Rabu, 25 Mei 2016

Klenteng Kwan Sing Bio - Tuban


Sejarah singkat berdirinya klenteng Kwan Sing Bio

Dari hasil observasi kelompok kami (21/04/2016) di kabupaten Tuban kami medapatkan pengalaman yang sangat berharga salah satunya mengenai sejarah singkat berdirinya klenteng Kwan Sing Bio. Informasi berharga tersebut kami peroleh dari Bapak Liu Pramono (Liu Kok Liong) berusia 66 tahun yang menjabat sebagai wakil ketua umumpengurus klenteng Kwan Sing Bio. Ketua umum kepengurusan klenteng sendiri adalah Alim Sugiantoro (Liem Tjeng Gie) yang kebetulan tidak sedang berada di tempat ketika observasi dilakukan.
 Klenteng kwan sing bio yang beralamat di jalan raya R.E Martadinata kabupaten tuban jawa timur memiliki luas sekitar4-5 hektar dan merpakan klenteng terbesar di Asia Tenggara. Arti dari Kwan Sing Bio sendiri yaitu Kwan yang  berarti  marga, Sing yang berarti orang suci, dan Bio yang berarti kelenteng. Jadi Arti dari Kwan Sing Bio yaitu kelenteng orang suci (atau isa disebut seperti nabi-nabi pada agama islam/narasumber). Pendiri klenteng Kwan Sing Bio masih menjadi rahasia bagi warga kabupatne Tuban. Klenteng yang dulunya konon milik pribadi salah satu umat warga tinghoa yang berasal dari Kecamatan Tambak Boyo kabupaten Tuban. Dimulai dari sekitar 200 tahun yang lalu ketika terjadi pemberontakan warga tinghoa kepada pemerintah belanda.
Pada saat itu pemerintah Belanda mengintruksikan kepada warga Tionghoa untuk masuk ke ibu kota. Lalu pemilik kelenteng membawa bangunan-bangunan material menuju ibukota melalui surabaya mengggunakan kapal dan menemupuh jalur laut, karena padakala itu hanya jalur lautlah yang memungkinkan untuk digunakan . Namun pada saat akan berangkat ke Surabaya kapal yang dikendarai tidak mau berjalan dan berhenti di tepi pantai tepat didepan klenteng Kwan Sing Bio. Kejadian tersebut diyakini memiliki arti tersendiri . Yang kemudian kejadian tersebut di Poei (ditanyakan) pada orang pintar. Dan akirny diputuskan untuk tidak ke kota melainkan menjadikan rumah pribadi menjadi bagian dari klenteng yang kini dijadikan sebagai altar (tempat beribadah) dimana pada altar terdapat patung yang diyakini  sebagai symbol dewa kaum umat beribadah dengan tujuan menjadikan ibadah kaum di klenteng menjadi lebih khsusuk atau konsentrasi (seakan-akan langsung berhadapan dengan Tuhan . adapun larang dari pihak pngurus klnteng adalah larangan befoto dialtar. Larangan tersebut dibuat dengan berbagai ertimbangan selain mengganggu konentrasi umat yang beragama, pengambilan gambar di altar klenter juga selalu mengalami kegagalan (gambar rusak)
Kepercayaan yang dianut oleh umat klenteng didasari oleh pengabdian. Yang mereka percayai  biasa disebut Kongco atau jenderal  perang Han Bok yang hidup pada abad pertama. Kongco disembah karena diingat budi baiknya. Ia dihormati karena sikap kebijaksanaannya dalam membela kebenaran, cerita singkatnya ia telah dibantu oleh musuhnya pada suatu situasi. Dan keadaan tersebut berbalik dan kongco memilih merelakan dirinya demi musuh yang pernah menyelamatkannya. Dalam kepercayaan tionghoa tidak ada budaya ramal-meramal. Yang ada adalah umat tinghoa saat Sembahyang dan berdoa ia melakukan kopyokan bambu, didalam kopyokan bamboo terdapat  syair yang nantinya dijelaskan di bagian depan oleh seseorang yang dapat mengartikan syair dalam bambu dan orang tersebut bukanlah peamal.
