Rabu, 25 Mei 2016

Wisata Religi Makam Sunan Giri

LAPORAN OBSERVASI
“KEARIFAN LOKAL KOTA GRESIK”
PENGARUH WISATA RELIGI MAKAM SUNAN GIRI TERHADAP KEHIDUPAN MASYRAKAT SEKITAR

Oleh:
Ari Amrrullah                14010644057
Nahdiatul Rachma Wirantari         14010644058
Lilik Minarsih                14010644061
Wildan Kamil                14010644

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
                    2016





BAB I
PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang
    Penyebaran agama Islam merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia. Proses islamisasi di Indonesia  telah terjadi, dan masih akan terus berlanjut di waktu yang akan datang. Bagaimana bentuk prosesi yang akan datang sangat bergantung kepada para pelakunya, yang akan terlibat di dalam dan di sekitar, baik bagi yang berkepentingan agar lebih baik atau yang sebaliknya. Perjalanan islamisasi yang telah berlangsung selama kurang lebih dari 12 (dua belas) abad yang lalu, akan memberikan bahan kajian yang menarik untuk diambil hikmahnya. Demikian pula latar belakang terbentuknya bangsa dan budaya sejak jauh  sebelum agama-agama besar masuk, tidak dapat dilepaskan begitu saja. Tidak kalah pentingnya lingkungan makro umat manusia di seluruh permukaan bumi, memberikan masukan positif maupun negatif yang turut menentukan warna tertentu.
    Begitu juga proses islamisasi di Jawa masih akan terus berlanjut yang akan menentukan perkembangan agama Islam di Indonesia. Sejak puluhan tahun silam telah terbukti bahwa Jawa memang merupakan jantung perkembangan sosial, ekonomi, pendidikan dan pertahanan seluruh Nusantara. Oleh karena itu islamisasi di Jawa akan berpengaruh besar terhadap islamisasi di  seluruh Nusantara, seperti yang telah di buktikan oleh Sunan Bonang dan Sunan Giri, yang murid-muridnya  berasal dari penjuru tanah air. Hingga sekarang pun banyak pesantren di Jawa yang, besar maupun kecil, terkenal maupun yang masih belum lama berdiri, santri-santrinya berasal dari Sumatra, Kalimantan, Sualawesi, Nusa Tenggara, Maluku maupun Papua.  Itulah sebabnya menjaga agar islamisasi di Jawa agar tetap terpelihara sehingga kemurnian ajarn Islam terjamin.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keindahan alam yang indah yang dapat dijadikan tempat untuk berpariwisata atau rekreasi. Dengan adanya pembangunan tempat wisata ini dapat memperluas lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran masyarakat setempat yang dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Taman wisata makam Sunan Giri merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di kabupaten Gresik yang banyak menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya dengan bekerja sebagai pedagang atau penjual jasa seperti tukang parkir.
Adanya para wisatawan dan minat usaha yang besar dari para pedagang akan mempengaruhi perilaku sosial ekonomi yang tampak dari cara dan aktivitas sehari-hari mereka sebagai pedagang dalam kegiatan ekonomi sebagai pedagang di Taman Wisata makam Sunan Giri. Para pedagang ini biasanya menjual berbagai macam makanan dan minuman mulai dari makanan yang bisa didapatkan di mana-mana sampai makanan yang menjadi ciri khas daerah tersebut, selain itu pedagang juga biasanya menjual barang-barang yang khas dari daerah tersebut. Dalam berdagang, pedagang dalam mempromosikan jualannya biasanya menawar-nawarkan barangnya di sekeliling tempat untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dari para wisatawan.
Selain itu dengan adanya pekerjaan seperti ini pedagang dapat melakukan hubungan interaksi sosial kepada pengunjung yang datang yang terjalin dalam kehidupan sosial pedagang di Taman Wisata makam Sunan Giri. Dalam berinteraksi sosial, para pedagang selain akan terjalin kerjasama-kerjasama juga terkadang muncul konflik yang dikarenakan adanya perbedaan kepentingan diantara pedagang. Banyak pedagang yang dalam kegiatannya berdagang tersebut saling berebut pelanggan dengan cara-cara yang tidak baik, kebanyakan pedagang tidak saling bekerja sama dalam mempromosikan barangnya tetapi saling beriri hati. Tetapi dengan adanya pembangunan tempat wisata ini dapat membantu masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari lewat berdagang di Taman Makam Sunan Giri ini.
