Makalah Bahasa Indonesia
“Pembelajaran Menulis Paragraf”
Dosen Pengampu :
Dra. Sri Hariani, M.Pd
Disusun oleh :
Nisful Laila
B 2014 / 14010644045
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Pendidikan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
2015
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar................................................................................................... i
Daftar
Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang ……………………………………………………... 1
1.2
Rumusan
Masalah ………………………………………………..... 1
1.3
Tujuan
……………………………………...................................... 1
1.4
Manfaat
............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Definisi Paragraf
............................................................................. 3
2.2
Kerangka
Paragraf ........................................................................... 4
2.3
Unsur-unsur
Paragraf ......................................................................
5
2.4
Ciri-ciri
Paragraf
.............................................................................. 5
2.5
Jenis-jenis
Paragraf .......................................................................... 10
2.6
Pola
Pengembangan Paragraf
.......................................................... 21
2.7
Teknik
Pembelajaran Paragraf ........................................................ 27
2.8
Salah
Nalar dalam Pengembangan Paragraf .................................... 30
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
..................................................................................... 32
3.2
Saran
............................................................................................... 32
Daftar Pustaka
Kata
Pengantar
Segala puji bagi Allah, penguasa
jagad raya, yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis sehingga
bisa menyusun dan menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini. Makalah ini
diberi judul “Pembelajaran Menulis Paragraf”.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih patut dihaturkan yang
sebesar-besarnya kepada Dra. Sri Hariani, M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam penyusunan makalah,
keluarga yang telah mendukung dan teman-teman S1 PGSD 2014 yang turut membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam
makalah ini penulis menyadari
masih jauh
dari kata sempurna.
Oleh karena itu, setiap saran dan kritik yang
bersifat membangun selalu disambut dengan tangan terbuka.
Surabaya, April
2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia yang diberikan oleh Dra. Sri Hariani, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, penulisan makalah ini
dilakukan karena masih adanya kesenjangan sosial dalam penulisan paragraf.
Misalnya penulisan paragraf yang tidak lengkap dan melompat-lompat serta adanya
pernyataan-pernyataan yang tidak relevan. Oleh karena itu, dalam makalah ini
dibahas mengenai definisi paragraf, kerangka paragraf, unsur-unsur paragraf,
ciri-ciri paragraf, jenis-jenis paragraf, pola-pola pengembangan paragraf,
teknik-teknik pembelajaran paragraf dan salah nalar dalam pengembangan paragraf
agar bisa membantu atau memperbaiki kesenjangan sosial dalam menulis paragraf.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana definisi dari paragraf?
1.2.2
Bagaimana
kerangka dari paragraf?
1.2.3
Bagaimana
unsur-unsur dari paragraf?
1.2.4
Bagaimana
ciri-ciri dari paragraf?
1.2.5
Bagaimana
jenis-jenis dari paragraf?
1.2.6
Bagaimana
pola pengembangan paragraf?
1.2.7
Bagaimana
teknik-teknik pembelajaran paragaraf?
1.2.8
Bagaimana
salah nalar dalam pengembangan paragraf?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui definisi dari paragraf.
1.3.2
Untuk
mengetahui kerangka dari paragraf.
1.3.3
Untuk
mengetahui unsur-unsur dari paragraf.
1.3.4
Untuk
mengetahui ciri-ciri dari paragraf.
1.3.5
Untuk
mengetahui jenis-jenis dari paragraf.
1.3.6
Untuk
mengetahui pola pengembangan dari paragraf.
1.3.7
Untuk
mengetahui teknik-teknik dari pembelajaran paragraf.
1.3.8
Untuk
mengetahui salah nalar dalam pengembangan paragraf.
1.4 Manfaat
Dengan adanya karya tulis ini, penulis dan pembaca mampu mengetahui
definisi paragraf, ciri-ciri paragraf, unsur-unsur paragraf, jenis-jenis
paragraf, pola pengembangan paragraf, teknik-teknik pembelajaran paragraf, dan
salah nalar dalam pengembangan paragraf agar penulis dan pembaca bisa menulis paragraf
yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Paragraf
Paragraf merupakan model karangan yang terkecil. Sebagai model
karangan, pernyataan yang terangkai pada paragraf harus urut, menyatakan
hubungan kesatuan, hubungan yang menyatakan adanya ikatan struktural bahasa dan
ikatan logis berbahasa, dan hubungan yang menunjukkan cara berpikir. Karena
itu, penyusunan paragraf tulisan keilmuan yang baik harus memenuhi syarat
kesatuan, penyatuan, kecukupan pengembangan, dan penggunaan gaya paparan (Tim
Penulis MPK Bahasa Indonesia, 2015:30).
Paragraf adalah satuan bagian karangan yang digunakan untuk
mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk untaian kalimat. Paragraf dapat
disebut sebagai untaian kalimat yang berisi sebuah gagasan dalam karangan
dengan demikian sejalan dengan konsep untaian kalimat. Paragraf yang ideal
terdiri atas sejumlah kalimat. Dengan pengertian itu, sejalan dengan konsep
untaian kalimat, paragraf yang ideal terdiri atas sejumlah kalimat (Yunus,
2008:316 dalam Tyatur Desi).
Paragraf merupakan kumpulan sejumlah kalimat yang saling
berhubungan dan berkaitan menuju ke sautu arah gambaran tertentu. Jika paragraf
terdiri atas sejumlah kalimat, kita dapat menyimpulkan bahwa kalimat-kalimat
dalam paragraf itu berhubungan. Dapat dikatakan juga bahwa menyusun paragraf
pada hakikatnya adalah menyusun sejumlah kalimat dalam rangka menghubungkan
sejumlah gagasan. Sehubungan dengan itu paragraf sering disebut sebagai
karangan mini (Achmad, 1990:45 dalam Tyatur Desi).
Sebuah
paragraf (dari bahasa
Yunani paragraphos,
"menulis di samping" atau "tertulis di samping")
adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal
paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama
dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa
hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow. Sebuah
paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu
dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan
bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang.
Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk
dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya
tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa
terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau
berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika
dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang
dikutip berganti (Wikipedia).
Paragraf
adalah serangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan logis sehingga
membentuk suatu kesatuan pokok pembahasan. Paragraf merupakan bagian dari
kerangka (tertulis) atau bagian dari tuturan (lisan). Pada umumnya terdiri dari
sejumlah kalimat. Fungsinya untuk mengungkapkan informasi tertentu dengan
gagasan utama sebagai pengendaliannya. Paragraf terdiri atas gagasan dan
beberapa penjelas. Gagasan utama adalah gagasan atau kalimat yang menjadi dasar
suatu paragraf. Kalimat ini menjadi tumpuan pengembangan paragraf. Satu kalimat
dikatakan sebagai kalimat utama apabila persyaratan didalamnya merupakan
rangkuman ataupun gagasan menyeluruh yang dapat mewakili pernyataan-pernyataan
lain. Gagasan utama ditandai oleh kata-kata kunci seperti sebagai simpulan,
yang penting, jadi, dengan demikian, intinya, dan pada dasarnya. Sedangkan
gagasan penjelas adalah gagasan atau kalimat yang perannyan menjelaskan gagasan
utama. Contoh-contoh kalimat penjelas umumnya berisikan contoh-contoh atau
peristiwa ilustratif (Deti Syamrotul Fuadi, 2005:200).