Pemilik kelenteng tersebut lalu merawat 2 altar yang kemudian memperbolehkan untuk orang umum. Di kelenteng ini hanya ada satu arca. Keyakinan yang dianut yaitu Tri Darma (3 Keyakinan), (a) Tauwis (belum diakui hak sipil), (b) Konghucu, (c) Budha. Keyakinan Tawis dan Konghucu sama-sama berasal dari satu sumber.
Pantangan bagi Keyakinan Konghucu antara lain:
  • Tidak susila jangan diucapkan.
  • Tidak susila jangan didengar.
  • Tidak susa jangan dilakukan.
Dalam ajaran Konghucu tidak ada larangan yang pasti, tergantung dii tempatkan dimana. Tergangtung siapa yang mengganggap sesuatu dainggap  susila bisa mnejadi tidak susila ketika hal tersebut terjadi di tempat yang berbeda.
Pengunjung kelenteng sendiri tidak hanya umat yang akan beribadah namun juga merupakan pengunjung wisata, banyak para pengunjung klenteng baik yang akan berwisata ataupun beribadah  berasal dari luar kota seperti surabaya, jakarta, ada juga Pengunjung  yang klenteng berasal dari malaysia, singapura, dan hongkong. Karena mengingat kelenteng Kwan Sing Bio merupakan kelenteng terbesar se asia tenggara.  Selain ramai dikunjungi karena merupakan klenteng terbesar di asia tenggara klenteng Kwan Sing Bio juga kental akan cerita 8 dewa tionghoa. Dalam bahasa Mandarin disebut Ba Xian berasal dari mitologi Taoisme dan termasuk dewa dewi terkenal dalam kisah klasik Tionghoa tersebut . Mereka adalah simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Masing-masing dewa mewakili 8 kondisi kehidupan. Ke delapan dewa tersebut adalah:
  1. Zhong Li Quan
  2. Li Tie Guai
  3. Lü Dong Bin
  4. Zhang Guo Lao
  5. He Xian Gu
  6. Lan Cai He
  7. Han Xiang Zi
  8. Cao Guo Jiu
Dewa Zhong Li Quan merupakan pemimpin 8 Dewa. Dewa tertua kedua dalam Legenda Delapan Dewa , selain itu Zhong Li Quan juga pemimpin mereka.Ia memiliki kipas dari daun palem yang dapat membangkitkan orang mati. Dewa ini memiliki nama famili yang unik dan sangat jarang yaitu Zhong Li. Saat ia lahir, suatu cahaya yang sangat menyilaukan menerangi kamarnya. Sejak itu, ia tidak berhenti menangis sampai tujuh hari setelah kelahirannya. Diceritakan Zhong Li Quan bertemu dengan seorang pendeta Tao di hutan yang setelah diminta, memeberikan resep untuk menjadi dewa. Tidak lama setelah meninggalkannya, Zhong Li Quan hendak melihat gubuk pendeta itu untuk terakhir kalinya dan terkejut saat mendapati gubuk tersebut telah lenyap.
Li Tie Guai Dewa Tongkat Besi, Li Tie Guai berarti “Li si Tongkat Besi” merupakan salah satu anggota Legenda Delapan Dewa . Li Tie Guai disimbolkan dengan botol labu dan tongkat besi. Sebentuk asap keluar dari ujung botolnya, melambangkan hun atau jiwanya, yang tidak berbentuk, atau berbentuk miniatur dirinya. Walaupun dikenal pemarah, Li sangat murah hati terhadap kaum miskin, orang sakit dan mereka yang membutuhkan pertolongan. Ia menolong mereka dengan botol cupu labu yang selalu dibawanya. Pada malam hari, Dewa Tongkat Besi merubah ukuran tubuhnya sekecil mungkin agar bisa tidur di dalam botol labunya.