    1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah pengaruh Makam Sunan Giri terhadap kehidupan  masyarakat sekitar ?
  2. Bagaimanan keadaan perekonomian masyarakat sekitar setelah adanya makam Sunan Giri?
  3. Apa saja peninggalan Sunan Giri ?
    1. Tujuan Penelitian
  1. Mengetahui pengaruh makam Sunan Giri terhadap kehidupan masyarakat sekitar.
  2. Mengetahui keadaan perekonomian masyarakat sekitar setelah adanya makam Sunan Giri.
  3. Mengetahui apa saja peninggalan Sunan Giri.
    1. Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.         Kegunaan Praktis
Bagi Masyarakat, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan Informasi tentang makam Sunan Giri di Gresik, Jawa Timur, serta pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat sekitar.
Bagi Peneliti, seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian observasi tentang “Kearifan Lokal” diharapkan dapat lebih memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari selama mengikuti program studi pendidikan Pembelajaran IPS SD, di Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya.
2.         Kegunaan Akademis
Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi sivitas akademika. Laporan penelitian ini diharapkan menjadi bahan bahan rujukan dalam penelitian-penelitian selajutnya.
    1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.  Data diperoleh dari observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Observasi lapangan dilakukan di Kompleks Makam Sunan Giri pada tanggal 23 April 2016 untuk mengetahui kondisi  peninggalan Makam Sunan Giri keadaan sekarang, dan interaksi lingkunga suatu unit sosial yang terjadi.
Ada 6 (enam) macam metodelogi penelitian yang mengunakan pendekatan Kualitatif yaitu Etnografi, Studi kasus, Grounded theory, Interaktif, partisipatories, dan penelitian tidakan kelas. Namum dalam penelitian ini yang digunakan adalah adalah studi kasus (case Study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkunga suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.  Dari itu dapat diketahui sumber data yang digunakan adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber utama, sedangkan  sumber data tertulis, foto catatan tertulis adalah sumber tambahan.
    Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara observasi dan dokumen. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar dimana fenomena tersebut berlangsung, dan di samping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh subyek).
1.      Wawancara
    Wawancara dilakukan dengan juru kunci makam Sunan Giri yang bernama H. Mas Hamim Hasyim. Dalam penelitian ini mengunakan teknik wawancara mendalam yang artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat terkumpul secara maksimal.
2.      Observasi Langsung
    Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik. Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif, observasi diklarifikasikan menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang pertama di mana pengamat bertidak sebgai partisipan.
3.      Dokumentasi
    Sedangkan dokumentasi yang dilakukan pada saat observasi yang berupa foto, video dan rekaman. Dokumentasi merupakan sumber tambahan untuk melengkapi sumber data lisan.

    Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah pengolahan data dan analisis data. Data yang diperoleh dari lapangan diolah sehingga diperoleh keterangan-keterangan yang berguna, selanjutnya dianalisis. Analisis data menggunakan model deskriptif kualitatif yaitu upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus untuk menjelaskan gambaran tentang Pemanfaatan Makam Sunan Giri sebagai media pembelajaran sejarah. Adapun langkah-langkah kerjanya sebagai berikut.
1.     Penjelajahan, pencarian dan pembacaan sumber baik sumber pustaka, maupun sumber lapangan. Sumber–sumber ini diperoleh dari observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Dalam pencarian sumber ini sekaligus dilakukan inventarisasi dan identifikasi data/fakta yaitu berbagai sumber baik yang tertulis, lisan dan visual yang relevan. Kemudian dari fakta-fakta yang terkumpul di usut dengan konsep kebenaran sesui dengan relevansi pokok persoalan pemanfaatan makam sunan Giri sebagai media pemebelajaran sejarah.
2.      Studi lapangan yaitu observasi untuk melakukan cross cek ke obyek penelitian, yaitu melihat fenomena yang terjadi di kompleks makam Sunan Giri.
3.      Menganalisis data-data yang sudah terkumpul kemudian mengusut hubungan  dan membandingkan antar fakta yang ada,  untuk ditarik kesimpulan yang relevan sesui pokok persoalan yaitu Pemanfaatan makam Sunan Giri sebagai media pembelajaran sejarah.