Paragraf
merupakan bagian dari karangan atau tulisan yang membentuk satu kesatuan
pikiran/ide/gagasan. Setiap paragraf dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide
pokok paragraf harus dikemas dalam sebuah kalimat yang disebut kalimat utama.
Dari kalimat utama paragraf itulah kalimat-kalimat penjelas, baik yang sifatnya
mayor maupun minor, dituliskan secara tuntas, lengkap, dan terperinci (Kunjana
Rahardi, 2009:158).
2.2 KerangkaParagraf
Kerangka paragraf ada 3, yaitu :
- Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
- Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
- Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
2.3
Unsur-unsur Paragraf
Seperti bahasa pada umumnya yang memiliki hierarki dan unsur-unsur
lahiriah (kalimat, frasa, kata, dan lain-lain) dan non-lahiriah (makna atau
maksud), paragraf juga memiliki unsur-unsur itu. Unsur lahiriah paragraf yaitu
kalimat, frasa, dan kata. Sedangkan unsur non-lahiriah paragraf adalah makna
atau maksud penulis dalam paragraf (Kunjana Rahardi, 2009:160).
2.4
Ciri-ciri Paragraf
Menurut
(Keraf, 1980:67 dalam Tyatur Desi) paragraf yang efektif harus memenuhi tiga
syarat, yakni :
1.
Kesatuan,
yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah bahwa semua kalimat yang
membina paragraf itu secara bersama-samamenyatakan suatu tema tertentu.
2.
Koherensi,
yang dimaksud dengan koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat
dengan kalimat yang lain membentuk paragraf itu.
3.
Perkembangan
paragraf, perkembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian dari
gagasan-gagasan yang membina paragraf itu.
Menurut
(Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia 2015:30-35) Paragraf yang efektif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Ada
Kesatuan Gagasan
Kesatuan
berarti ada hubungan mengenai masalah dan tema dalam pengembangan. Paragraf
dinyatakan memiliki kesatuan gagasan apabila seluruh uraian atau detail
penunjang terpusat pada satu gagasan utama. Kalimat-kalimat menggambarkan
hubungan dan menunjukkan ikatan untuk mendukung gagasan utama. Tidak boleh ada
kalimat yang menyimpang dari gagasan utama.
Contoh :
Paragraf 31 (1) Dibanding planet-planet lain yang dikenal dalam
tata surya, Sedna dikenal sebagai planet terdingin dan terjauh. (2) Menurut
peneliti, Mike Brown dan timnya, temperatur Sedna mencapai minus 400 derajat
Celcius Fahrenheit. (3) Temperatur itu sama dengan minus 240 derajat Celcius.
(4)Jaraknya juga yang paling jauh dari yang pernah ditemukan yakni 13 milyar
kilometer dari matahari. (5) Jarak itu sama dengan tiga kali jarak matahari ke
Pluto, planet yang selama ini dianggap paling jauh. (Insani, 2004:24 dalam Tim
Penulis MPK Bahasa Indonesia)
Paragraf yang terdiri atas lima buah kalimat tersebut sudah
memenuhi syarat kesatuan.
Penjelasan :
Gagasan pokok paragraf adalah Sedna merupakan planet terdingin dan
terjauh yang terdapat pada kalimat (1). Kalimat (2) dan (3) memperjelas kondisi
temperatur di Sedna yang mencapai minus 400 derajat F atau 240 derajat C,
sebuah kondisi yang amat dingin. Berikutnya kalimat (4) dan (5) menjelaskan
bahwa jarak Sedna amat jauh, sebagai bandingan jarak itu mencapai tiga kali
jarak Pluto ke matahari. Sebelum temuan ini, jarak Pluto ke matahari diangap
jarak terjauh.
Paragraf 31
tersebut menjadi kurang memenuhi syarat jika ditambah kalimat (2a) dan (5a)
sebagaimana pada Paragraf 32 berikut :
Paragraf 32 (1) Dibanding planet-planet lain yang dikenal dalam
tata surya, Sedna dikenal sebagai planet terdingin dan terjauh. (2) Menurut
peneliti, Mike Brown dan timnya, temperatur Sedna mencapai minus 400 derajat
Celcius Fahrenheit. (2a) Brown merekam objek ini dengan kamera Teleskop Palomar
Quest berukuran 48 inci dan mengerjakannya selama empat bulan. (3) Temperatur
itu sama dengan minus 240 derajat Celcius. (4)Jaraknya juga yang paling jauh
dari yang pernah ditemukan yakni 13 milyar kilometer dari matahari. (5) Jarak
itu sama dengan tiga kali jarak matahari ke Pluto, planet yang selama ini
dianggap paling jauh. (5a) Karena jaraknya yang terlalu jauh, pergerakan Sedna
ini hampir-hampir tidak terdeksi.
Penjelasan :
Kalimat (2a)
sumbang karena tidak mendukung gagasan pokok. Berdasarkan tempatnya, kalimat
(2a) seharusnya memperkuat penjelasan tentang dinginnya temperatur di Sedna,
tetapi kalimat (2a) berisi informasi tentang penggunaan alat dan waktu oleh
peneliti dalam melakukan penelitian. Demikian pula, kalimat (5a) seharusnya
memperjelas gagasan tentang jarak Sedna yang jauh, tetapi karena tidak tepat
menata fokus, kalimat tersebut berisi informasi tentang kemampuan gerak Sedna.
Kegagalan
kalimat (2a) dan (5a) yang ditambahkan pada paragraf 31 tersebut tidak dapat
dijadikan dasar bahwa penambahan kalimat akan menjadikan sebuah paragraf tidak
padu lagi. Penambahan kalimat (6) sebagaimana yang dilakukan pada paragraf 33
berikut tidak mengurangi tingkat kesatuan paragrafnya :
Paragraf 33 (1) Dibanding planet-planet lain yang dikenal dalam
tata surya, Sedna dikenal sebagai planet terdingin dan terjauh. (2) Menurut
peneliti, Mike Brown dan timnya, temperatur Sedna mencapai minus 400 derajat
Celcius Fahrenheit. (3) Temperatur itu sama dengan minus 240 derajat Celcius.
(4)Jaraknya juga yang paling jauh dari yang pernah ditemukan yakni 13 milyar
kilometer dari matahari. (5) Jarak itu sama dengan tiga kali jarak matahari ke
Pluto, planet yang selama ini dianggap paling jauh. (6) Jika menggunakan
pesawat ulang alik, dibutuhkan waktu 40 tahun untuk mencapai Sedna.