Lü Dong Bin, Dewa Penolong dan Pembasmi Roh-Roh Jahat. Dewa ini sering dipanggil dengan sebutan Shun-yang. Shun-yang adalah salah satu dari Legenda Delapan Dewa. Di tangan kanannya sering membawa kebutan suci pendeta Tao. Simbol Lu Dongbin adalah pedang Pembunuh Roh Jahat dan dengan gerakan terbang yang cepat. Konon diceritakan bahwa saat Lü Dong Bin lahir, tercium harum seisi rumah, juga alunan musik merdu dari langit
  1. Kegiatan rutin Kwan Sing Bio
Klenteng Kwan Sing Bio juga mempunyai kegiatan rutin yang sering diadakan, diantara lain adalah menggelar kirab Kiem Sin, karena dengan adanya kirab Kiem Sin tersebut, pihaknya ingin menjaga tradisi turun – temurun
Selain itu, di gedung serbaguna Klenteng Kwan Sing Bio yang dibangun pada Abad ke-18, pada setiap bulan Ramadhan, Pengurus Klenteng Kwan Sing Bio atau tempat beribadah Tri Dharma (TTID), menyediakan takjil untuk umat muslim. Toleransi antar umat beragama di Tuban, relatif terjaga selama bertahun – tahun. Di Klenteng Kwan Sing Bio, pada hari – hari biasa sebenarnya menyediakan makanan gratis bagi warga di tempat ibadah. Biasanya para juru masak, beberapa di antaranya Muslim, menyediakan beras sekitar 30 kilogram per harinya. Yang datang menikmati takjil sekitar 70 orang bahkan bisa lebih. Sedangkan menu yang disajikan, misalnya nasi goreng, mie rebus, dan mie goreng. Pada hari – hari tertentu, pidak pengurus dapur juga menyediakan masakan khas dari tuban. Terutama masakan laut seperti gulai ikan, rajungan, tumis udang, dan sejumlah makanan laut lainnya khas pesisir pantai utara. Warga yang datang berbuka dengan takjil berasal dari berbagai kalangan. Misalnya pekerja bangunan, nelayan, tukang becak, hingga warga dari luar kota yang singgah di Tuban.
Menurut informasi yang di dapat hampir setiap tahun Klenteng Kwan Sing Bio mengadakan kegiatan rutin yang bertema toleransi antar umat beragama. Misalnya dialog antar umat yang pesertanya warga muslim dan pemeluk agama lain di Klenteng. Biasanya materi diskusinya seputar pemberdayaan umat. Mulai dari masalah sosial, ekonomi, dan tentu saja persoalan hidup bertoleransi agama. Selain itu, untuk pekan depan, pihak Klenteng Kwan Sing Bio di kota tuban mengadakan Sahur Bersama dengan umat beragama lainnya.
Selain acara tersebut klenteng Kwan Sing Bio juga rutin mengadakan acara ulang tahun yang mulia Kong Co. Perayaan ulang tahun diadakan sesuai penanggalan China. Setahun lalu menjadi perayaan ulang tahun yang mulia Kong Co ke1853 jatuh pada tanggal 7 agustus 2015 yang digelar dengan sejumlah rangkaian acara yang lebih meriah dari tahun sebelumnya. Acara yang pertama adalah memberikan santunan 500 paket sembako kepada warga tidak mampu. Dilanjutkan dengan pementasan wayang kulit dengan lakon “Onto Rejo Takon Bapak” pada tanggal 1 Agustus. Kemudian pada tanggal 7 Agustus pagi, acara dilanjutkan dengan penerimaan Kim Sien dan malam harinya digelar acara hiburan yang didukung dengan sejumlah artis ibukota dan manca negara.
Menyusul pada tanggal 8 Agustus diadakan acara seluruh umat dan paga tanggal 9 Agustus pagi diselenggarakan upacara penyerahan kembali Kim Sien yang kemudian dilanjutkan dengan gebyar kirab keliling kota Tuban. Perkiraan orang yang hadir dalam rangkaian acara ini sekitar 30 ribu orang. Puncak acara digelar diatas panggung seluas 450 meter persegi dengan layar LED 38 x 8 m. Sungguhan acara berupa seni atraksi panggung yang bertajuk “Collosal Dance. The Romance in Three Kingdom”.
Perayaan Imlek menjadi acara rutin klenteng Kwan Sing Bio setiap tahunnya. Acara perayaan hanya berfokus pada rangkaian persiapan ibadah, ramah tamah dengan umat yang diperkirakan mencapai 450 umat. Sebelumnya, persiapan reguler mulai mengganti lampion lama, membersihkan klenteng, memandikan patung dewa, hingga menyiapkan sarana untuk ibadah. Perayaan Imlek adalah sebagai momen mengganti jubah Kong Co Kwan Sing Tee Koen. Untuk perlengkapan melakukan sembahyang para jemaat wajib menyertakan lilin sepasang, yoshua kecil dan besar serta uang kertas untuk dibakar. Hanya saja, untuk kriteria lilin disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Harga lilin bervariatif mulai Rp 87 ribu per pasang untuk ukuran betis orang dewasa. Sedangkan lilin paling tinggi mencapai Rp 72 juta per pasang dengan diameter satu rangkulan orang dewasa.
