TUGAS
PENELITIAN SOSIOLOGI
“PENGARUH
PERILAKU MENYIMPANG TERHADAP PROES BELAJAR DI SMA NEGERI 1 PORONG”
Nama
Kelomok:
1.
Iin
Nur Inayah (24)
2.
Nisful
Laila (25)
3.
Widiya
Dinik Sari (27)
4.
M.
Saiful (30)
5.
Pratiwi
Wulan Anfa (33)
SMA
Negeri 1 Porong
Jl.
Bhayangkari no. 12 Porong Sidoarjo
Tahun
Ajaran 2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karuia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan sebuah penelitian. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Perilaku
Menyimpang Terhadap Proses Belajar di SMA Negeri 1 Porong”. Laporan ini
berisikan tentang pengertian perilaku menyimpang dan pengaruhnya terhadap
proses belajar siswa.
Tak ada gading yang tak retak. Kami
menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapakn demi
kesempurnaan penelitian ini.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila
ada kesalahan dalam penelitian ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
urusan kita. Amin.
Porong,
Februri 2014
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR
ISI .................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1
Latar Belakang ..................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah ..................................................................................1
1.3
Tujuan Penelitian ..................................................................................1
1.4
Manfaat Penelitian ..................................................................................2
1.5
Hipotesis ..............................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI ..............................................................................................3
2.1 Definisi Perilaku Menyimpang ..........................................................3
2.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang ..............................................4
2.3 Sebab-Sebab Perilaku Menyimpang ..........................................................6
2.4 Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang ..........................................................7
2.5 Media Penyimpangan Perilaku Menyimpang ..............................................7
BAB III JENIS PENELITIAN ..................................................................................9
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................9
3.2 Metode Penelitian ..................................................................................9
3.3 Tempat dan Waktu di Laksanakannya
Penelitian ..................................9
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................10
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………….
4.2 Lampiran………………………………………………………………….
4.3 Daftar Pustaka……………………………………………………………
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Dengan seiring perkembangan zaman, semakin banyak perilaku
menyimpang yang terjadi pada siswa-siswi yang mempengaruhi proses belajar
mengajar khususnya di SMAN 1 PORONG. Salah satu perilaku menyimpang yang
terjadi di SMAN 1 PORONG adalah ketidak disiplinan dalam memakai seragam
sekolah, pemakaian make-up secara berlebihan, dan membolos. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain di sebabkan oleh mode (fashion),
dan pergaulan yang salah (bebas).
Perkembangan fashion yang begitu pesat dan pergaulan remaja yang
semakin bebas membawa pengaruh kepada
siswa-siswi SMAN 1 PORONG sehingga mereka melibatkan dunia fasion ke dalam cara
berpakaian mereka di sekolah dan membawa kebiasaan buruk pergaulan bebas di
lingkungan sekolah. Perkembangan fashion yang diikuti oleh siswa-siswi
mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah siswa-siswi di
SMAN 1 PORONG mengetahui perkembangan fashion yang menjadikan mereka lebih
modern (tidak katro). Sedangkan dampak negatifnya adalah fashion yang diikuti
ole
h mereka tidak sesuai dengan peraturan sekolah sehingga mereka mendapat
penilaian yang buruk dari guru akibat korban mode dan berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Dan adapun dampak positif dari p
Dalam penelitian ini kelompok kami akan memberi contoh beberapa
pelanggaran yang terjadi, dan penyebab terjadinya pelanggaran serta cara
pemanfaatan fashion secara benar agar tidak menimbulkan penilaian negatif dari
guru terhadap siswa-siswi di SMAN 1 PORONG.
Dengan adanya masalah-masalah tersebut kelompok kami akan melakukan
penelitian terhadap siswa-siswi di SMAN 1 PORONG agar mengetahui seberapa besar
pengaruh fashion di kalangan siswa-siswi SMAN 1 PORONG.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adakah pengaruh perilaku menyimpang terhadap prestasi belajar siswa
di SMAN 1 PORONG ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk
mengetahui tentang pengaruh perilaku menyimpang terhadap prestasi siswa di SMAN
1 PORONG.
2. Untuk
mengetahui dampak yang disebabkan oleh peilaku menyimpang terhadap prestasi
siswa di SMAN 1 PORONG.
