Sabtu, 06 Juni 2015

PENGARUH PERILAKU MENYIMPANG TERHADAP PROES BELAJAR



TUGAS PENELITIAN SOSIOLOGI
“PENGARUH PERILAKU MENYIMPANG TERHADAP PROES BELAJAR DI SMA NEGERI 1 PORONG”








Nama Kelomok:
1.      Iin Nur Inayah                        (24)
2.      Nisful Laila                 (25)
3.      Widiya Dinik Sari       (27)
4.      M. Saiful                     (30)
5.      Pratiwi Wulan Anfa    (33)







SMA Negeri 1 Porong
Jl. Bhayangkari no. 12 Porong Sidoarjo
Tahun Ajaran 2013/2014



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karuia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan sebuah penelitian. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Perilaku Menyimpang Terhadap Proses Belajar di SMA Negeri 1 Porong”. Laporan ini berisikan tentang pengertian perilaku menyimpang dan pengaruhnya terhadap proses belajar siswa.
            Tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapakn demi kesempurnaan penelitian ini.
            Akhir kata, kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penelitian ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala urusan kita. Amin.









Porong, Februri 2014

Tim Penulis

















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR           ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI  .................................................................................................................................ii

BAB I             PENDAHULUAN    ..............................................................................................1
1.1              Latar Belakang            ..................................................................................1
1.2              Rumusan Masalah       ..................................................................................1
1.3              Tujuan Penelitian        ..................................................................................1
1.4              Manfaat Penelitian      ..................................................................................2
1.5              Hipotesis         ..............................................................................................2
BAB II                        KAJIAN TEORI        ..............................................................................................3
                        2.1       Definisi Perilaku Menyimpang           ..........................................................3
                        2.2       Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang           ..............................................4
                        2.3       Sebab-Sebab Perilaku Menyimpang   ..........................................................6
                        2.4       Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang           ..........................................................7
                        2.5       Media Penyimpangan Perilaku Menyimpang ..............................................7
                       
BAB III          JENIS PENELITIAN                        ..................................................................................9

                        3.1       Jenis Penelitian            ..................................................................................9
                        3.2       Metode Penelitian       ..................................................................................9
                        3.3       Tempat dan Waktu di Laksanakannya Penelitian       ..................................9

BAB IV          PENUTUP      ........................................................................................................10

                        4.1       Kesimpulan………………………………………………………………….
                        4.2       Lampiran………………………………………………………………….
                        4.3       Daftar Pustaka……………………………………………………………








BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Dengan seiring perkembangan zaman, semakin banyak perilaku menyimpang yang terjadi pada siswa-siswi yang mempengaruhi proses belajar mengajar khususnya di SMAN 1 PORONG. Salah satu perilaku menyimpang yang terjadi di SMAN 1 PORONG adalah ketidak disiplinan dalam memakai seragam sekolah, pemakaian make-up secara berlebihan, dan membolos. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain di sebabkan oleh mode (fashion), dan pergaulan yang salah (bebas).
Perkembangan fashion yang begitu pesat dan pergaulan remaja yang semakin bebas  membawa pengaruh kepada siswa-siswi SMAN 1 PORONG sehingga mereka melibatkan dunia fasion ke dalam cara berpakaian mereka di sekolah dan membawa kebiasaan buruk pergaulan bebas di lingkungan sekolah. Perkembangan fashion yang diikuti oleh siswa-siswi mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah siswa-siswi di SMAN 1 PORONG mengetahui perkembangan fashion yang menjadikan mereka lebih modern (tidak katro). Sedangkan dampak negatifnya adalah fashion yang diikuti ole                                                                                                                  h mereka tidak sesuai dengan peraturan sekolah sehingga mereka mendapat penilaian yang buruk dari guru akibat korban mode dan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dan adapun dampak positif dari p
Dalam penelitian ini kelompok kami akan memberi contoh beberapa pelanggaran yang terjadi, dan penyebab terjadinya pelanggaran serta cara pemanfaatan fashion secara benar agar tidak menimbulkan penilaian negatif dari guru terhadap siswa-siswi di SMAN 1 PORONG.
Dengan adanya masalah-masalah tersebut kelompok kami akan melakukan penelitian terhadap siswa-siswi di SMAN 1 PORONG agar mengetahui seberapa besar pengaruh fashion di kalangan siswa-siswi SMAN 1 PORONG.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adakah pengaruh perilaku menyimpang terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 1 PORONG ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui tentang pengaruh perilaku menyimpang terhadap prestasi siswa di SMAN 1 PORONG.
2. Untuk mengetahui dampak yang disebabkan oleh peilaku menyimpang terhadap prestasi siswa di SMAN 1 PORONG.
3. Untuk mengetahui data siswa yang berperilaku menyimpangi SMAN 1 PORONG.