  1. Keunikan klenteng Kwan Sing Bio
Keunikan Klenteng Kwan Sing Bio merupakan klenteng terbesar di Asia Tenggara dan klenteng ini menghadap ke laut yang konon berarti menunjukkan betapa klenteng ini mempunyai kekuatan yang dahsyat. Namun menurut narasumber bapak Liu Purnomo menghadapnya klenteng Kwan Sing Bio kelaut tidak mengandung maksut  tertentu melainkan hanya kebetulan saja. Keunikan lainnya adalah di atas pintu gerbang masuk, kita akan melihat patung kepiting dan bukannya ular naga seperti klenteng – klenteng lainnya. Asal mula pemilihan lambang kepiting diawali oleh mimpi sang pengurus klenteng yang lama, dimana ia bermimpi ada seekor kepiting raksasa yang memasuki area klenteng namun belum direalisasikan hingga ada program pelebaran jalan raya oleh pemeritah didepan klenteng. Dengan musyawarah kepengurusan dan hasil persetujuan Kongco akhirnya dipilihlah kepiting sebagai lambang klenteng Kwan Sing Bio dan hingga sekarang sebagian orang banyak yang menyebut klenteng Kwan Sing Bio adalah klenteng kepiting.
Selain itu, Klenteng Kwan Sing Bio dekat dengan jalan dari arah Semarang ke Surabaya ataupun sebaliknya, karena merupakan jalur pantura. Maka tak heran mereka yang lewat Tuban dengan memiliki kendaraan sendiri kebanyakan mampir untuk melihat Klenteng Kwan Sing Bio atau sebagai tempat istirahat. Pada saat observasi tak lupa untuk melihat lingkungan sekitar di Klenteng Kwan Sing Bio ini, di seberang jalan klenteng ini terdapat berbagai macam gerobah yang berjualan bermacam – macam makanan. Selain itu, klenteng ini juga menyediakan tempat menginap gratis. Keunikan lain dari klenteng ini adalah bagi umat beragama lain, tempat khusus beribadah bagi umat Tri Dharma tidak boleh memasuki tempat suci tersebut dan melihat arca – arca yang ada di Klenteng Kwan Sing Bio. Hal ini yang membedakan Klenteng Kwan Sing Bio dengan klenteng – klenteng lainnya. Konon katanya dahulu semua orang boleh masuk kedalam altar, hingga ada sebuah kejadian bahwa arca Kong Co tidak muncul dalam foto dari hasil potretan. Selain itu juga akan mengganggu proses peribadahan umat apabila semua orang dibolehkan masuk altar klenteng.












BAB III
PENUTUPAN
  1. Kesimpulan
  2. Saran

LAMPIRAN
C:\Users\HP\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\20160422_101309.jpg C:\Users\HP\Documents\MIRUL FOLDER\observasi\IMG_0645.JPG  C:\Users\HP\Documents\MIRUL FOLDER\observasi\IMG_0646.JPG  C:\Users\HP\Documents\MIRUL FOLDER\observasi\IMG_0647.JPG  C:\Users\HP\Documents\MIRUL FOLDER\observasi\IMG_0676.JPG C:\Users\HP\Documents\MIRUL FOLDER\observasi\IMG_0679.JPG C:\Users\HP\Documents\MIRUL FOLDER\observasi\IMG_0689.JPG C:\Users\HP\Documents\MIRUL FOLDER\observasi\IMG_0739.JPG  C:\Users\HP\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG20160422101442.jpg C:\Users\HP\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG20160422104656.jpg C:\Users\HP\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG20160422105548.jpg G:\Pendidikan IPS\KLENTENG KWAN SING BIO.JPG G:\Pendidikan IPS\30597_T01112_mw2_google_com_mwpanoramio_photos_medium_22150116.jpg C:\Users\HP\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG20160422110122.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...