3. Untuk
mengetahui data siswa yang berperilaku menyimpangi SMAN 1 PORONG.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaatnya adalah
untuk memberitahu pembaca tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
siswa di SMAN 1 PORONG yang berdampak terhadap prestasi agar mereka mengetahui
dan tidak melakukan pelanggaran.
1.5 HIPOTESIS
Ada pengaruh
perilaku menyimpang terhadap prestasi belajar siswa-siswi di SMAN 1 PORONG.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Definisi Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang
yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan social adalah perilakunyang
tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatuhan, baik dalam sudut
pandang kemanusiaan (agama) sacara individu maupun pembenarannya sebagai bagian
dari makhluk sosial. Definisi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai
tingkah laku, perbuatan atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua
tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku
sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian, di
tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang
tidak sesuai dengan aturan (norma) yang
berlaku pada masyarakat. Misalnya sorang siswa menyontek pada saat ulangan,
merokok di lingkungan sekolah, mengganggu siswa lain dan tidak memakai atribut
sesuai dengan aturan. Penyimpangan
terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mematuhi norma
atau patokan dan nilai yang sudah baku di masyarakat. Penyimpangan terhadap
norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan
perilaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant).
Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang
sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial
yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Konsep konformitas berkaitan erat dengan
proses karena dalam proses sosialisasi akan menghasilkan konformitas. Oleh
sebab itu, setiap anggota baru suatu masyarakat akan disosialisasikan agar
berperilaku sesuai dengan conform (harapan masyarakat). Apabila ada sesuatu
yang tidak sempurna dengan proses sosialisasi yang dilalui ataupun di hasilkan,
maka besar kemungkinannya akan terjadi perilaku menyimpang.
Perilaku menyimpang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah kondisi lingkungan dan kehidupan sosial
masyarakat. Pada masyarakat tradisionalproses penyesuaian (konformitas)
berlangsung sangat kuat. Contohnya, didesa-desa atau masyarakat pedalaman
tradisi dipertahankan dan dipelihara dengan kuat. Warga tidak memiliki
pemikiran lain selain menyesuaikan diri denga norma-norma yang berlaku dengan
didasarkan pada ukuran yang dipergunakan oleh nenek moyangnya terdahulu.
Berbeda dengan masyarakat perkotaan, mereka cenderung lebih dinamis dan selalu
berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Di kota
kemungkinan untuk terjadi perilaku menyimpang lebih besar daripada desa, hal
tersebut dikarenakan kota merupakan pintu gerbang pengetahuan, dimana kemajuan
teknologi sebagai hasil modernisasi dapat diakses dengan mudah dan memengaruhi
pola berpikir serta perilaku masyarakatnya. Selain itu, masyarakat di kota
cenderung berpola hidup individual di mana satu orang dengan orang lain kurang
mengenal dan tidak mau tahu urusan orang lain sehingga control sosial sangat
rendah atau, bahkan hampir tidak ada. Hai itu berbeda dengan pola interaksi
masyarakat pedesaan/pedalaman yang keterikatannya masih sangat kuat.
Batasan perilaku menyimpang ditentukan
oleh nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai dan norma
sosial bersifat relatif sehingga sehingga dapat mengalami perubahan ataupun
pergeseran. Sesuatu yang dahulu dianggap suatu penyimpangan pada saat ini bisa
saja dianggap sebagai suatu perbuatan
yang dipuji atau sebaliknya.
Perlu diketahui bahwa suatu kaidah
sosial dalam suatu masyarakat belum tentusma dengan kaidah sosial masyarakat
lain. Sesuatu yang dianggap sebgai suatu bentuk penimpangan belum tentu
dianggap sama oleh masyarakat lain, bakan bisa saja dianggap sebagai sutu
perbuatan yang biasa oleh masyarakat lain tersebut.
Dari pernyataan ditas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian perilaku menyimpang pun bersifat relatif (nisbi).
Tolok uku yang digunakan untuk mengukur apakah suatu perbuatan termasuk dalam
kategori “menyimpang” atau tidak adalah ketika perbuatan tersebut telah berada
di luar batas-batas pengawasan sosial, yaitu perbuatan yang tidak diperbolehkan
dalam suatu budaya masyarakat yang perkembangan dan pembinaannya diawali oleh
wakil masyarakat. Bukan berarti orang atau kelompok yang berbuat menyimpang
tersebut telah melepaskan diri dari segala macam pola budaya, melainkan ia atau
mereka hanya melawan pola kelakuan tertntu dalam masyarakat tempat ia atau
mereka hidup sehingga disebut menyimpang.
Faktor lain yang menyebabkan relativitas
perilaku menyimpang adalah karena perilaku menyimpang itu juga dianggap sebagai
gaya hidup, mode, dan kebiasaan yang dari waktu ke waktu bisa berubah. Sebagai
contoh, beberapa puluh tahun yang lalu apabila ada laki-laki yang berdandan dan
sangat memperhtikan penampilan serta perawatan badan dianggap sebagai
penyimpangan, tetapi untuk zaman sekarang bukan lagi dianggap sebagai
penyimpangan, bahka sudah berkembang menjadi gaya hidup metroseksual.
2.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Menurut eori Lemert, penyimpangan
dibagi menjadi dua macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.
a.
Penyimpangan
Primer
Penyimpangan primer, yaitu
perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang yang dalam aspek kehidupan
lainnya selalu sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Penyimpangannya sangat
kecil sehingga mudah untuk dimaafkan atau mudah disembunyikan.
Penyimpangan primer bersifat
sementara (temporer) dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang.
Contohnya orang yang banyak minum alcohol, siswa yang membolos sekolah atau
menyontek pada saat ujian, melanggar peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
Biasanya setelah dicap sebagai
penyimpangan primer, ia akan terus seperti itu dicap oleh masyarakat. Misalnya
dicap sebagai pembohong, anak nakal, dan sebagainya.
Ciri-ciri penyimpangan primer :
1)
Bersifat
sementara
2)
Gaya
hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang
3)
Masyarakat
masih mentolerir/ menerima.
b.
Penyimpangan
Sekunder
Penyimpangan sekunder, yaitu
suatu perbuatan yang oleh masyarakat dianggap sebagai perbuatan sekunder. Orang yang sudah dicap oleh masyarakat sudah
dicap sebagai penipu, pencuri, atau penipu, dan sebagainya, akan terdorong
untuk melakukan penyimpangan sekunder (tahap lanjutan). Alasan mereka adalah
“kepalang tanggung” misalnya perbuatan pemerkosaan, mabuk-mabukan, perzinahan,
pencurian, korupsi, dan sebagainya.
Penyimpangan sekunder merupakan
perbuatan yang dilakukan secara terang-terangan, dan secara umum dikenal karena
sering meresahkan orang. Contohnya perjudian, perampokan, pemerkosaan, dan
pembunuhan.
Ciri-ciri penyimpangan sekunder :
1)
Sifatnya
khas
2)
Gaya
hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang
3)
Masyarakat
tidak bisa mentolerir/ menerima perilaku tersebut.
Selain
penyimpangan primer dan sekunder, bentuk-bentuk penyimpangan dapat juga
dibedakan menjai tiga, yaitu penyimpangan individual, penyimpangan kelompok,
dan penyimpangan gabungan dari keduanya.
1)
Penyimpangan
Individual (Individual deviation)
Penyimpangan ini dilakukan oleh
seseorang yang mengabaikan dan melanggar norma-norma yang berlaku. Misalnya
siswa yang pulang sekolah sebelum waktunya (membolos), bertengkar dengan teman,
merokok di lingkungan sekolah, dan sebagainya.
Beberapa sebutan yang diberikan
masyarakat terhadap penyimpangan perilaku yang bersifat individual, antara lain
sebagai berikut:
a)
Pembandel,
yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada nasihat orang-orang di lingkungannya
untuk mengubah pendiriannya.
b)
Pembangkang,
yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada peringatan orang yang berwenang di
lingkungannya.
c)
Pelanggar,
yaitu orang yang melanggar norma-norma uum/masyarakat yang berlaku.
d)
Penjahat,
yaitu orang yang mengabaikan norma umum/masyarakat sehingga menimbulkan
kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
2)
Penyimpangan
kelompok
Penyimpangan kelompok dilakukan
leh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok. Padahal, norma tersebut
bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya sindikat pengedar
narkoba, sindikat pencopet, sindikat pengemis, sindikat geng motor dan
sebagainya.
Mereka memiliki “aturan main”
yang sedemikian rupa rapi dan terorganisasi agar perbuatan mereka sulit untuk
dilacak atau dibongkar oleh kepolisian. Untuk melacak dan membongkar jaringan
sindikat, biasanya kepolisian melakukan penyamara sebagai pembeli narkoba,
penadah barang curian, dan sebagainya.
Adapun yang termasuk penyimpangan
kelompok adalah sebagai berikut:
a)
Kelompok
(geng) kejahatan terorganisasi yang melakukan perampokan dan penyelundupan.
b)
Kelompok
pengacau keamanan dengan tujuan-tujuan tertentu, yang di sebut teroris.
c)
Kelompok
yang ingin memisahkan diri dari suatu Negara, yang di sebut separatis
d)
Persekongkolan
dalam dunia usaha dan lembaga pemerintahan untuk mencari keuntungan sendiri.
3)
Penyimpangan
Campuran
Penyimpangan ini dilakukan oleh
suatu golongan sosial yang terorganisasi secara rapi sehingga individu ataupun
kelompok di dalamnya taat dan tunduk pada norma-norma golongan. Padahal, secara
keseluruhan mereka mengabaikan norma-norma masyarakat yang berlaku. Misalnya
geng-geng anak nakal, kelompok semacam ini sekarang berkembang menjadi semacamkelompok
‘mafia” dunia kejahatan
yang terdiri atas preman-preman yang sangat meresahkan masyarakat.
2.3
Sebab-Sebab
Perilaku Menyimpang
a.
Hasil
Sosialisasi yang Tidak Sempurna
Menurut teori sosialisasi,
perilaku manusia baik yang menyimpang maupun yang tidakdikendalikan oleh norma
dan nilai yang dihayati, apabila sosialisasi tidak sempurna akan menghasilkan
perilaku yang menyimpang.
Contohnya, anak sulung perempuan
dapat berperilaku seperti laki-laki sebagai akibat sosialisasi yang tidak
sempurna di lingkungan keluarganya. Hal ini terjadi karena ia harus bertindak
sebagai ayah, yang telah meninggal. Di pihak lain, media masa, terutama sering
menyajikan gaya hidup yang tidak sesuai dengan anjuran-anjuran yang disampaikan
dalam keluarga atau sekolah.
b.
Hasil
Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan Menyimpang
Shaw dan Mc. Kay mengatakan bahwa
daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak ada organisasi yang baik akan
cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerah yang demikian perilaku
menyimpang dianggap sesuatu yang wajar. Dengan demikian, proses sosialisasi
tersebut merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan
yangmenyimpang.
Contohnya di daerah lingkungan
perampok terdapat nilai dan norma yang menyimpang dari kebudayaan setempat.
Sehubung dengan itu kita mengenal konsep onomie yang dikemukakan oleh Emile
Durkheim. Anomie adalah keadan yang kontras antara pengaruh sub-kebudayaan dan
kenyataan sehari-hari masyarakat. Indikasinya adalah masyarakat seakan-akan
tidak mempunyai aturan-aturan yang dijadikan pegangan atau pedoman dan untuk
ditaati bersama.
c.
Proses
Belajar yang Menyimpang
Mekaisme proses belajar pelajar
perilaku menyimpang sama halnya dengan proses belajar terhadap hal-hal lain
yang ada di masyarakat. Misalnya seorang anak yang sering mencuri uang dari tas
temannya mula-mula mempelajari cara mengambil uang tersebut mulai dari orang
yang berhubungan dengannya.
d.
Ikatan
Sosial yang Berlainan
Dalam masyarakat, orang biasanya
berhubungan dengan beberapa kelompok orang yang berbeda. Hubungan tersebut akan
cenderung membuat mengidentifikasi dirinya dengan kelompok yang paling
dihargai. Misalnya, seseorang anak yang bergaul dengan kelompok orang-orang
yang sering melakukan aksi kebut-kebutan di jalan raya, kemungkinan besar dia
akan melakukan tindakan yang sama.
e.
Ketegangan
antara Kebudayaan dan Struktur Sosial
Setiap masyarakat tidak hanya
memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh kebudayaannya, tetapi juga
cara-cara yang diperkenalkan loh kebudayaan itu untuk mencapai tujuan-tujuan
yang ditetapkan. Apabila sesesorang tidak diberikan peluang utuk menggunakan
cara-cara ini di dalam kehidupannya maka kemungkinan esar akan terjadi
penyimpangan sosial.
2.4 Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
Menurut Paul B.Horton, penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a)
Penyimpangan
harus dapat didefinisikan
Suatu perbuatan anggota
masyarakat dapat dikatakan menyimpang apabila memang didefinisikan sebagai
penyimpangan. Perilaku menyimpang bukanlah semata-mata ciri tindakan yang
dilakukan orang yang dilakukan melainkan akibat adanya peraturan dan penerapan
sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita.
b)
Penyimpangan
bisa diterima bisa ditolak
Perilaku menyimpang ada yang
positif dan negatif. Positif, apabila penyimpangan bisa diterima bahkan dipuji
dan dihormati, seperti penemuan baru yang ditemukan oleh para ahli
kadang-kadang bertentangan dengan budaya masyarakat. Adapun penyimpangan
negatif adalah penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat, seperti perampokan,
pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan menyebarkan bom atau teror.
c)
Penyimpangan
relatif dan mutlak
Dalam masyarakat tidak ada
seorang pun yang masuk dalam kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun
sepenuhnya penyimpangan (orang yang benar-benar menyimpang). Orang yang
termasuk kedua kategori justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupan.
Pada dasarnya semua orang normal
sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang tetapi pada batas-batas tertentu
yang bersifat relatif bagi orang lain.
d)
Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal
Budaya ideal segenap peraturan
hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat dalam kenyataan di
masyarakat. Jadi, antara budaya nyata dan budaya ideal selalu terjadi
kesenjangan artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum.
2.5
Media Penyimpangan Perilaku Menyimpang
a. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kalinya
pembentukan kepribadian seseorang. Pengaruh kehidupan keluarga baik secara
langsung maupun tidak langsung merupakan struktur sosialisasi pertama yang
dialami seseorang sehingga keluarga merupakan faktor penentu bagi pembentukan
dan perkembangan kepribadian seorang anak. Akan anak mempunyai kepribadian baik
apabila ia terlahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik. Akan
tetapi, kepribadian anak akan cenderung bersifat negatif apabila ia dilahirkan
dan dibesarkan dalam lingkungan kelurga yang kurang baik, dalam artian kurang
harrmonis karena dalam keluarga tersebut peran orang tua untuk membimbing dan
mendidik anak tidak berjalan dengan baik. Keluarga seperti ini gagal dalam
memenuhi fungsinya untuk membentuk kepribadian yang baik sehingga anak
cenderung berperilaku menyimpang.
b. Lingkungan
Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal juga
menjadi salah satu media pembentukan perilaku menyimpang. Apabila seseorang
tinggal di lingkungan yang baik di mana anggota masyarakatnya senantiasa akan
melakukan prbuatan-perbuatan yang baik pula. Namun sebaliknya, apabila
seseorang tinggal di lingkungan yang warga masyarakatnya sering melakukan
tindakan kriminalitas, maka orang tersebut juga akan terpengaruh oleh
kingkungan ekitar sehingga terbentuklah kepribadian yang menyimpang.
c. Kelompok
Bermain
Seorang idividu mempunyai kelompok
bermiain atau pergaulan di dalam dan di liar lingkungan tempat tinggalnya.
Adapun kelompok bermain yang berada di luar lingkungan tempat tinggalnya adalah
lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Apabila seorang individu bergaul dalam
lingkungan bermain yang positif yang selalu melakukan perbuatan yang baik, maka
perilakunya juga cenderung positif. Akan tetapi jika seorang idividu bergul
dalam kelompok bermain yang negatif yang malas belajar dan suka membolos, maka
perilakunya juga cenderung menyimpang seperti itu.
d. Media
Massa
Berbagai informasi dan pemberitaan
dari media massa, seperti surat kabar, televise, dan internet dapat membentuk
berbagai opini bagi siapa saja yang melihat atau membaca berita yang disaikan.
Adakalanya pemberitaan tersebt berisi adegan kekerasan dan tayangan-tayangan
yang berbau pornografi dan pornoaksi sehingga hal tersebut dapat membentuk dan
memicu perilaku menyimpang.
BAB
III
JENIS
PENELITIAN
3.1 Jenis
Penelitian
Jenis penelitian kali ini kami mengambil
penelitian jenis kausal-komparatif (casual
comparative) dan di dalam megelompokkan jenis penelitian ini, kami
memasukkan penelitian kausal komparatif sebagai penelitian deskriptif. Alasan
yang mendasari adalah bahwa penelitin tersebut berusaha menggambarkn keadaan
yang telah terjadi di SMA Negeri 1 Porong.
3.2 Metode
dan Pendekatan Penelitian
Metode yang kami ambil dalam penelitian
saat ini adalah berupa metode angket/kuesioner yang bersifat tertutup dan
menggunakan metode strata. Pendekatan penelitianya yakni pendekatan
kuantitatif. Alasan kami memilih metode ini karena mudah melakukan perhitungan
dan pengelolahan data yang diambil dan dapat di analisis dengan cepat serta
mudah. Selain itu kami memilih pendekatan kuantitatif agar sampel penelitian
yang dilakukan di lapangan dapat ihitung dan dinyatakan secara akurat kebenaran
beserta bukti-bukti data yang diperoleh. Dengan pedekatan kuantitatif, maka
kita dapat mmbaca data dengan cara gambar statistik atau diagram batang dan
grakfik sehingga kita mengerti dan mengetahui darimana asal serta sumber dari
penelitian tersebut.
3.3 Tempat
dan Waktu di Laksanakannya Penelitian
·
Lokasi Penelitian:
SMA
Negeri 1 Porong
Jl.
Bhayangkari no.12 Porong-Sidoarjo
·
Sampel:
Kelas
X-IPA2, Kelas X-IPS2, Kelas XI-IPA5, Kelas XI-IPS1, Kelas XII-IPA3, Kelas
XII-IPS2
·
Populasi:
Siswa
SMA Negeri 1 Porong
·
Jawal Penelitian:
Kelas
X-IPA2 melakukan penelitian pada
Kelas
X-IPS2 melakukan penelitian pada
Kelas
XI-IPA5 melakukan penelitian pada
Kelas
XI-IPS1 melakukan penelitian pada
Kelas
XII-IPA3 melakukan penelitian pada
Kelas
XII-IPS2 melakukan penelitian pada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar