DEFINISI MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran diartikan sebagai
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang
sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah
banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana
sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu
dalam penerapannya.
Pengertian model pembelajaran menurut
para ahli : Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran
langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi;
dan learning strategi.
Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin
Surasega (1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
(1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan
lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis
Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning);
dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction).
Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15)
mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus
memiliki empat unsur berikut. Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase
(phasing) dari model yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya
secara nyata (Joyce dan Weil, 1986:14).
Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra
(1995:78) mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Seluruh aktivitas pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan oleh guru bermuara pada terjadinya proses belajar
siswa. Dalam hal ini model – model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan
guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan
potensi yang mereka miliki secara optimal. Model – model pembelajaran
dikembangkan utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai
karakteristik siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian,
kebiasaan – kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu
dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak
terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi harus bervariasi.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat
dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa
untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar
yang lebih baik.
MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN
1.
Model Pengajaran Langsung
Pembelajaran
langsung merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada
aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiantan
pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa.
Pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang di kontrol secara ketat pula.
Pembelajaran
langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas
belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural
(pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) serta pengetahuan
deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip,
atau
generalisasi)
yang terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan – pelatihan yang dapat
diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
Pengajaran
langsung berpusat pada guru, tetapi harus menjamin terjadinya keterlibatan
siswa. Disini guru menyampaikan isi akademik dalam format yang terstruktur,
mengarahkan kegiatan para siswa dan menguji keterampilan siswa melalui
latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Jadi lingkungannya harus
diciptakan yang berorientasi pada tugas – tugas yang diberikan pada siswa.
Ciri-ciri
model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
-
Adanya
tujuan pembelajaran
Pembelajaran
langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi kepada
siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian dan
mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria
keberhasilan). Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting.
Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau
praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan
pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
-
Sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
Keberhasilan
metode pembelajaran langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk presentasi
dan demonstrasi, yakni ruangan yang tenang dengan penerapan cukup, termasuk
alat atau media yang sesuai. Di samping itu, metode pembelajaran langsung juga
bergantung pada motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kegiatan yang
dilakukan guru dan mendengarkan segala sesuatu yang dikatakannya. Pada
hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang mengatur bagaimana
siswa yang suka berbicara, prosedur untuk menjamin tempo pembelajaran yang
baik, strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa, dan untuk
menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.
Kelebihan dan
Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
Secara umum
tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan- kelebihan yang membuat
model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model
pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya pada Model Direct Instruction atau
model pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagai
berikut:
a. Dengan model
pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang
diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus
dicapai oleh siswa
b. Dapat
diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. Merupakan cara
yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang
eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
c. Model
Pembelajaran Direct Instruction menekankan kegiatan mendengarkan (melalui
ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara – cara ini.
Dengan Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang
tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan
menafsirkan informasi, serta untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia
secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil
penelitian terkini.
d. Model
Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat
memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan
observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil –
hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini
penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan
dalam melakukan tugas tersebut
e. Siswa yang
tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model
pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Selain memiliki
kelebihan – kelebihan tersebut pembelajaran langsung juga memiliki
kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut:
Dalam
model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar,
atau ketertarikan siswa
Karena
siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi
siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka
Karena
guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini
bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan,
percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan
perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat
Model
pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator
yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model
pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak
perilaku komunikasi positif Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan
siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan
mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
2.
Model Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning
)
Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok –
kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda – beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan model pembelajaran
kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan
sosial.
Pembelajaran kooperatif memiliki unsur – unsur.
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif tersebut adalah
:
·
Saling
Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya
interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi
untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota
lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda,
oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada
siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak
dapat diselesaikan.
·
Tanggung
Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil
penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar
semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan
siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa
mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai
tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota
kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan kemampuannya yang dimiliki
setiap individu.
·
Interaksi
Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam
kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog,
tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini
memungkinkan siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar
lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar.
·
Komunikasi
antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial
seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang
lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
antar pribadi sengaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini. Unsur ini
juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan
cara – cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian
mendengarkan dan berbicara.
·
Evaluasi
Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka
agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Sintaks dari pembelajaran kooperatif adalah :
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa
agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif
2. Menyajikan informasi
Guru menyajikan
informasi kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan
3. Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok
Guru menjelaskan
kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas
5. Evaluasi
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi
hasil kerja masing-masing kelompok
6. Memberi penghargaan
Guru mencari
cara – cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
3.
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem
Based Instruction)
Pengajaran berbasis masalah
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah dan keterampilan intelektual ; belajar berbagai peran orang dewasa
melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lain : realistis
sesuai kehidupan manusia, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat
inkuiri siswa, retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan memecahkan
masalah.
Keterbatasan model ini antara lain :
1. Persiapan pembelajaran kompleks
2. Sulit mencari problem yang relevan
3. Terjadi miss konsepsi
4. Memerlukan waktu yang lama
Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam
pemanfaatannya adalah
sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan
kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer
pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa / mahasiswa mempunyai
inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan
penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7. Dengan adanya pembelajaran berdasarkan masalah
akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi pembelajaran berdasarkan masalah,
siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan
dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif siswa / mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk
belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Langkah – langkah Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
Fase Indikator Kegiatan Guru:
1. Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa
terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
3. Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
4.
Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning)
Pendekatan kontekstual ( Contextual
Teaching and Learning ) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran kontekstual memiliki 5 elemen belajar
yang konstrutivistik yaitu :
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2. Pemerolehan pengetahuam yang baru
3. Pemahaman pengetahuan
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
5. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut
Secara garis besar langkah – langkah penerapan
pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :
-
Mengembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
-
Melaksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic
-
Mengembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
-
Menciptakan
masyarakat belajar / belajar berkelompok
-
Menghasilkan
model sebagai contoh pembelajaran
-
Melakukan
refleksi di akhir pertemuan
-
Melakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and
Learning) antara lain:
1. Konstruktivisme ( Constructivism )
Konstruktivisme (Constructivism) adalah proses
membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark
Baldawin dan diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu
terbentuk bukan hannya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai
subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
Landasan pembelajaran ini adalah bahwa siswa
membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi”
bukan menerima pengetahuan. Oleh karena itu guru harus memfasilitasi proses
tersebut dengan :
Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi
siswa
Memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan
idenya sendiri
Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran
didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan
tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dalam model inquiry dapat dilakukan
melalui beberapa langkah sistematis, yaitu :
a. Merumuskan masalah.
b. Mengajukan hipotesis.
c. Mengumpulkan data.
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang
dikumpulkan.
e. Membuat kesimpulan.
Langkah – langkah kegiatan inquiri adalah sebagai
berikut :
-
Merumuskan
masalah
-
Mengamati
atau melakukan observasi
-
Menganalisis
dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya
lainnya
-
Mongkomunikasikan
atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru maupun audiens
yang lain
3. Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan
setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang
dalam berpikir. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk :
a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan materi pelajaran.
b. Mengecek pemahaman siswa
c. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
d. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
e. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
diinginkan.
f. Membimbing siswa untuk menemukan atau
menyimpulkan sendiri.
g. Menggali pemahaman siswa.
h. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
i. Membangkitkan respon kepada siswa
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam
CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan
orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam
kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara
alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain,
antarteman atau antarkelompok; yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum
tahu atau yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya kepada orang
lain. Inilah hakekat dari masyarakat belajar yaitu masyarakat yang saling
membagi.
5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan modeling adalah proses pembelajaran
dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Proses modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas
yang cukup penting dalam pembelajaran CTL sebab melalui modeling siswa dapat
terhindar dari pembelajaran yang teoristis – abstrak yang dapat memungkinkan
terjadinya verbalisme. Guru atau ahli lain dapat menjadi model bagi siswa dalam
belajar.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang
apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah
dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas,
atau pengalaman yang baru di terima. Melalui proses refleksi, pengalaman
belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya
akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang
bermakna diperoleh dari proses, sehingga refleksi diperlukan pada akhir proses.
Realisasinya adalah :
· Pernyataan langsung tentang apa – apa yang
diperolehnya hari itu
· Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari
itu
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses
yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan oleh siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa
memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun
mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan
proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada
proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Karakteristik penilaian autentik :
-
Dilaksanakan
selama dan sesudah proses pembelajaran
-
Bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif
-
Yang
diukur keterampilan dan performansi bukan mengingat fakta
-
Berkesinambungan
-
Terintegrasi
-
Dapat
digunakan sebagai feedback
DEFINISI MEDIA PEMBELAJARAN
1.
Pengertian media pembelajaran dan proses belajar
mengajar
Media
dalam proses pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa,
sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran.
Media
Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk mempermudah
penyampaian materi pembelajaran. Belajar menurut pandangan behavioristik adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perbahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Mengajar
adalah penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar. Jadi proses belajar mengajar adalah proses interaksi antara pengajar
dan pelajar yang mengakibatkan terjadinya perubahan yang dialami pelajar atau
siswa dalam hal kemampuan dan tingkah laku.
2.
Media sebagai alat komunikasi dalam proses belajar
mengajar
Proses
belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyamapaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan.
(Dr. Arief S, Saduman, dkk, Media Pendidikan,1993). Komponen proses komunikasi
tersebut adalah pesan, sumber pesan, media dan penerima pesan.
Dalam
proses pembelajaran, proses berupa isi ajaran dan didikan yang ada dikurikulum,
guru sebagai sumber pesan, yang dituangkan dalam symbol-simbol komunikasi, baik
verbal maupun non verbal yaitu yang disebut media, dan penerima pesan yaitu
peserta didik. Proses penuangan pesan ke dalam symbol-simbol komunikasi itu
disebut encoding dan proses.
3.
Guru dan media pembelajaran
Guru
dan media pembelajaran merupakan dua faktor yang berkaitan erat dengan
tercapainya tujuan proses belajar mengajar. Berhasil atau tidaknya hal tersebut
sangat bergantung bagaimana guru mampu mengkomunikasikan pesan yang hendak
disampaikan yang salah satunya melalui media-media pembelajaran sehingga
diperlukan guru yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai, serta
tersedianya media pembelajaran yang dibutuhkan.
Sebagaimana
disebutkan diatas, dalam proses belajar mengajar hakikatnya merupakan
penyampaian pesan dari guru terhadap peserta didik, maka dalam proses ini
antara guru dan peserta didik terjadi interaksi. Dengan kata lain, kondisi yang
perlu diciptakan adalah terjadi interaksi edukatif dan interaksi instruksional
sehingga tujuan belajar mengajar yang ditentukan tercapai.
Ada
permasalahan pokok mengenai bagaimana kemampuan guru menginteraksikannya melalui
media pembelajaran ini yang cukup mendasar, yakni sejauh manakah kesiapan guru
dalam menguasai penggunaan media yang ada secara optimal. Semakin maju
perkembangan masyarakat, maka semakin besar dan berat tantangan yang dihhadapi
guru. Sedikitnya ada 5 tantangan yang dihadapi guru dewasa ini, antara lain :
1) Apakah guru
tersebut telah memiliki pengetahuan/ pemahaman dan pengertian yang cukup
tentang media pendidikan?
2) Apakah guru
memiliki keterampilan tentang cara menggunakan media dalam proses belajar
mengajar di kelas?
3) Apakah guru
mampu membuat sendiri alat-alat media pendidikan yang dibutuhkan?
4) Apakah guru
mampu melakukan penilaian terhadap media yang akan dan telah digunakan?
5) Apakah guru
telah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang administrasi media
pendidikan?
Agar
seorang guru dalam menggunakan media pembelajaran yang efektif, setiap guru
harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai media
pembelajaran.
4.
Prinsip pemanfaatan media pembelajaran
Media
pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu
proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu harus diperhatikan
prinsip-prinsip penggunaannya, antara lain :
a. Penggunaan
media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu
system pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai
tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-
waktu dibutuhkan.
b. Media
pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam
usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
c. Guru
hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang
digunakan.
d. Guru
seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media pengajaran.
e. Penggunaan
media pengajaran harus diorganisir secara systematis bukan sembarang
menggunakannya.
f. Jika
sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media, maka guru
dapat memanfaatkan multy media yang menguntungkan dan memperlancar proses
belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar.
HUBUNGAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA
PEMBELAJARAN
Seluruh aktivitas pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan oleh guru bermuara pada terjadinya proses belajar
siswa. Dalam hal ini model – model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan
guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan
potensi yang mereka miliki secara optimal. Model – model pembelajaran
dikembangkan utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai
karakteristik siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian,
kebiasaan – kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu
dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak
terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi harus bervariasi.
Media pembelajaran, menurut Kemp dan
Dayton (1985: 28), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan
uuntuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya,
yaitu:
1. Memotivasi minat atau tindakan Untuk
memenuhi tugas motivasi media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik
drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan
merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung
jawab, melayani secara sukarela, atau memberikan material). Pencapaian tujuan
ini akan mempengaruhi sikap, nilai, emosi.
2. Menyajikan informasi Untuk memenuhi
tugas informasi media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi
di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum,
berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan atau pengetahuan latar belakang.
Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika
mendengar atau menonton bahan informasi, para siswa bersikap pasif. Partisipasi
yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan
mereka secara mental, atau terbatas pada perasaan tidak / kurang senang,
netral, atau senang.
3. Memberi instruksi Media bertugas sebagai
instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa
baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga
pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan
psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan
instruksi yang efektif. Disamping menyenangkan dan memenuhi kebutuhan
perorangan siswa.
Berbagai manfaat media pembelajaran
telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp dan Dayton (1985:3-4) meskipun
telah lama disadari bahwa banyak keuntungan / manfaat penggunaan media
pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program
pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan:
1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih
baku.
Setiap pelajar
yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda,
dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi
yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian dan
latihan lebuh lanjut.
2. Pembelajaran bisa lebih menarik.
Media dapat di
asosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan
memeperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik, image yang berubah-
ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan
siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki
aspek motivasi dan meningkatkan minat.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif
dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip- prinsip psikologis yang
diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.
4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan
dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk
mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
memunkinkannya di serap oleh siswa.
5. Kualitas hasil belajar dapat
ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran
dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang
terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.
6. Pemebelajaran dapat diberikan kapan dan
dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang
untuk penggunaan secara individu.
7. Sikap positif siswa terhadap apa yang
mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8. Peran guru dapat berubah kearah yang
lebih positif. Beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi
pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan
perhatian kepada aspek penting laindalamprosesbelajar mengajar, misalnya
sebagai konsultan atau penasihat siswa.
Dari
uraian di atas dapat diambil kesimpulan mengenai manfaat belajar, antara lain:
Ø Media pembelajaran dapat memperjelas
penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan
proses dan hasil belajar.
Ø Media pembelajaran dapat meningkatkan
dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi lebih langsung antara siswa dan lingkungannya.
Ø Media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
-
Objek
atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat
diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.
-
Objek
atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak olehindera dapat disajikan
dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar. Kejadian langka yang
terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan
melalui rekaman video, film, foto, slide, disamping secara verbal.
-
Objek
atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat dapat ditampilkan
secara konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer.
-
Kejadian
atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti
komputer, film, dan video.
-
Peristiwa
alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan
memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan
dengan teknik teknik rekaman seperti time lapse untuk film, video, slide, atau
simulasi komputer.
Ø Media pembelajaran dapat memberikan
kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa lingkungan mereka,
serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan
lingkungannya.
Media Untuk Kepentingan Pengajaran Sebaiknya
Memperhatikan Criteria Criteria Sebagai Berikut :
1. Ketepatan dengan tujuan pengajaran
2. Bahan pengajaran bersifat fakta, prinsip dan
mudah dipahami.
3. Media mudah didapat setidaknya mudah dibuat oleh
guru dan biayapun terjangkau dan mudah di gunakan.
4. Adanya keterampilan guru dalam menggunakanya
5. Tersedia waktu untuk menggunakanya
Dari beberapa kriteria tersebut
banyak digunakan oleh guru guru yakni dengan mempertimbangkan bahan pengajaran
yang akan disampaikan serta kegiatan kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa. Kecocokan terhadap kedua hal itu menjadi pertimbangan apakah suatu media
dipilih atau atau tidak.
Disamping itu segi ekonomis dan
hambatan hambatan praktis yang mungkin dihadapi oleh siswa dan guru yang
menjadi pertimbangan, factor lain adalah factor efektivitas dan komunikasi
dalam kaitanya dengan siswa, bahan pengajaran dan tujuan yang hendak dicapai
merupakan dasar pertimbangan yang mempengaruhi pemilihan media pengajaran.
Tentunya setiap media mempunyai
karakteristik tersendiri sehingga tingkat keefektivannya terbatas demi mencapai
tujuan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu guru di haruskan untuk dapat
melaksanakan pembelajaran yang multi media. Dengan menggunakan media secara
tepat dan bervariasi akan menimbulkan gairah belajar siswa dan memungkinkan
interaksi anak didik dengan guru, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya dan minatnya masing masing. Seorang guru harus mempunyai strategi
dalam kegiatan pembelajaran. Strategi yang dimiliki bukan saja untuk mencapai
tujuan pembelajaran atau menumbuhkan minat belajar siswa.
Tetapi seorang guru yang
berkopetensi, cerdas, dan professional, memiliki seperangkat cara khusus
didalam kelas. Dengan itu ia akan menjadi guru yang dirindukan kehadirannya
didalam kelas. Kalau demikian halnya seberat apapun materi yang diajarkan akan
diminati dan dianggap mudah. Salah satu bagian dari penentuan strategi adalah
penentuan media, media itu sendiri masih harus di kembangkan lagi untuk memnuhi
persyaratan sebagai media pengajaran.
Dalam pemilihan media, dia harus
sesuai dengan karakteristik materi yang akan di ajarkan, sehingga dengan adanya
media mampu membantu mempercepat belajar dengan hasil yang lebih baik. Media
harus didukung oleh fasilitas yang ada dan dapat dioperasionalkan dengan baik
oleh pemakainya dan media yang di pilih itu hendaknya tidak memberatkan (dilihat
dari segi biaya), mudah digunakan, dan dapat dipakai berulang ulang. Jadi, agar
proses belaajar mengajar dapat berjalan dengan baik danlancar, guru hendaknya
menggunakan media pengajaran, sehingga susunan belajar yang diciptakan dikelas
dapat lebih menarik perhatian siswa, dan guru harus memberikan peluang atau
waktu kepada siswa agar dapat berargumentasi atau mengeluarkan idea tau wawasan
yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://djaelanicilukba.blogspot.com/2014/01/definisi-model-pembelajaran-menurut.html
erickyonanda.blogspot.co.id/2012/05/media-pembelajarantentanghubungan-media.html
devita-rahmawati.bogspot.co.id/2012/03/hubungan-antara-media-dan-proses.html
tirmaputri.blogspot.com/2015/03/makalah-model-pembelajaran.html
pindaiilmu.blogspot.com/2015/06/makalah-model-pembelajaran.html