1.4 MANFAAT PENELITIAN

            Manfaatnya adalah untuk memberitahu pembaca tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa di SMAN 1 PORONG yang berdampak terhadap prestasi agar mereka mengetahui dan tidak melakukan pelanggaran.

1.5 HIPOTESIS
            Ada pengaruh perilaku menyimpang terhadap prestasi belajar siswa-siswi di SMAN 1 PORONG.



















BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan social adalah perilakunyang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatuhan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) sacara individu maupun pembenarannya sebagai bagian dari makhluk sosial. Definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian, di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan  aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat. Misalnya sorang siswa menyontek pada saat ulangan, merokok di lingkungan sekolah, mengganggu siswa lain dan tidak memakai atribut sesuai dengan aturan. Penyimpangan  terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mematuhi norma atau patokan dan nilai yang sudah baku di masyarakat. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan perilaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Konsep konformitas berkaitan erat dengan proses karena dalam proses sosialisasi akan menghasilkan konformitas. Oleh sebab itu, setiap anggota baru suatu masyarakat akan disosialisasikan agar berperilaku sesuai dengan conform (harapan masyarakat). Apabila ada sesuatu yang tidak sempurna dengan proses sosialisasi yang dilalui ataupun di hasilkan, maka besar kemungkinannya akan terjadi perilaku menyimpang.
Perilaku menyimpang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kondisi lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat. Pada masyarakat tradisionalproses penyesuaian (konformitas) berlangsung sangat kuat. Contohnya, didesa-desa atau masyarakat pedalaman tradisi dipertahankan dan dipelihara dengan kuat. Warga tidak memiliki pemikiran lain selain menyesuaikan diri denga norma-norma yang berlaku dengan didasarkan pada ukuran yang dipergunakan oleh nenek moyangnya terdahulu. Berbeda dengan masyarakat perkotaan, mereka cenderung lebih dinamis dan selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Di kota kemungkinan untuk terjadi perilaku menyimpang lebih besar daripada desa, hal tersebut dikarenakan kota merupakan pintu gerbang pengetahuan, dimana kemajuan teknologi sebagai hasil modernisasi dapat diakses dengan mudah dan memengaruhi pola berpikir serta perilaku masyarakatnya. Selain itu, masyarakat di kota cenderung berpola hidup individual di mana satu orang dengan orang lain kurang mengenal dan tidak mau tahu urusan orang lain sehingga control sosial sangat rendah atau, bahkan hampir tidak ada. Hai itu berbeda dengan pola interaksi masyarakat pedesaan/pedalaman yang keterikatannya masih sangat kuat.
Batasan perilaku menyimpang ditentukan oleh nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai dan norma sosial bersifat relatif sehingga sehingga dapat mengalami perubahan ataupun pergeseran. Sesuatu yang dahulu dianggap suatu penyimpangan pada saat ini bisa saja dianggap sebagai suatu perbuatan  yang dipuji atau sebaliknya.
Perlu diketahui bahwa suatu kaidah sosial dalam suatu masyarakat belum tentusma dengan kaidah sosial masyarakat lain. Sesuatu yang dianggap sebgai suatu bentuk penimpangan belum tentu dianggap sama oleh masyarakat lain, bakan bisa saja dianggap sebagai sutu perbuatan yang biasa oleh masyarakat lain tersebut.
Dari pernyataan ditas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian perilaku menyimpang pun bersifat relatif (nisbi). Tolok uku yang digunakan untuk mengukur apakah suatu perbuatan termasuk dalam kategori “menyimpang” atau tidak adalah ketika perbuatan tersebut telah berada di luar batas-batas pengawasan sosial, yaitu perbuatan yang tidak diperbolehkan dalam suatu budaya masyarakat yang perkembangan dan pembinaannya diawali oleh wakil masyarakat. Bukan berarti orang atau kelompok yang berbuat menyimpang tersebut telah melepaskan diri dari segala macam pola budaya, melainkan ia atau mereka hanya melawan pola kelakuan tertntu dalam masyarakat tempat ia atau mereka hidup sehingga disebut menyimpang.
Faktor lain yang menyebabkan relativitas perilaku menyimpang adalah karena perilaku menyimpang itu juga dianggap sebagai gaya hidup, mode, dan kebiasaan yang dari waktu ke waktu bisa berubah. Sebagai contoh, beberapa puluh tahun yang lalu apabila ada laki-laki yang berdandan dan sangat memperhtikan penampilan serta perawatan badan dianggap sebagai penyimpangan, tetapi untuk zaman sekarang bukan lagi dianggap sebagai penyimpangan, bahka sudah berkembang menjadi gaya hidup metroseksual.

2.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
            Menurut eori Lemert, penyimpangan dibagi menjadi dua macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.
a.       Penyimpangan Primer
Penyimpangan primer, yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang yang dalam aspek kehidupan lainnya selalu sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Penyimpangannya sangat kecil sehingga mudah untuk dimaafkan atau mudah disembunyikan.
Penyimpangan primer bersifat sementara (temporer) dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang. Contohnya orang yang banyak minum alcohol, siswa yang membolos sekolah atau menyontek pada saat ujian, melanggar peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
Biasanya setelah dicap sebagai penyimpangan primer, ia akan terus seperti itu dicap oleh masyarakat. Misalnya dicap sebagai pembohong, anak nakal, dan sebagainya.
Ciri-ciri penyimpangan primer            :
1)      Bersifat sementara
2)      Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang
3)      Masyarakat masih mentolerir/ menerima.
b.      Penyimpangan Sekunder
Penyimpangan sekunder, yaitu suatu perbuatan yang oleh masyarakat dianggap sebagai perbuatan sekunder.  Orang yang sudah dicap oleh masyarakat sudah dicap sebagai penipu, pencuri, atau penipu, dan sebagainya, akan terdorong untuk melakukan penyimpangan sekunder (tahap lanjutan). Alasan mereka adalah “kepalang tanggung” misalnya perbuatan pemerkosaan, mabuk-mabukan, perzinahan, pencurian, korupsi, dan sebagainya.
Penyimpangan sekunder merupakan perbuatan yang dilakukan secara terang-terangan, dan secara umum dikenal karena sering meresahkan orang. Contohnya perjudian, perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan.
Ciri-ciri penyimpangan sekunder        :
1)      Sifatnya khas
2)      Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang
3)      Masyarakat tidak bisa mentolerir/ menerima perilaku tersebut.
Selain penyimpangan primer dan sekunder, bentuk-bentuk penyimpangan dapat juga dibedakan menjai tiga, yaitu penyimpangan individual, penyimpangan kelompok, dan penyimpangan gabungan dari keduanya.
1)      Penyimpangan Individual (Individual deviation)
Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang yang mengabaikan dan melanggar norma-norma yang berlaku. Misalnya siswa yang pulang sekolah sebelum waktunya (membolos), bertengkar dengan teman, merokok di lingkungan sekolah, dan sebagainya.
Beberapa sebutan yang diberikan masyarakat terhadap penyimpangan perilaku yang bersifat individual, antara lain sebagai berikut:
a)      Pembandel, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada nasihat orang-orang di lingkungannya untuk mengubah pendiriannya.
b)      Pembangkang, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada peringatan orang yang berwenang di lingkungannya.
c)      Pelanggar, yaitu orang yang melanggar norma-norma uum/masyarakat yang berlaku.
d)     Penjahat, yaitu orang yang mengabaikan norma umum/masyarakat sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.

2)      Penyimpangan kelompok
Penyimpangan kelompok dilakukan leh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok. Padahal, norma tersebut bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya sindikat pengedar narkoba, sindikat pencopet, sindikat pengemis, sindikat geng motor dan sebagainya.
Mereka memiliki “aturan main” yang sedemikian rupa rapi dan terorganisasi agar perbuatan mereka sulit untuk dilacak atau dibongkar oleh kepolisian. Untuk melacak dan membongkar jaringan sindikat, biasanya kepolisian melakukan penyamara sebagai pembeli narkoba, penadah barang curian, dan sebagainya.
Adapun yang termasuk penyimpangan kelompok adalah sebagai berikut:
a)      Kelompok (geng) kejahatan terorganisasi yang melakukan perampokan dan penyelundupan.
b)      Kelompok pengacau keamanan dengan tujuan-tujuan tertentu, yang di sebut teroris.
c)      Kelompok yang ingin memisahkan diri dari suatu Negara, yang di sebut separatis
d)     Persekongkolan dalam dunia usaha dan lembaga pemerintahan untuk mencari keuntungan sendiri.


3)      Penyimpangan Campuran
Penyimpangan ini dilakukan oleh suatu golongan sosial yang terorganisasi secara rapi sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya taat dan tunduk pada norma-norma golongan. Padahal, secara keseluruhan mereka mengabaikan norma-norma masyarakat yang berlaku. Misalnya geng-geng anak nakal, kelompok semacam ini sekarang berkembang menjadi semacamkelompok ‘mafia” dunia kejahatan yang terdiri atas preman-preman yang sangat meresahkan masyarakat.

2.3  Sebab-Sebab Perilaku Menyimpang

a.       Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna
Menurut teori sosialisasi, perilaku manusia baik yang menyimpang maupun yang tidakdikendalikan oleh norma dan nilai yang dihayati, apabila sosialisasi tidak sempurna akan menghasilkan perilaku yang menyimpang.
Contohnya, anak sulung perempuan dapat berperilaku seperti laki-laki sebagai akibat sosialisasi yang tidak sempurna di lingkungan keluarganya. Hal ini terjadi karena ia harus bertindak sebagai ayah, yang telah meninggal. Di pihak lain, media masa, terutama sering menyajikan gaya hidup yang tidak sesuai dengan anjuran-anjuran yang disampaikan dalam keluarga atau sekolah.
b.      Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan Menyimpang
Shaw dan Mc. Kay mengatakan bahwa daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak ada organisasi yang baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerah yang demikian perilaku menyimpang dianggap sesuatu yang wajar. Dengan demikian, proses sosialisasi tersebut merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan yangmenyimpang.
Contohnya di daerah lingkungan perampok terdapat nilai dan norma yang menyimpang dari kebudayaan setempat. Sehubung dengan itu kita mengenal konsep onomie yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Anomie adalah keadan yang kontras antara pengaruh sub-kebudayaan dan kenyataan sehari-hari masyarakat. Indikasinya adalah masyarakat seakan-akan tidak mempunyai aturan-aturan yang dijadikan pegangan atau pedoman dan untuk ditaati bersama.
c.       Proses Belajar yang Menyimpang
Mekaisme proses belajar pelajar perilaku menyimpang sama halnya dengan proses belajar terhadap hal-hal lain yang ada di masyarakat. Misalnya seorang anak yang sering mencuri uang dari tas temannya mula-mula mempelajari cara mengambil uang tersebut mulai dari orang yang berhubungan dengannya.
d.      Ikatan Sosial yang Berlainan
Dalam masyarakat, orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok orang yang berbeda. Hubungan tersebut akan cenderung membuat mengidentifikasi dirinya dengan kelompok yang paling dihargai. Misalnya, seseorang anak yang bergaul dengan kelompok orang-orang yang sering melakukan aksi kebut-kebutan di jalan raya, kemungkinan besar dia akan melakukan tindakan yang sama.
e.       Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial
Setiap masyarakat tidak hanya memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh kebudayaannya, tetapi juga cara-cara yang diperkenalkan loh kebudayaan itu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Apabila sesesorang tidak diberikan peluang utuk menggunakan cara-cara ini di dalam kehidupannya maka kemungkinan esar akan terjadi penyimpangan sosial. 

2.4 Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
Menurut Paul B.Horton, penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut            :
a)      Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Suatu perbuatan anggota masyarakat dapat dikatakan menyimpang apabila memang didefinisikan sebagai penyimpangan. Perilaku menyimpang bukanlah semata-mata ciri tindakan yang dilakukan orang yang dilakukan melainkan akibat adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita.
b)      Penyimpangan bisa diterima bisa ditolak
Perilaku menyimpang ada yang positif dan negatif. Positif, apabila penyimpangan bisa diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti penemuan baru yang ditemukan oleh para ahli kadang-kadang bertentangan dengan budaya masyarakat. Adapun penyimpangan negatif adalah penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat, seperti perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan menyebarkan bom atau teror.
c)      Penyimpangan relatif dan mutlak
Dalam masyarakat tidak ada seorang pun yang masuk dalam kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpangan (orang yang benar-benar menyimpang). Orang yang termasuk kedua kategori justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupan.
Pada dasarnya semua orang normal sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif bagi orang lain.
d)     Penyimpangan  terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal
Budaya ideal segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat dalam kenyataan di masyarakat. Jadi, antara budaya nyata dan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum.

2.5 Media Penyimpangan Perilaku Menyimpang
a.       Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kalinya pembentukan kepribadian seseorang. Pengaruh kehidupan keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan struktur sosialisasi pertama yang dialami seseorang sehingga keluarga merupakan faktor penentu bagi pembentukan dan perkembangan kepribadian seorang anak. Akan anak mempunyai kepribadian baik apabila ia terlahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik. Akan tetapi, kepribadian anak akan cenderung bersifat negatif apabila ia dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan kelurga yang kurang baik, dalam artian kurang harrmonis karena dalam keluarga tersebut peran orang tua untuk membimbing dan mendidik anak tidak berjalan dengan baik. Keluarga seperti ini gagal dalam memenuhi fungsinya untuk membentuk kepribadian yang baik sehingga anak cenderung berperilaku menyimpang.
b.      Lingkungan Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal juga menjadi salah satu media pembentukan perilaku menyimpang. Apabila seseorang tinggal di lingkungan yang baik di mana anggota masyarakatnya senantiasa akan melakukan prbuatan-perbuatan yang baik pula. Namun sebaliknya, apabila seseorang tinggal di lingkungan yang warga masyarakatnya sering melakukan tindakan kriminalitas, maka orang tersebut juga akan terpengaruh oleh kingkungan ekitar sehingga terbentuklah kepribadian yang menyimpang.
c.       Kelompok Bermain
Seorang idividu mempunyai kelompok bermiain atau pergaulan di dalam dan di liar lingkungan tempat tinggalnya. Adapun kelompok bermain yang berada di luar lingkungan tempat tinggalnya adalah lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Apabila seorang individu bergaul dalam lingkungan bermain yang positif yang selalu melakukan perbuatan yang baik, maka perilakunya juga cenderung positif. Akan tetapi jika seorang idividu bergul dalam kelompok bermain yang negatif yang malas belajar dan suka membolos, maka perilakunya juga cenderung menyimpang seperti itu.
d.      Media Massa
Berbagai informasi dan pemberitaan dari media massa, seperti surat kabar, televise, dan internet dapat membentuk berbagai opini bagi siapa saja yang melihat atau membaca berita yang disaikan. Adakalanya pemberitaan tersebt berisi adegan kekerasan dan tayangan-tayangan yang berbau pornografi dan pornoaksi sehingga hal tersebut dapat membentuk dan memicu perilaku menyimpang.










BAB III
JENIS PENELITIAN           

3.1  Jenis Penelitian
Jenis penelitian kali ini kami mengambil penelitian jenis kausal-komparatif (casual comparative) dan di dalam megelompokkan jenis penelitian ini, kami memasukkan penelitian kausal komparatif sebagai penelitian deskriptif. Alasan yang mendasari adalah bahwa penelitin tersebut berusaha menggambarkn keadaan yang telah terjadi di SMA Negeri 1 Porong.

3.2  Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang kami ambil dalam penelitian saat ini adalah berupa metode angket/kuesioner yang bersifat tertutup dan menggunakan metode strata. Pendekatan penelitianya yakni pendekatan kuantitatif. Alasan kami memilih metode ini karena mudah melakukan perhitungan dan pengelolahan data yang diambil dan dapat di analisis dengan cepat serta mudah. Selain itu kami memilih pendekatan kuantitatif agar sampel penelitian yang dilakukan di lapangan dapat ihitung dan dinyatakan secara akurat kebenaran beserta bukti-bukti data yang diperoleh. Dengan pedekatan kuantitatif, maka kita dapat mmbaca data dengan cara gambar statistik atau diagram batang dan grakfik sehingga kita mengerti dan mengetahui darimana asal serta sumber dari penelitian tersebut.

3.3  Tempat dan Waktu di Laksanakannya Penelitian
·         Lokasi Penelitian:
SMA Negeri 1 Porong
Jl. Bhayangkari no.12 Porong-Sidoarjo
·         Sampel:
Kelas X-IPA2, Kelas X-IPS2, Kelas XI-IPA5, Kelas XI-IPS1, Kelas XII-IPA3, Kelas XII-IPS2
·         Populasi:
Siswa SMA Negeri 1 Porong
·         Jawal Penelitian:
Kelas X-IPA2 melakukan penelitian pada
Kelas X-IPS2 melakukan penelitian pada
Kelas XI-IPA5 melakukan penelitian pada
Kelas XI-IPS1 melakukan penelitian pada
Kelas XII-IPA3 melakukan penelitian pada
Kelas XII-IPS2 melakukan penelitian pada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...