Pengurangan
kalimat pada sebuah paragraf juga tidak selalu menjadikan paragraf tidak satu
lagi,selama pengurangan dilakukan pada sebagian gagasan penjelas (3) dan (5)
dan masih menyisakan gagasan penjelas yang lain (2) dan (4). Pengurangan
kalimat yang dimaksud dapat diperhatikan pada paragraf 34 berikut :
Paragraf 34 Paragraf 31 (1) Dibanding planet-planet lain yang
dikenal dalam tata surya, Sedna dikenal sebagai planet terdingin dan terjauh.
(2) Menurut peneliti, Mike Brown dan timnya, temperatur Sedna mencapai minus
400 derajat Celcius Fahrenheit. (4)Jaraknya juga yang paling jauh dari yang
pernah ditemukan yakni 13 milyar kilometer dari matahari.
Kesimpulan :
Penambahan atau
pengurangan kalimat dalam sebuah paragraf tidak akan merusak kesatuan gagasan
kalimat jika penambahan dan pengurangan kalimat tersebut sesuai dengan masalah
dan tema dalam pengembangan.
.
2)
Menyatu
Hubungan gramatikal dan semantis antara satu kalimat dengan kalimat
lain pembentuk paragraf harus menyatu. Hubungan gramatikal dan semantis
ditandai dengan pengulangan bagian kalimat, penggunaan kata ganti, penggunaan
sinonim, pemanfaatan kata yang berantonim, pemakaian kata umum-khusus, dan
sebagainya.
Paragraf
35 (1) Pamor Hidroponik tengah meroket. (2) Kini, total arealnya di planet bumi
sudah mencapai puluhan ribu hektare. (3) Dari luas tersebut, bisa dihasilkan
sayuran jutaan ton per tahun. (4) itu belum termasuk dari sektor bunga potong
yang menyumbang lima miliar dolar AS per tahun. (Insani, 2004:106 dalam Tim
Penulis MPK Bahasa Indonesia).
Untuk membuktikan bahwa penyatuan
paragraf sudah baik, dapat dilakukan pengacakan susunankalimat sebagaimana
paragraf 36 berikut :
Paragraf
36 (1) Pamor Hidroponik tengah meroket. (3) Dari luas tersebut, bisa dihasilkan
sayuran jutaan ton per tahun. (2) Kini, total arealnya di planet bumi sudah
mencapai puluhan ribu hektare. (4) itu belum termasuk dari sektor bunga potong
yang menyumbang lima miliar dolar AS per tahun.
3)
Cukup
Pengembangannya
Paragraf yang
cukup pengembangannya adalah paragraf yang menyediakan secara cukup kebutuhan
minimal kalimat penjelas sehingga tema yang telah dirumuskan tercapai.
Contoh :
Paragraf 38 (1) Penemuan chip pintar yang siap memata-matai manusia
itu menguntungkan banyak pihak. (1a) Dengan alat yang besarnya bervariasi dari
sebesar biji beras hingga beberapa centimeter itu, pengusaha dapat mengamati
dan merekam perilaku pesaing, mitra, atau pelanggannya. (2) Bukan hanya
pengusaha, para penjahat pun dapat memetik keuntungan dari teknologi canggih
itu. (3) Misalnya, dengan melihat bungkus barang elektronik mewah di tempat
sampah seseorang, penjahat dapat menebak kebiasaan dan kekayaan pemilik rumah
tersebut. (4) Caranya dengan mencuri data-data pelanggan, termasuk pemilik
rumah itu, yang sebelumnya telah dihimpun oleh pengusaha dalam chip RFID
(identifikasi frekuensi radio) (Insani, 2004:128 dalam Tim Penulis MPK Bahasa
Indonesia).
Paragraf 38
sudah dapat dikategorikan paragraf
lengkap karena kalimat penjelasnya sudah cukup sesuai dengan kebutuhan sehingga
tema yang telah dirumuskan tercapai.kalimat penjelas yaitu keuntungan penggunaan chip bagi pengusaha
dibahas pada kalimat (1a), sedangkan keuntungan bagi penjahat dibahas pada
kalimat (2), (3), dan (4).
4)
Bergaya
Paparan
Gaya penyajian
paragraf dalam bahasa Indonesia ilmiah adalah paparan. Gaya paparan ini
berfokus pada pemberian informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman. Gaya
paparan ini tidak bermaksud meyakinkan orang, membuktikan pendapat, pendirian
pribadi, atau membujuk agar pendapatnya diterima. Gaya paparan ini juga tidak
bercerita, baik cerita berdasarkan pengamatan maupun rekaan.
Menurut
(DetiSyamrotul Fuadi, 2005:201) ciri-ciri paragraf yang baik adalah sebagai
berikut :
1)
Kohesif
(kepaduan bentuk)
Suatu
paragraf adalah kohesif apabila pada paragraf itu dioptimalkan pemakaian
penanda-penanda hubungan antarkalimat. Adapun fungsi utamanya adalah memadukan
hubungan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Penanda hubungan antar
kalimat itu mencakup lima hal, yakni :
a) hubungan penunjukkan yang ditandai oleh kata-kata itu, ini,
tersebut, berikut, dan tadi.
b) Hubungan penggantian ditunjukkan oleh kata-kata saya, kami,
kita, engkau, dan anda.
c) Hubungan pelepasan ditandai oleh penggunaan kata sebagai dan
seharusnya.
d) Hubungan perangkaian ditandai oleh kata-kata dan, lalu,
kemudian, akan tetapi, sementara itu, kecuali itu, jadi, akhirnya, dan namun
demikian.
e) Hubungan leksikal ditandai oleh pemanfaatan pengulangan kata,
sinonim, dan hiponim.
2)
Koherensi
(Kepaduan makna)
Suatu
paragraf adalah koheren apabila infprmasi yang terdapat pada kalimat yang satu
berhubungan erat dengan kalimat lainnya, keeratan hubungan antara
kalimat-kalimat tersebut ditandai oleh penanda pertalian makna antarkalimat.
Adapun pertalian makna antarkalimat dalam paragraf sedikitnya mencakup sepuluh
macam, yaitu :
1) Pertalian ditandai oleh penggunaan kata di samping, selain itu,
daripada itu, kecuali itu, dan lagi pula.
2)
Pertalian
perusutan ditandai oleh penggunaan kata lalu kemudian.
3)
Pertalian
pertentangan ditandai oleh ungakapan sebaliknya, akan tetapi, tetapi, namun,
padahal, walaupun, dan demikian.
4)
Pertalian
lebih ditandai oleh ungakapan malah, malahan, apalagi, dan lebih-lebih.
5)
Pertalian
sebab-akibat ditandai oleh ungkapan karena itu, oleh sebab itu, maka, dan
akibatnya.
6)
Pertalian
waktu ditandai oleh ungkapan setelah itu, ketika itu, sebelum itu, dan sejak
itu.
7)
Pertalian
syarat ditandai oleh ungkapan jika demikian, apabila demikian, dan apabila
begitu.
8)
Pertalian
cara ditandai oleh ungkapan demikian, dengan begitu, dan dengan cara
begitu.
9)
Pertalian
kegunaan ditandai oleh ungkapan untuk itu.
10)
Pertalian
penjelas ditandai oleh ungkapan misalnya dan contohnya.
2.6
Jenis-jenis Paragraf
Menurut
(Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia 2015:39-41), berdasarkan letak pokok pikiran
yang tertuang dalam kalimat utama, paragraf dibedakan atas :
1)
Paragraf
deduktif
2)
Paragraf
induktif
3)
Kombinasi
4)
Deskriptif
Berikut penjelasannya :
1)
Paragraf
Deduktif
Paragraf jenis ini, kalimat utama yang mengandung pokok pikiran
terletak pada awal paragraf. Pola pikirnya dari umum ke khusus. Diawali dari
simpulan kemudian dijabarkan rinciannya.
Contoh :
Ada
beberapa penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, jumlah
armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan. Kedua, kedisiplinan
pengendara kendaraan sangat minim. Ketiga, banyak tempat yang memunculkan
gangguan lalu lintas, misalnya pasar, rel kereta api, pedagang kaki lima, halte
yang tidak difungsikan, banjir, dan sebagainya. Keempat, kurang tegasnya
petugas yang berwenang dalam mengatur lalu lintas serta menindak para pelanggar
lalu lintas.
· Kalimat
utama : ada
beberapa penyebab kemacetan di Jakarta
· Ide
pokok
: penyebab
kemacetan di Jakarta
· Kalimat
penjelas : (apa
yang menyebabkan kemacetan di Jakarta)
1)
Jumlah
armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan.
2) Kedisiplinan pengendara sangat minim
3) Banyak tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas
4) Kurang tegasnya petugas yang berwenang dalam mengatur
lalu lintas
2)
Paragraf
Induktif
Kebalikkan dari paragraf deduktif adalah paragraf induktif.
Paragraf jenis ini disebut juga paragraf dadakan (suspense paragraph). Berbeda
dengan paragraf deduktif, pokok pikiran paragraf induktif terruang dalam
kalimat akhir paragraf. Pola pikirnya dari khusus ke umum, dari rincian menuju
simpulan. Pokok pikiran paragraf ini sering berbentuk generalisasi, dapat
berdasarkan fakta, asumsi, atau andaian. Generalisasi sering diperkuat dengan
contoh, rincian, penjelasan, atau ilustrasi.
Contoh :
Peremajaan pohon durian semula dilakukan
dengan teknik satu pohon. Satu cabang diujung batang disisakan untuk tempat
tumbuh tunas baru. Ternyata hal ini mempunyai banyak kekurangan. Selain mudah
tumbang juga lama berbuah. Setelah mencoba teknik tiga batang diperoleh hasil
bahwa pohon lebih kokoh, cepat berbuah, banyak tunas, dan buahnya banyak. Sehingga teknik peremajaan tiga pohon atau menara kaki tiga menjadi
pilihan terbaik saat ini.
· Kalimat
utama :
Sehingga teknik peremajaan tiga pohon atau menara kaki
tiga menjadi pilihan terbaik saat
ini.
· Ide
pokok
: teknik peremajaan tiga pohon menjadi pilihan terbaik
· Kalimat
penjelas : (kenapa
teknik peremajaan tiga pohon menjadi pilihan
terbaik?)
1)
Dengan
teknik tiga batang diperolehhasil bahwa pohon lebih kokoh, cepat
berbuah, banyak tunas, dan
buahnya banyak
3)
Paragraf
Kombinasi
Paragraf ini sering disebut paragraf campuran, yaitu kombinasi
antara paragraf deduktif dengan induktif. Kalimat utama diawal kemudian diulang
lagi diakhir kalimat. Bunyi kalimatnya boleh berbeda, tetapi intinya tetap
sama.
Contoh
:
Hasil penelitian mengungapkan bahwa
tingginya kolestrol merupakan faktor resiko seseorang untuk menderita penyakit
jantung koroner. Sebenarnya, banyak faktor yang memengaruhi tinggi
rendahnya kolesterol, tetapi yang dianggap paling besar perannya dalam masalah
tersebut adalah tingginya konsumsi lemak serta kandungan konsumsi asam
lemaknya. Dalam hal ini minyak goreng merupakan sumber lemak yang tidak
baik. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit
jantung koroner.
·
kalimat
utama
:
1) Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa tingginya kolestrol merupakan faktor resiko seseorang untuk
menderita penyakit jantung koroner. Dan
2)
Dengan
demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung
koroner
·
Ide
pokok
: kolestrol penyebab utama penyakit jantung koroner
·
Kalimat
penjelas : (apa
faktor yang menyebabkan kolestrol menjadi
penyebab utama
penyakit jantung?)
1) faktor yang
memengaruhi tinggi rendahnya kolesterol, tetapi yang dianggap paling besar
perannya dalam masalah tersebut adalah tingginya konsumsi lemak serta kandungan
konsumsi asam lemaknya
2)
minyak goreng
merupakan sumber lemak yang tidak baik
4)
Paragraf
Deskriptif
Deskripsi berarti penggambaran. Inti paragraf ini digambarkan
secara samar-samar dalam paragraf. Kalimat utama tidak terdapat dimana-mana.
Setelah dibaca, baru diketahui maksud dari paragraf tersebut. Pada umumnya,
paragraf jenis ini terdapat dalam karangan-karangan fiksi seperti cerpen,
novel, roman, dan sebagainya.
Contoh :
Di pinggir jalan banyak orang
berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena
tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat
terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu
oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.
Berdasarkan
sifat dan tujuannya (Keraf, 1980:56-66 dalam Tyatur Desi) membedakan kalimat
menjadi tiga macam, yaitu :
1)
Paragraf
pembuka
Yaitu paragraf yang berkedudukan pada awal tulisan sebuah karangan.
Paragraf ini bertujuan untuk mengatur pokok pikiran dalam karangan itu.
Paragraf ini harus memiliki sifat untuk menarik perhatian dan minat pembaca
agar pikirannya tertuju ke arah apa yang segera akan diuraikan.
2)
Paragraf
Penghubung
Yaitu semua paragraf yang terdapat diantara paragraf pembuka dan
paragraf penutup. Sifat dan tujuan yang harus dimiliki paragraf penghubung
ialah menguraikan inti persoalan yang menjafi topik dari karangan itu. Oleh
karena itu, paragraf penghubung harus disusun secara teratur. Sehingga pembaca
dapat memahami isi karangan secara teratur. Sehingga pembaca dapat memahami isi
karangan secara teratur dan pola pikirnya sesuai denngan pengarang.
3)
Paragraf
Penutup
Yaitu paragraf yang disusun oleh pengarang dengan tujuan untuk
mengakhiri sebuah karangan atau bagian karangan. Paragraf penutup disusun oleh
pengarang dengan tujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca bahwa
pengungkapan gagasan dari karangan itu sudah selesai.
Dalam
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Paragraf dibagi menurut jenis
dan letak kalimat utamanya.
Berdasarkan jenisnya
1.
Narasi
adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau
peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian.
Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu
rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit
susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka
seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir
panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia
semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki
itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun
memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
2.
Deskripsi
adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga
pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu.
Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya:
ada objek yang digambarkan.
Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai.
Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning
nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal.
Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita Palestina.
3.
Eksposisi
adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik,
kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya.
Ciri-cirinya: ada informasi.
Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan
forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya,
dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan
secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar
topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang
persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul
masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi
masyarakat melalui perspektif agama.
adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta
alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya. Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak
mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan
terkait dengan "meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak
kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana
yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia.
Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
5.
Persuasi
adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi
pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk
berbuat sesuatu.
Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan
penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan
mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house.
Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli
alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang
dimiliki tidak cukup untuk itu.
Berdasarkan letak kalimat utamanya
1.
Paragraf deduktif
adalah paragraf yang dimulai dengan
mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan
kalimat-kalimat penjelas.
Contoh:
Kemauannya sulit untuk diikuti.
Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu.
Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa
menggunakannya membuka usaha baru.
2.
Paragraf Induktif
adalah paragraf yang dimulai dengan
mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik.
Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi,
analogi, dan kausalitas.
♦ Generalisasi adalah pola
pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan
kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas
tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan.
Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak
seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak
kelas tiga cukup pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas
adalah:
1.
Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan
anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
2.
Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran
yang logis.
3.
Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak
kelas tiga cukup pandai mengarang.
4.
Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang,
mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam
kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman
juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak
kelas tiga pandai mengarang.
Berdasarkan bentuk dan pola
pengembangannya paragraf generalisasi juga dapat dibagi dalam 2 jenis bentuk
paragraf generalisasi
Jenis Jenis Paragraf Generalisasi
1. Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang bentuknya
loncatan induktif adalah paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta namun
fakta yang ada belum bisa mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi. Tapi
fakta itu dianggap mewakili sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis
ini sangatlah lemah karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh
fenomena.
2. Tanpa Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang berbentuk
Tanpa Loncatan Induktif merupakan paragraf generalisasi yang memberikan cukup
banyak fakta dan lengkap sehingga bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini
sangat baik karena kebenarannya dapat dipercaya karena menggunakan fakta yang
lengkap.
♦ Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal
yang memiliki sifat sama. Pola ini
berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka
akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain.
Contoh:
Alam semesta berjalan dengan sangat
teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang
berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin
yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu
ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi
sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang
sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya.
Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada
ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dalam paragraf di atas, penulis
membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni
manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula
penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian
pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada
ciptaan-ciptaan-Nya itu.
♦ Hubungan Kausal Hubungan
kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang
memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit
kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan
kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
- Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa
yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya.
Polanya adalah A mengakibatkan B.
Contoh:
Era Reformasi tahun pertama dan
tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian,
perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi
nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran
dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian,
kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang
ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era
Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan
syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
Hal penting yang perlu kita
perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam
menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.
- Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan
peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk
mencari penyebabnya.
Contoh:
Kemarin Badu tidak masuk kantor.
Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena
itu, pasti Badu itu sedang sakit.
- Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan
akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga
berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan
lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi
subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal.
Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik
pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena
biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga
barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga
barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.
3. Paragraf Campuran
adalah paragraf yang dimulai dengan
mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti
kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang
ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.
Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia
pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana
maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju
seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
4. Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar
adalah paragraf yang tidak memiliki
kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat
pada kalimat-kalimat penjelas.
Contoh:
Di pinggir jalan banyak orang
berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena
tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat
terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu
oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.
2.5 Pola
Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf bahasa
Indonesia ilmiah dilakukan dengan dua rumpun metode, yaitu dengan analisis
penalaran dan ilustrasi. Rumpun metode pertama memanfaatkan logika deduktif,
khususnya silogisme, sedangkan yang kedua memanfaatkan logika induktif.
1)
Pengembangan
dengan analisis penalaran
Pengembangan dengan analisis penalaran ini dilakukan dengan
penautan secara deduktif antara satu kalimat dengan kalimat yang lain. Metode
ini merupakan panduan umum pengembangan paparan dan argumen. Pengembangan
dengan analisis penalaran terdiri dari :
a)
Pengurutan
gagasan yang logis
Dalam menulis,
sering penulis dihadapkan pada ide yang amat menarik, penting, berguna, praktis
atau sangat bernilai. Pada contoh (44) berikut terdapat lima cara yang dapat
dipilih untuk meninggalkan kampus, mudik lebaran. Tiap cara dapat dipilih
berdasarkan pertimbangan harga, waktu, keamanan, kepraktisan,kemenarikan, dan
keterpercayaan. Berbagai pilihan kendaraan dianalisis dari segi biaya,
keamanan, kenyamanan, dan kepraktisannya.
Contoh (44) :
Kepada
mahasiswa yang belum pernah berdesakan dalam arus mudik lebaran, disampaikan
cara terbaik untuk dapat meninggalkan kota tempat berkuliah menjelang hari
raya. Membonceng truk tidak dibenarkan, disamping amat tidak aman, lebih-lebih
untuk wanita. Naik kereta api memang aman, tetapi stasiunnya jauh dari tempat
tinggal dan belum tentu bisa langsung menuju kota tujuan. Naik busa merupakan
pilihan yang cukup baik. Di samping terminal berada di tengah kota, bus
melayani tujuan ke setiap kabupaten. Akan tetapi, kondisi penumpang yang
cendeerung berjubel sering dimanfaatkan oleh pencopet. Barangkali pilihan lain
jatuh pada travel. Meski biaya agak tinggi, tetapi keamanan dan kenyamanan
terjamin. Penumpang dapat dijemput di tempat tinggal dan diantar ke rumah tujuan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah waktu pemesanan yang sebaiknya dilakukan
jauh hari sebelum keberangkatan.
b)
Penghubungan
sebab-akibat
Paragraf dengan
pengembangan sebab-akibat ini tepat digunakan untuk melakukan eksplanasi dan
argumentasi tenatang sebab-akibat sebuah akibat terjadi. Pada contoh (45)
berikut dikemukakan beberapa sebab sehingga uang Rp1.000,00 bergambar mantan
presiden dengan latar belakang tari srimpi yang dipasaran pernah berlaku 10
juta rupiah itu dinyatakan palsu.
Contoh (45):
Kendati
memiliki gambar air sebagai penanda keaslian uang kertas, bahan uang kertas
bernominal Rp1.000,00 ini terbuat dari kertas buram. Uang ini juga hanya
dicetak dalam satu warna serta tidak bertekstur sebagaimana uang kertas pada
umumnya. Lebih meragukan lagi, dalam catatan resmi pemerintah, tidak terdapat
daftar bahwa Negara Republik Indonesia pernah menerbitkan uan bergambar
Presiden Soekarno dengan latar penari srimpi. Karena itu peminat numismatik dan
pedagang uang kuno, Welia Fute, menganggap uang sejenis ini tergolong palsu
(Mozaik, 2005:87 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia).
c)
Pemprosesan
Paragraf
pemprosesan dikembangkan dengan penjelasan sebuah proses terjadi. Pada contoh
(46) berikut diberikan contoh paragraf yang menjelaskan proses penciptaan novel
pop yang memiliki perbedaan dengan novel serius.
Contoh (46) :
Novel “pop”
diciptakan berdasarkan prinsip-prinsip objektifitas terhadap pembaca massal.
Penulis berusaha mencari kecenderungan terbesar selera pembaca. Bahkan, penulis
berusaha menciptakan dan mempengaruhi selera pembaca itu dari tema, gaya, dan
latarnya. Sebagaimana yang dilakukan para pengarang wanita yang dijuluki
sebagai sastrawan “sastrawangi”, tema, gaya, dan latar yang dikembangkan sudah
amat berbeda dengan novel pop tahun 1980-an. Penekanan yang paling penting
dalam novel pop pada plot ceritanya yang memikat dan memukau. Plot ini berusaha
menenggelamkan kesadaran individu pembaca dan menyeret ke dalam konflik yang
diciptakan. (Dimodifikasi dari Ahmadi, 1996:28 dalam Tim Penulis MPK Bahasa
Indonesia)
d)
Pendefinisian
Pendefinisian
dilakukan untuk memberikan penjelasan pada satu konsep. Definisi yang paling
lazim digunakan dalam karya keilmuan adalah definisi objektif yang diawali
dengan menyebutkan kosakata umum konsep yang didefinisikan yang kemudian
diikuti dengan ciri-ciri khusus konsep tersebut. Lazimnya, definisi objektif
disampaikan dalam satu kalimat, tetapi sebagai variasi dapat digunakan beberapa
kalimat.
Paragraf (47)
berikut merupakan paragraf yang dikembangkan dengan definisi. Penulis memberi
batasan istilah “gazebo dengan cara menyebutkan ciri umum yang diikuti dengan
ciri khususnya. Ini merupakan ciri dari definisi objektif. Definisi yang banyak
digunakan pada karya tulis keilmuan.
Paragraf (47) :
Sebutan “gazebo”
tidak asing bagi banyak orang. Sebuah bangunan kecil yang berdiri terpisah dari
bangunan rumah utama. Meski demikian, “gazebo” memiliki bentuk dan ciri yang
membedakan dengan bangunan rumah lain. Di tengah bangunan kecil itu terdapat
penyangga yang menyerupai tonggak yang sering disebut sebagai saka guru dalam
bahasa jawa. Plafon dibuat lebih rendah dan lantai dibuat lebih tinggi dari
permukaan tanah. Bahan bangunan yang berfungsi untuk bersantai bersama keluarga
atau tamu ini dominan serba kayu yang dilengkapi ornamen serta kisis-kisi yang
serba artistik (Mozaik, 2005:79 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia).
2)
Pengembangan
dengan Ilustrasi
Pengembangan dengan ilustrasi sering memanfaatkan logika induktif
untuk melakukan eksplanasi terhadap gagasan pokok paragrafnya. Pengembangan
dengan ilustrasi terdiri dari :
a)
Pencontohan
Pengembangan
pencontohan dilakukan dengan menyebutkan contoh secara lengkap untuk
memperjelas proposi yang disampaikan. Kelengkapan contoh bukan hanya diukur
dari kuantitasnya, tetapi juga dari proporsisinya.
Misalnya :
Kata-kata
seperti duta, bukit, pesona, taman, hamparan, wisma, dan sebagainya merupakan
kata serapan yang sudah mewarga. Berbeda dengan kata-kata seperti bulevar,
kondominium, mal, estat, plasa, dan sebagainya merupakan kata-kata yang masih
terasa keasingannya. Memang kosakata dari bahasa daerah dan asing ada yang
sudah lama diserap sehingga sudah bersifat mewarga, tetapi ada pula yang
penyerapannya baru dilakukan. Baik kata yang sudah mewarga ataupun yang masih terasa
keasingannya harus digunakan dengan cermat makna dan ejaannya.
b)
Pembandingan
dan penentangan
Pembandingan
dan penentangan sering dilakukan oleh penulis karya keilmuan. Pembandingan
mengacu pada pencarian persamaankedua objek, sedangkan penentangan berfokus
pada penemuan beragam perbedaannya.
Misalnya :
Orang-orang
primitif hidup dari hasil bumi dengan jalan mengumpulkan biji-bijian,
buah-buahan, tanaman liar, berburu bermacam-macam binatang di alam bebas, atau
menangkap ikan di laut dan sungai. Hal itu dilakukan untuk memenuhi hajat hidup
sepanjang hayat. Akan tetapi, di era milenium ini, orang tidak bisa menyediakan
makanannya dengan cara demikian. Pohon, buah, sungai, hutan, dan lautan telah
dibudidayakan. Utnuk memenuhi hajat hidupnya, masyarakat modern bertani dan
beternak. Untuk menyediakan peralatan hidupnya, diabngunlah pabrik dan
perusahaan. Bahkan, di era ini orang dapat hidup hanya dengan menjual jasa.
(Diadaptasi dari Suryawinata dan Suyitno, 1995:P34 dalam Tim Penulis MPK Bahasa
Indonesia)
c)
Pengisahan
Pengisahan
dilakukan sebagai pendukung proposisi yang telah dinyatakan. Pengisahan yang
dilakukan pada bahasa Indonesia ilmiah seyogianya dilakukan secara berhati-hati
agar tidak terjebak pada kisah subjektif. Pengisahan dengan penojolan nama dan
latar akan menjadikan bobot subjektifitas tulisan meningkat.
Misalnya :
Pada tahun 1997, ia lulus ujian negara
MTs. Satu setengah tahun berikutnya, ia lulus ujian negara PGA 4 tahun yang
hampir saja tidak diikutinya karena merasa cukup dengan ijazah MTs. Padahal,
dengan ijazah PGA 4 tahun, ia dapat melanjutkan ke PGAN Kudus langsung kelas 2
pada tahun 1979 dan lulus pada 1981. Ia baru saja benar-benar berimant
melanjutkan studi ketika hampir lulus dari PGAN dan diterima pada Jurusan
Pnedidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Surabaya. Pada tahun 1982, ia dan
teman-temannya tranfer secara klasikal ke jenjang S1 sampai lulus pada tahun
1985 (Asrori, 1998:215 dalam Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia).
Menurut
(Kunjana Rahardi, 2009:172) pola pengembangan paragraf adalah sebagai berikut :
1)
Pola
runtutan ruang dan waktu
Pola ini
biasanya digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa atau cara
membuat sesuatu, selangkah demi selangkah digambarkan menurut peruntutan ruang
dan waktu.
2)
Pola
sebab-akibat
Pola ini
biasanya digunakan didalam karangan-karangan ilmiah untuk mengemukakan alasan
tertentu berikut, justifikasinya, menerangkan alasan terjadinya sesuatu,
menjelaskan suatu proses yang berpautan dengan sebab-akibat dari terjadinya
hal-hal tertentu.
3)
Pola
susunan pembanding
Pola pembanding
ini digunakan untuk memperbandingkan dua hal atau dua perkara, bahkan bisa juga
lebih yang disatu sisi memiliki kesamaan. Sedangkan pada sisi yang lain
mengandung perbedaan.
4)
Pola
susunan ibarat
Pola ini digunakan
untuk menjelaskan sesuatu hal yang memiliki keserupaan atau kemiripan dengan
hal tertentu. Didalam jenis pola pengembangan paragraf ini orang sering
menggunakan bentuk-bentuk peribaratan, personifikasi, metafora dan lain-lain.
5)
Pola
susunan daftar
Pola ini
lazimnya digunakan dalam karya-karya ilmiah dan keteknikan yang seringkali
harus mengemukakan informasi dalam bentuk-bentuk daftar, tabel, grafik, dan
semacamnya.
6)
Pola
susunan contoh
Dalam susunan
paragraf ini, kalimat rinciannya lazim menggunakan contoh-contoh tentang apa
yang dimaksud dalam kalimat topik utama. Biasanya digunakan dalam
tulisan-tulisan ilmiah.
7)
Pola
susunan bergambar
Gambar atau
ilustrasi terntentu dimaksudkan untuk memperjelas apa yan telah atau akan
dituliskan di dalam sebuah paragraf. Biasanya digunakan dalam karya-karya
ilmiah.
2.7
Teknik-teknik Pembelajaran Paragraf
1.
Kalimat
Mengalir
Teknik pembelajaran kalimat mengalir memberikan gambaran
paragraf yang baik dan yang tidak baik kepada siswa melalui perangkaian kalimat
demi kalimat yang dihasilkan oleh oleh tiap individu anggota kelompok secara
berkelompok. Siswa membuat paragraf
dengan berkelompok secara berantai antaranggota. Alat yang dibutuhkan
adalah lembar kosong yang ada satu kalimat
pemancing yang dibuat oleh guru.
2.
Nomor
Kalimat
Dengan teknik ini, siswa diharapkan dapat menyusun paragraf yang
runtut, logis, dan sistematis. Siswa membentuk paragraf melalui penomoran
kalimat secara logis dan runtut. Alat yang
dibutuhkan adalah lembar fotokopi yang berisi paragraf dengan
kalimat-kalimat di dalamnya yang tersusun acak, tidak logis, tidak urut, dan
masih kacau. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara perseorangan maupun
kelompok
3.
Banding
Paragraf
Banding paragraf merupakan teknik pembelajaran yang bertujuan
agar siswa dapat membandingkan model paragraf yang satu dengan yang lainnya.
Siswa membandingkan beberapa model paragraf. Alat yang dibutuhkan adalah
kliping paragraf berbagai model (model
induktif dan deduktif; model naratif, deskriptif, ekposisif, argumentatif,
contoh, definisi, dan lain-lain) yang sudah diletakkan diatas karton (agar awet
dan dapat digunakan pada kegiatan berikutnya). Alat tersebut dapat diperoleh
dari majalah, koran, atau tulisan anak-anak sendiri dari kelas lain. Kegiatan
ini dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.
4.
Kartu
Paragraf
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat mengurutkan
berbagai paragraf sebuah tulisan yang logis dan runtut, siswa menganalisis
paragraf yang ada dikartu. Alat yang dibutuhkan adalah potongan paragraf yang
digunting dan ditempelkan ke dalam koran. Teknik ini dapat dilaksanakan secara
perorangan maupun kelompok.
5.
Buat
Paragraf
Tujuan teknik buat paragraf adalah agar siswa dapat membuat
paragraf yang baik dan benar melalui variasi bentuk. Alat yang digunakan adalah
pulpen, pensil, dan buku tulis. Siswa membuat langsung berbagai variasi
paragraf dalam kondisi senang, ceria, dan menantang.
Siswa membuat paragraf dengan kata keterangan di depan paragraf.
Kata keterangan ditentukan oleh guru. Setelah itu, siswa saling mendiskusikan
hasil paragraf yang dibuatnya. Berikutnya, siswa mebuat paragraf dengan kata
benda, nam orang, konsep, atau nama tempat terlebih dahulu. Begitu seterusnya,
sampai siswa mendapatkan berbagai variasi paragraf yang logis dan runtut. Siswa
menyimpulkan proses yamg dilaluinya. Jangan lupa, guru memfasilitasi siswa
untuk merefleksikan kegiatan tersebut.
6.
Paragraf
dari gambar
Teknik ini bertujuan agar siswa dapat membuat paragraf berdasarkan
gambar yang dilihat. Gambar yang disiapkan dapat hanya sebuah gambar maupun
gambar yang berseri. Gambar tersebut dapat diambil dari surat kabar, majalah,
poster, foto, karikatur, maupun buatan sendiri. Alat yang digunakan adalah
gambar sesuai dengan jumalh siswa. Teknik ini dapat dijalankan secara perseorangan
maupun secara berkelompok.
Upayakan gambar yang disajikan sesuai dengan tema pembelajaran yang
dipelajari pada minggu itu. Guru dapa memilih gambar yang cocok dengan
karakterisktik kelas. Gambar yang telah digunakan siswa dapat ditarik kembali
untuk bahan pembelajaran berikutnya.
7.
Ubah
Paragraf
Teknik pembelajaran ubah paragraf
bertujuan agar siswa dapat mengubah paragraf yang sudah ada menjadi
paragraf baru sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Siswa mengelolah paragraf
paragraf menjadi paragraf baru tanpa harus menambahi atau mengurangai paragraf
yang sudah ada tetapi membalik-balikan kalimat yang ada dalam paragraf.
Contohnya, kalimat pertama dapat dijadikan kalimat ke-4 dalam pargraf baru.
Alat yang dibutuhkan adalah fotokopi lembar paragraf sesuai dengan jumlah
siswa. Teknik ini dapat dilakukan prseorangan maupun kelompok.
Dalam pelaksanaan teknik ini, siswa diberi kebebasan untuk mengubah
paragraf sesuai dengan keingan siswa. Kegiatan ini dapat diulang-ulang dengan
fotokopi paragraf yang berbeda-beda. Untuk tahap awal setiap siswa hanya
menerima 1 paragraf. Tahap berikutnya tiap siswa dapat menerima 3-5 paragraf
untuk diubahnya.
8.
Urutkan
Paragraf
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat mengurutkan
berbagai paragraf menjadi sebuah tulisan yang logis dan runtut. Siswa diberi 1
lembar fotokopi bacaan yang sengaja tidak diurutkan paragrafnya sehingga bacaan
tidak logis dan tidak runtut. Alat yang digunakan adalah lembar fotokopi
sejumlah siswa. Teknik ini dapat dilaksanakan
secara perorangan maupun kelompok.
9.
Isi
Paragraf
Teknik pembelajaran isi paragraf bertujuan agar siswa dapat mengisi
beberapa kalimat buatan sendiri ke dalam tempat yang kosong dalam sebuah
paragraf (di tengah paragraf sengaja dikosongi). Alat yang dibutuhkan adalah
fotokopi paragraf yang dikosongi kalimat-kalimatnya (upayakan yang kosong di
tengah paragraf ) Teknik ini dapat dilaksanakan secara perorang maupun
kelompok.
Dalam pelaksanaan teknik ini, siswa diberi kebebasan untuk mengisi
kalimat ke dalam paragraf sesuai dengan keinginan siswa. Kegiatan dapa
diulang-ulang dengan fotokopi paragraf yang berbeda-beda. Untuk tahap awal
siswa hanya menerima 1 paragraf Tahap berikutnya tiap siswa dapat menerima 3-5
paragraf untuk diubahnya.
10.
Menyelesaikan
Paragraf
Teknik pembelajaran menyelesaikan paragraf bertujuan agar
siswa dapat menyelesaikan paragraf. Alat yang dibutuhkan adalah fotokopi
paragraf yang belum selesai(belum lengkap). Teknik ini dapat dilaksanakan
secara perorangan maupun kelompok
11.
Pecah
Paragraf
Teknik pembelajaran pecah paragraf bertujuan agar siswa dapat
melogiskan dan meruntutkan sebuah tulisan. Siswa memecah tulisan yang tidak ada
paragrafnya ke dalam beberapa paragraf. Alat yang dibutuhkan adalah fotokopi
tulisan/bacaan yang tidak ada pembatas paragrafnya (paragraf dijadikan satu
dalam 1 lembar padahal bacaan aslinya mempunyai beberapa parangraf). Teknik ini
dapat dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok.
12.
Bursa
Paragraf
Tujuan dari teknik ini adalah agar siswa dapat menganalisis
paragraf dari segi kelogisan dan keruntutan dari sebuah paragraf. Siswa
mengambil guntingan paragraf sebanyak-banyaknya sesuai dengan waktu yang
setelah itu, mereka menganalisinya.
Kegiatan di atas dapat dilaksanakan secara individu maupum
kelompok. Guru jangan takut “kalau siswa tidak dapat hal ini. Biarkan siswa
bereksplorasi sendiri dalam memaknai dan menentukan strukturnya . setelah
mencoba berekperimen, guru mencontohkan satu atau dua paragraf dari potongan di stoples. Berikutnya, siswa
melakukan sendiri tugas tersebut kedalam paragraf dalam stoples juga. Tentunya
kegiatan ini dilaksanakan di tahap ketiga, yakni tahap 20 menit.
2.8
Salah Nalar dalam Pengembangan Paragraf
Penulis harus mengatur cara
berpikirnya agar tidak muncul salah nalar dalam pengembangan paragraf. Salah
nalar tampak dari gagasan yang salah akibat digunakannya cara berpikir yang
tidak tepat. Berikut ini merupakan contoh paragraf yang mengandung salah nalar
:
Hutan Indonesia merupakan sumber kekayaan. Sayang sekali hutan
mulai berkurang karena ditebang orang tanpa rencana. Mungkin hal itu terjadi
karena orang terlalu miskin dan menjual kayu. Mungkin juga karena orang tidak
memahami hubungan ekologi antara hujan dan hutan. Padahal hujan tahun-tahun
akhir ini sudah amat berkurang. Menurut Direktorat Meteorologi curah hujan di
Jawa hanya sepertiga dari tahun yang lalu. Banyak sawah yang kekurangan air
sehingga hasil panen tidak mencukupi kebutuhan rakyat setempat.
Contoh paragraf tersebut mengandung
salah nalar sehingga terjadi penyisipan rincian yang tidak bertalian dan Pemasukan
kalimat topik yang kedua atau gagasan pokok yang lain ke dalamnya. Akibatnya,
terjadi pelanturan dan pembauran dua pokok sehingga campur baur.
BAB II
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Paragraf merupakan model karangan yang terkecil. Sebagai model
karangan, pernyataan yang terangkai pada paragraf harus urut, menyatakan
hubungan kesatuan, hubungan yang menyatakan adanya ikatan struktural bahasa dan
ikatan logis berbahasa, dan hubungan yang menunjukkan cara berpikir. Karena
itu, penyusunan paragraf tulisan keilmuan yang baik harus memenuhi syarat
kesatuan, penyatuan, kecukupan pengembangan, dan penggunaan gaya paparan.
Menurut (Keraf, 1980:67 dalam Tyatur Desi) paragraf yang efektif harus memenuhi
tiga syarat, yakni kesatuan, koherensi dan perkembangan paragraf. Sedangkan
menurut (Tim Penulis MPK Bahasa
Indonesia 2015:30-35) paragraf yang efektif memiliki ciri-ciri yakni ada
kesatuan gagasan, menyatu, cukup pengembangannya, dan bergaya paparan.
Berdasarkan letak pokok pikiran yang tertuang dalam kalimat utama, paragraf
dibedakan menjadi paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf kombinasi, dan
paragraf deskriptif. Berdasarkan sifat dan tujuannya (Keraf, 1980:56-66 dalam
Tyatur Desi) membedakan kalimat menjadi tiga macam, yaitu paragraf pembuka,
paragraf penghubung, dan paragraf penutup. Pola pengembangan paragraf bahasa
Indonesia ilmiah dilakukan dengan dua rumpun metode, yaitu dengan analisis
penalaran dan ilustrasi. Rumpun metode pertama memanfaatkan logika deduktif,
khususnya silogisme, sedangkan yang kedua memanfaatkan logika induktif. Ada 12
macam teknik pembelajaran paragraf yaitu kalimat mengalir, nomor kalimat,
banding paragraf, kartu paragraf, buat paragraf, paragraf dari gambar, ubah
paragraf, urutkan paragraf, isi paragraf, menyelesaikan paragraf, pecah
paragraf, dan bursa paragraf.
3.2
Saran
Untuk menulis paragraf, ada beberapa langkah yang harus ditempuh
atau diperhatikan yakni (1) Ingatlah selalu kalimat topik, (2) Hindari paragraf
yang tidak lengkap dan melompat-lompat, dan (3) Hindari pernyataan yang tidak
relevan. Untuk menulis paragraf yang baik juga bisa menggunakan atau membuat
kerangka paragraf terlebih dahulu. Ada 3 kerangka paragraf, yaitu :
- Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
- Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
- Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
DAFTAR PUSTAKA
Tim
Penulis MPK Bahasa Indonesia. 2015. Menulis Ilmiah: Buku Ajar MPK Bahasa
Indonesia. Surabaya : Unesa University Press.
Suyatno.
2012. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya : SIC.
Desi,
Tyatur. 2011. Pemanfaatan Media Kartu Paragraf Untuk Meningkatkan Kemampuan
Wacana Kelas IV SDN Tanjungsari No. 97. Surabaya
Sulhan,
Najib. 2006. Piramida Bahasa Indonesia. Surabaya : SIC.
Rahardi,
Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang. Yogyakarta
: Erlangga.
Syamrotul,
Deti. 2005. Ringkasan dan Bank Soal Bahasa Indonesia. Bandung : Yrama Widya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar