjalanan. Sampailah para prajurit Raja Erlangga di Girah. Pemimpin pasukan dan dua orang prajurit memasuki rumah Calon Arang. Namun, Calon Arang yang sudah sangat sakti tidak bisa dilawan hanya dengan senjata prajurit dan ketiga prajurit itu pun meninggal ketika hendak menangkap Calon Arang. Prajurit yang tersisa melarikan diri dari Girah untuk kembali ke Daha dan melaporkan peristiwa tersebut. Raja Erlangga semakin sedih karena tidak bisa menghentikan penyakit Calon Arang. Ditambah lagi pemujaan yang beliau lakukan tidak juga mendatangkan Dewa mana pun untuk membantunya.

            Calon Arang bertambah marah mengetahui Raja Erlangga mengirim para prajurit untuk menangkapnya. Dia memikirkan cara untuk membalas dendam. Namun, kedua muridnya, Weksirsa dan Lendi, menyarankan supaya Calon Arang membatalkan niatnya karena Raja Erlangga merupakan Raja yang sangat dicintai oleh rakyatnya. Tidak akan ada orang yang mau memihak mereka apabila terjadi sesuatu yang buruk pada Raja karena perbuatan mereka. Calon Arang semakin kesal mendengar saran dari Weksirsa dan Lendi. Akhirnya, dia melakukan pemujaan lagi pada Dewi Durga. Meminta agar Dewi Durga mengizinkan untuk Calon Arang menyebarkan penyakit tidak hanya di seluruh Girah dan diluar ibukota tapi di seluruh negara Daha.

            Di Lemah Tulis, Empu Baradah sibuk mencari Wedawati yang pergi dari rumah. Empu Baradah bertanya pada setiap orang yang ditemuinya. Hingga salah satu dari mereka mengatakan kalau Wedawati mungkin pergi ke kuburan Ibunya. Cepat-cepat Empu Baradah pergi ke makam istri pertamanya itu. Di sanalah Empu Baradah menemukan Wedawati yang tengah duduk disamping makam Ibunya. Empu Baradah pun mengajak Wedawati untuk pulang. Semenjak saat itu, Wedawati jarang sekali pergi menemui teman-temannya. Empu Baradah menyuruh Wedawati untuk belajar banyak ilmu di pondok.

            Setelah itu, datanglah utusan Raja Erlangga menemui Empu Baradah. Dia menyampaikan pada Empu Baradah bahwa Raja Erlangga memerlukan bantuan Empu Baradah untuk melenyapkan mantra Calon Arang. Menurut ceritanya, Calon Arang menyebarkan mantra penyakit itu karena dia merasa kesal. Para pemuda tidak ada yang mau mendekati anaknya, Ratna Manggali. Empu Baradah pun bersedia membantu Raja Erlangga. Pertama-tama, Empu Baradah meminta agar Raja Erlangga mau menanggung biaya pernikahan Ratna Manggali dengan anak didiknya, Empu Bahula. Ya, Empu Baradah hendak menjodohkan Ratna Manggali dengan Empu Bahula.

            Lalu, Empu Baradah pergi ke pertapaan. Ibu tiri Wedawati mulai berlaku kasar lagi padanya selama Empu Baradah pergi. Wedawati pun memutuskan untuk pergi dan tinggal di makam Ibunya. Dia berniat tidak akan pernah kembali lagi ke rumahnya. Beberapa hari kemudian, pulanglah Empu Baradah. Mendapati Wedawati tidak ada di rumah, Empu Baradah segera pergi ke makam istrinya. Empu Baradah membujuk agar Wedawati mau ikut pulang dengannya. Namun, Wedawati tidak mau merubah keputusannya. Dia akan tetap tinggal di makam Ibunya. Empu Baradah pun menyuruh beberapa muridnya membangunkan sebuah rumah di dekat makam Istrinya untuk Wedawati. Sejak saat itu, Wedawati tinggal dan melakukan pertapaan di sana. Sesekali Empu Baradah datang untuk mengajari Wedawati tentang kitab-kitab. Wedawati tidak pernah menanyakan tentang Lemah Tulis, Ibu tiri, dan adik tirinya. Dia hanya mau bertanya tentang hal-hal yang bersangkutan dengan kitab-kitab itu.

            Raja Erlangga sangat senang ketika Empu Baradah bersedia membantunya. Bahkan, Empu Baradah sudah menemukan cara untuk melenyapkan mantra Calon Arang. Raja Erlangga memberikan uang dan emas kepada Empu Bahula sebagai emas kawin dan biaya pernikahannya dengan Ratna Manggali. Berangkatlah Empu Bahula ke dusun Girah untuk melamar Ratna Manggali. Empu Bahula disambut ramah oleh Calon Arang. Dia sangat bahagia ketika mendengar bahwa Empu Bahula ingin menikah dengan anak perempuannya. Pikirnya, Ratna Manggali tidak akan jadi omongan orang-orang dusun lagi. Calon Arang menerima lamaran Empu Bahula dan mengadakan pesta pernikahan besar-besaran untuk mereka. Beberapa hari kemudian, Empu Bahula sering melihat Calon Arang pergi dari rumah dan pulang ketika tengah malam. Empu Bahula pun bertanya pada Ratna Manggali tujuan pergi dari Calon Arang. Ratna Manggali menjelaskan semua tentang Ibunya yang suka melakukan pemujaan untuk Dewi Durga demi menyebarkan mantra penyakit ke seluruh penduduk Daha. Empu Bahula meminta tolong pada Ratna Manggali untuk mengambilkan kitab Calon Arang ketika dia tidur. Hingga suatu malam ketika Calon Arang sedang tidur dengan pulasnya. Ratna Manggali diam-diam masuk ke dalam kamarnya dan mengambil kitab itu. Diserahkannya kitab Calon Arang pada Empu Bahula. Setelah mendapatkan kitab itu, Empu Bahula segera pergi ke dusun Lemah Tulis. Menyerahkan kitab Calon Arang kepada Empu Baradah. Setelah berhasil mempelajari isi dari kitab Calon Arang, beliau mengembalikan kitab itu pada Empu Bahula dan menyuruhnya kembali ke dusun Girah. Empu Bahula pun kembali ke dusun Girah. Lalu, Empu Baradah mulai menyembuhkan satu persatu setiap penduduk yang ditemuinya. Hingga beliau bertemu dengan dua murid dari Calon Arang, Weksirsa dan Mahisa Wadana yang meminta tolong supaya Empu Baradah mau membantu mereka dalam bertobat. Empu Baradah berjanji akan membantu mereka. Namun, Weksirsa dan Mahisa Wadana harus mengantarkan Empu Baradah bertemu dengan Calon Arang terlebih dahulu.

            Weksirsa dan Mahisa Wadana membawa Empu Baradah ke tempat Calon Arang biasa melakukan pemujaan untuk Dewi Durga. Mengetahui Empu Baradah adalah pendeta baik yang mampu menyembuhkan penduduk dari mantra penyakitnya. Calon Arang segera memohon agar Empu Baradah mau menyucikannya. Akan tetapi, Empu Baradah menolak karena dosa Calon Arang terlalu besar. Calon Arang pun marah dan menantang Empu Baradah adu kekuatan. Calon Arang mengeluarkan semua kekuatan sihir yang dia miliki untuk melawan Empu Baradah. Namun, gagal dan Empu Baradah berhasil membunuh calon Arang. Beberapa hari setelah kematian Calon Arang. Daha kembali menjadi negara yang makmur. Raja Erlangga mempelajari beberapa ilmu dari Empu Baradah untuk melindungi rakyatnya. Empu Bahula dan Ratna Manggali hidup dengan bahagia. Weksirsa dan Mahisa Wadana menjadi anak didik Empu Baradah yang paling setia. Sedangkan, Wedawati tetap menajalani pertapaannya. Kehidupan di Daha sudah kembali seperti sedia kala berkat pertolongan dari Empu Baradah dengan bantuan dari Empu Bahula.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...