4.      Bagian akhir, peneliti menuliskan hasil temuanya dalam bentuk laporan penelitian yang berupa diskriptif  kualitatif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1       Sejarah Singkat Tentang Sunan Gri
Selama 40 hari Sunan Giri atau yang mempunyai nama lain Raden Paku bertafakkur di sebuah gua. Beliau lahir pada tahun 1442 M. Sunan Giri bersimpuh meminta petunjuk Alloh SWT. Sunan Giri ingin mendirikan sebuah pesantren. Di tengah hening malam pesan ayahnya Syekh Maulana Malik Ishak kembali terngiang : “kelak, bila tiba masanya dirikanlah pesantren di Gresik” pesan  yang tak terlalu sulit sebetulnya. Tetapi yang membuat sulit adalah Sunan Giri  diminta untuk mencari tanah yang sama persis dengan tanah dalam sebuah bungkusan ini. Selesai bertafakkur Sunan Giri  berangkat mengembara. Di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas.
Sunan Giri kemudian mendirikan sebuah pesantren Giri. Sejak itu pula Raden Paku dipanggil dengan sebutan Sunan Giri. Dalam bahasa Sansekerta “ Giri: berarti “gunung”.Namun, tak ada peninggalan yang menunjukkan kebesaran pesantren Giri yang berkembang menjadi Kerajaan Kedaton. Tak ada juga bekas-bekas istana. Kini daerah perbukitan itu hanya terlihat situs kedaton. Sekitar satu kilometer dari makam Sunan Giri. Di situs itu berdiri sebuah langgar berukuran 6 x 5 meter. Disanalah konon sempat berdiri sebuah masjid  tempat Sunan Giri  mengajarkan agama islam. Ada juga bekas tempat wudhu berupa kolam berukuran 1 x 1 meter.
Tempat ini tampak lengang oleh pengunjung. Karena tidak banyak orang yang tau tentang situs ini.Pesantren Giri merupakan pusat ajaran Taukhid dan Fiqih. Karena Sunan Giri meletakkan ajaran Islam di atas Al-Quran dan Sunnah Rasul. Sunan Giri  tidak mau berkompromi dengan adat istiadat yang dianggapnya merusak kemurnian Islam. Karena itu Sunan Giri  dianggap pemimpin kaum “Putihan” yaitu aliran yang didukung oleh Sunan Ampel dan Sunan Drajat. Tetapi Sunan Kalijaga menganggap cara berdakwah Sunan Giri  kaku. Menurut Sunan Kalijaga dakwah hendaklah pula mengguanakan pendekatan kebudayaan.
Misalnya dengan wayang. Paham ini mendapat sokongan dari Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Perdebatan para wali ini memuncak pada saat peresmian Masjid Demak. Sunan Kalijaga cs ingin meramaikan peresmian itu dengan wayang. Tapi menurut Sunan Giri menonton wayang tetap haram, karena gambar wayang itu berbentuk manusia. Akhirnya Sunan Kalijaga mencari jalan tengah. Ia mengusulkan bentuk wayang diubah menjadi tipis dan tidak menyerupai manusia. Sejak itulah wayang beber berubah menjadi wayang kulit. Sunan ampel adalah ketua para Wali. Dan ketika Sunan Ampel wafat, Sunan Giri diangkat menjadi penggantinya.
Atas usulan Sunan Kalijaga, Sunan Giri diberi gelar Prabu Satmata. Diriwayatkan gelar itu jatuh pada 9 Maret 1487-1506 M, yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Gresik. Di kalangan Wali Sembilan, Sunan Giri juga dikenal sebagai ahli politik dan ketatanegaraan. Ia pernah menyusun peraturan ketataprajaan dan pedoman tata cara di keraton. Sunan Giri wafat pada tahun 1428 saka atau 1506 Masehi dan dimakamkan di atas bukit di dalam cungkup berarsitek sangat unik. Makam Sunan Giri terletak di Dusun Giri Gajah Desa Giri Kecamatan Kebomas berjarak sekitar 4 Km dari pusat Kota Gresik.
2.2    Silsilah Sunan Giri Dan Peranannya Dalam Walisongo

Sunan Giri adalah seorang dalam Walisongo serta pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berada di Gresik, Jawa Timur. Sunan Giri lahir di Blambangan tahun 1442 M. Sunan Giri juga merupakan salah satu wali yang memiliki peran penting atas berdirinya kota Gresik dan pemerintahan Gresik pada zaman Wali Songo dengan menyebarkan agama islam dan mendirikan pondok pesantren yang berpengaruh besar di Jawa. Sunan Giri memiliki nama lain, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra. Ia dimakamkan di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Sunan Giri adalah pejuang dan penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Dia berperan penting pada masa awal pemerintahan Kerajaan Islam Demak dan konon dia juga masih keturunan Nabi Muhammad SAW.
Silsilah para wali dapat dikatakan kurang jelas atau masih banyak sumber yang berbeda. Beberapa babad menceritakan pendapat yang berbeda mengenai silsilah Sunan Giri. Seperti Babad Gresik, Babad Tanah Tawi, dan lain-lain. Menurut hasil penelitian Panitia Penelitian dan Pemugaran Sunan Giri yang bekerja sama dengan Lembaga Research Islam Malang dari 27 April 1973 sampai 23 September 1973 mengenai silsilah Sunan Giri, silsilah Sunan Giri dari pihak ayah adalah sebagai berikut. Raden Paku Muhammad Ainul Yakin putra Ishak, Ibrahim Al Ghozi, (Ibrahim Asmoro) bin Jamaluddin Husein, bin Ahmad, bin Abdullah, bin Abdul Malik, bin Alawi, bin Muhammad, bin Shohibul Mirbad, bin Ali Kholid Qosam, bin Alawi, bin Muhammad, bin Abdullah, bin Ahmad Al Muhajir, bin Isa, bin Muhammad Al Faqih, bin Ali al Aridh, bin Ja’far As shadiq, bin muhammad al Baqir, bin Ali Zainal Abidin, bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah binti Rasulullah Saw. Adapun dari pihak Ibu Sunan Giri putra dari Dewi Sekardadu bin Minak Sembuyu, bin  Menak Pragola, bin Bambang Tumenggung, bin Wacana, bin Ratu Surya Winata, bin Mundiwangi. Menurut pigeaud, Menak Pragola adalah Dadali Putih, keturunan Wirabhumi yang terbunuh dalam perang Pra-Regreg (1401-1406). Jadi Sunan Giri memiliki hubungan genealogi dengan raja Majapahit yang terbesar, yaitu Hayam Wuruk atau Rajasanagara (1350-1389)

Tabel 1. Biodata Sunan Giri:
Nama
Sunan Giri
Tahun lahir dan wafat
1443 M - 1506 M
Tempat pemakaman
Desa Giri, kecamatan kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Ayah
Maulana Ishaq
Ibu
Dewi Sekardadu
Istri
Dewi Wardah
Dewi Murthosiah
Anak
Susuhunan Tegalwangi
Nyai Ageng SeloLuhur
Pangeran Sedo Timur
Susuhunan Kidul Ardi Pandan
Nyai Ageng Kukusan Klangonan
Sunan Dalem Wetan
Nyai Ageng Sawo
Susuhunan Kselin
Pangiran Pasir Batang
Susuhunan Werutu
Putrid Ragil
Gelar dan nama lain
Jaka Samudra
Raden Paku
Prabu satmata
Muhammad Ainul Yakin
Kelahiran Sunan Giri dianggap membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Oleh karena itu, Dewi Sekardadu dipaksa ayahandanya (Prabu Menak Sembuyu) untuk membuang anak yang baru dilahirkannya. Akan tetapi, alasan yang sesungguhnya mengapa Sunan Giri kecil dibuang adalah ketidaksukaan Prabu Menak Sembuyu terhadap cucunya yang merupakan anak dari Syekh Maulana Ishaq yang merupakan mubaligh Islam.
Sunan Giri kecil atau Joko Samudro diasuh oleh Nyai Gede Pinatih. Saat sudah cukup dewasa, Joko Samudra dibawa ibunya ke Ampel Denta (kini di Surabaya) untuk belajar agama kepada Sunan Ampel. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian, Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang) untuk mendalami agama Islam di Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Joko Samudra. Di sinilah, Joko Samudra, yang ternyata bernama Raden Paku mengetahui asal-muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang. Akhirnya, ayah dan anak itu pun bertemu. Setelah belajar selama tujuh tahun di Pasai kepada Syekh Maulana Ishaq, mereka kembali ke Jawa untuk menyebarkan agama Islam dan mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya dari Sunan Ampel dan Syekh Maulana Ishaq.
Menurut literature of java (1967-1980)  disebutkan bahwa pada tahun 1485 M Sunan Giri membangun kedhaton di puncak bukit. Sunan Giri juga termasuk orang pertama diantara ulama yang membangun tempat khalwat dan makam diatas bukit. Tempat keramat diatas bukit merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan keagamaan sejak sebelum zaman Islam di Jawa Timur.  H.J. De Graaf juga menjelaskan bahwa sesudah pulang dari pengembaraannya ke negeri Pasai, Raden Paku memperkenalkan diri kepada dunia dengan mendirikan pesantren di atas bukit di kota Gresik. Sunan Giri menjadi orang pertama yang paling terkenal diantara sunan-sunan lainnya yang mendirikan pesantren di daerah giri (pegunungan). H.J. De Graff juga mengatakan bahwa di atas gunung di Gresik tersebut seharusnya saat ini terdapat sebuah istana karena sejak lama rakyat setempat membicarakan keberadaan Giri Kedaton atau Kerajaan Giri.
Murid-murid Sunan Giri berdatangan dari segala penjuru Nusantara, seperti Maluku, Madura, Lombok, Makassar, Hitu dan Ternate. Murid-murid Giri Kedaton ini tidak hanya kalangan rakyat kecil, namun juga para pangeran dan bangsawan. Kerajaan Majapahit yang sudah rapuh merasa khawatir melihat perkembangan Giri Kedaton. Para pangeran yang telah menamatkan pendidikan mereka, sekembalinya ke negeri masing-masing mengobarkan semangat baru untuk lepas dari kekuasaan Majapahit. Daerah kekuasaan Majapahit memang semakin berkurang sejak meletusnya Perang Paregreg tahun 1401–1406 M.
Berbeda dengan keterangan di atas, Babad Tanah Jawa menjelaskan bahwa murid-murid Sunan Giri itu justru bertebaran hampir di seluruh penjuru benua besar, seperti Eropa (Rum), Arab, Mesir, Cina dan wilayah lain di dunia. Semua itu adalah penggambaran nama besar Sunan Giri sebagai ulama penting yang sangat dihormati orang pada jamannya. Di samping pesantrennya yang besar, Sunan Giri juga membangun masjid sebagi pusat ibadah dan pembentukan iman umatnya. Beliau juga membangun asrama yang luas untuk para santri yang datang dari jauh. Jasa Sunan Giri yang terbesar tentu saja perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa bahkan sampai ke Nusantara, baik dilakukan Sunan Giri sendiri saat masih muda sambil berdagang maupun melalui murid-muridnya yang ditugaskan ke luar pulau. Sunan Giri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kerajaan-kerajaan Islam di Jawa maupun di luar Jawa. Sebagai bukti adalah adanya kebiasaan apabila seorang putra mahkota hendak dinobatkan menjadi raja haruslah mendapat pengesahan dari Sunan Giri.
Beberapa tahun kemudian, Sunan Giri menikah. Pernikahannya tidak seperti yang dilakukan oleh orang kebanyakan. Pernikahan Raden Paku atau Sunan Giri tergolong unik karena beliau menikahi dua wanita sekaligus dalam waktu satu hari. Wanita yang dinikahinya adalah Dewi Murtasiyah yang merupakan putri dari Sunan Ampel, dan Dewi Wardah yang merupakan putri Sunan Bungul. Sunan Bungul adalah bangsawan Majapahit yang masuk Islam dan menetap di Surabaya. Sunan Ampel merasa tertarik dengan kepribadian dan kecerdasan muridnya yang luar biasa bernama Raden Paku. Oleh karena itu, beliau hendak menjodoh putrinya dengan Raden Paku . Kebetulan pula Raden Paku dan Dewi Murtasiyah telah saling jatuh cinta.
Sunan Giri atau Raden Paku memerintah Kerajaan Giri kurang lebih 20 tahun. Sewaktu memerintah Giri Kedaton beliau bergelar Prabu Satmata. Pengaruh Sunan Giri sangatlah besar terhadap kerajaan Islam di Jawa maupun di luar Jawa. Sebagi buktinya adalah adanya kebiasaan bahwa apabila seorang hendak dinobatkan menjadi raja haruslah mendapat pengesahan dari Sunan Giri. Giri Kedaton atau Kerajaan Giri berjaya selama 200 tahun. Sesudah Sunan Giri meninggal dunia,  pemegang kepemimpinan digantikan oleh anak keturunannya, yaitu:
  1. Sunan Dalem
  2. Sunan Sedomargi
  3. Sunan Giri Prapen
  4. Sunan Kawis Guwa
  5. Panembahan Ageng Giri
  6. Panembahan Mas Witana Sideng Rana
  7. Pangeran Singonegoro (bukan keturunan Sunan Giri)
  8. Pengeran Singosari
Pengganti Sunan Giri yaitu Pangeran Singosari berjuang gigih mempertahankan diri dari serbuan Sunan Amangkurat II yang dibantu oleh VOC dan Kapten Jonker. Sesudah pangeran Singosari wafat pada tahun 1679, habislah kekuasaan Giri Kedhaton. Meski demikian kharisma Sunan Giri sebagai ulama besar wali terkemuka tetap abadi sepanjang masa.
Sejarah kehidupan Wali Songo termasuk sejarah Sunan Giri sebagian besar masih diliputi kegelapan. Bahan atau sumber sejarahnya yang bersifat primer tidak didapatkan. H. Abu Bakar dalam Sedjarah Al-Qur’an menyatakan bahwa para ahli sejarah di Indonesia yang ternama, seperti Hoesein Djajadiningrat, Snouck Hurgronye, dan D.A Rinkes, dalam penelitiannya masih sering terbentur oleh berita-berita tarikh, legenda, dan dongeng yang kadang-kadang bertentangan antara satu sama lain.
Kumpulan wali di Pulau Jawa disebut sebagai organisasi dakwah karena didalamnya terdapat pemimpin, anggota, dan program yang hendak dijalankan. Ketiga hal tersebut sudah cukup sebagai syarat menyebut para wali pada masa Walisongo menjadi organisasi dakwah. Setelah Sunan Ampel wafat, Sunan Giri diminta untuk menggantikannya. Sunan Kalijaga Mengusulkan bahwa ketua baru wali tersebut diberi gelar Prabu Satmata.
Dalam berdakwah, Sunan Giri masuk dalam jalur politik dan budaya. Namun ia terkenal sangat hati-hati dalam menyebarkan agama Islam. Ia membedakan secara tegas antara syariah dan bid’ah. Ia ingin mengajarkan Islam secara murni kepada masyarakat, yaitu tanpa dicampuri oleh budaya lokal orang-orang Jawa yang cenderung mengarah kepada kemusyrikan. Sehingga Islam terkesan kuat ditangannya.
2.3    Cara Sunan Giri Dalam Menyebarkan Agama Islam
Sunan Giri  memulai  aktivitas dakwahnya di daerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan pesantren yang santrinya banyak berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Ia mengirim juru dakwah terdidik ke berbagai daerah di luar Pulau Jawa, yaitu Madura, Bawean, Kangean, Ternate dan Tidore. Kegiatan-kegiatan ini menjadikan pesantren yang dipimpinnya menjadi terkenal di seluruh nusantara.
Dakwah Sunan Giri dijalankan dengan mendatangi masyarakat. Lewat kegiatan-kegiatan kehidupan sehari-sehari itu, disalurkannya ajaran-ajaran Islam, sehingga suasana lingkungan lambat laun dan dengan cara-cara yang halus serta tidak terasa hingga akhirnya bersedia menerima ajaran-ajaran Islam berdasarkn kesadaran dan kemauan sendiri, sebagai suatu hal yang wajar, serta diliputi oleh suasana menyenangkan. Penyiaran Islam seperti itu dalam dunia Islam dikenal dengan nama tabligh.
Berikut ini adalah jasa-jasa Sunan Giri terhadap penyebaran Islam di Indonesia:
1.      Dalam Bidang Pendidikan
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Giri bergerak dalam bidang pendidikan yaitu dengan mendirikan pesantren-pesantren yang didalamnya diajarkan ilmu agama dan ketauhidan.
Dalam pesantren para santri biasanya memperoleh pelajaran sebagai berikut :
  1. Pengetahuan tnetang Bahasa Arab, seagai alat untuk mempelajari Islam.
  2. Pengetahuan tauhid, untuk mempertebal keyakinan yang sangat diperlukan bagi keteguhan iman terutama bagi para mubaligh.
  3. Ilmu Fiqh sebagai pedoman syariat hukum untuk menjalankan darma bakti dalam kehidupan masyarakat dan agama.
  4. Pengetahuan umum tentang Al-Qur’an, hadist, tarikh nabi serta mubaligh-mubaligh Islam seperti telah dirintis oleh Khaulafa’ur Rasyidin.

2.      Dalam Bidang Politik
Peranan Sunan Giri dalam politik pemerintahan sebagai berikut :
  1. Memberikan legitimasi kepada para penguasa di Demak, Pajang dan Mataram. Dalam Babad, legitimasi itu dikenal dengan sebutan riwayat Sunan Giri. Lebih dari itu pengaruh Sunan Giri terasa sampai jauh di luar Jawa yaitu : Lombok, Makasar, Hitu (Ambon), dan Ternate. Kerapkali seorang raja seakan-akan baru sah sebagai raja apabila yang bersangkutan telah di berkahi dan di akui oleh Sunan Giri.
  2. Meskipun tidak ataupun belum ditemukan sumber-sumber yang credible (sahih), akan tetapi menurut anggapan masyarakat, Sunan Giri ikut menentukan garis-garis politik pemerintahan. Pada waktu itu Demak terjadi perang saudara antara Adiwijaya dan Arya Penangsang (1546),  Sunan Giri bersama-sama dengan Sunan Kudus berusaha agar pusat pemerintahan Islam tetap berada di daerah pantai (Demak).
  3. Dinasti Giri memiliki akar politik, sosial, budaya dan ekonominya yang kuat. Hal ini terbukti “dinasti” Giri khususnya dalam “hegemoni” kerohanian di Jawa mampu bertahan tidak kurang dari 200 tahun (1477-1680).
        Dalam hal ekonomi, berdasarkan sumber-sumber arkeologis, toponimik dan berita asing, tidak diragukan lagi bahwa Gresik dibawah Supremasi Giri dari abad XV-XVII mencapai puncak perkembangannya sebagai kota dagang. Toponimi yang tersisa seperti Kampung Kemasan (tempat saudagar Palembang – kiemas), dan Pakelingan (Tempat para saudagar tukang kayu)
        Pola itu menunjukan bentuk pemukiman yang serupa di Malaka pada kurun waktu itu. Hasil ekskavasi di Giri pada tahun 1973 juga menemukan situs-situs, seperti : kedaton (kraton), alun-alun, jraganan, kajen, punggawan, dalem wetan, kajen, dan triman telah  memberikan petunjuk bahwa Giri pada abad tersebut menjadi pusat keagamaan, ekonomi, dan politik.
        Pada waktu Trunajaya mengadakan perlawanan terhadap Amangkurat I dan VOC, Giri yang dipimpin oleh keturunan Raden Paku dengan segala kemampuan dan kekuatan membantu perjuangan Trunajaya, dengan alasan Bahwa :
  1. Giri ingin meleyapkan sikap kejam dan tidak adil dari Amangkurat I
  2. Tidak menyetujui adanya kerjasama antara Amangkurat I dan VOC (Belanda)
  3. Trunajaya masih mempunyai hubungan keturunan (darah) dengan Sunan Giri.
Dalam menentukan hukum agama, Sunan Giri sangat berhati-hati. Beliau pernah menjadi hakim dalam perkara pengadilan Syekh Siti Jenar, seorang wali yang dianggap murtad karena menyebarkan faham Pantheisme dan meremehkan syariat Islam yang disebarkan para wali lainnya.
3.      Dalam Bidang Kebudayaan dan Kesenian
Menciptakan lagu ilir-ilir dalam penyebaran agama Islam dan menciptakan permainan anak-anak seperti cublek-cublek suweng, jelungan, jor, bendi gerit, gula ganti dan sebagainya. Media seni juga dimanfaatkannya untuk menyebarkan agama, misalnya melalui tembang macapat dan kidung. Gending-gending yang diduga sebagai ciptaan Sunan Giri misalnya Amsaradana dan Pucung. Lagu-lagu itu selain mudah di pahami juga mudah di mainkan oleh anak-anak dan remaja juga sangat di gemari rakyat karena berisi ajaran yang bertingkat tinggi.
Sunan Giri juga berjasa besar dalam bidang kesenian karena beliau yang pertama kali menciptakan  Asmaradana  dan  Pucung serta menciptakan tembang- tembang dolanan anak-anak yang bernafas Islam seperti Jelungan, Jamuran, Gendi Ferit, Jor, Gula Ganti, Cublak-cublak Suweng, Ilir-ilir  dan sebagainya. Ia juga dipandang sebagai orang yang sangat berpengaruh terhadap jalannya roda Kesultanan Demak Bintoro (Kesultanan Demak). Hal ini dikareenakan setiap kali muncul masalah penting yang harus diputuskan, wali yang lain  selalu menantikan keputusan dan pertimbangannya.
Melalui media budaya seperti yang dipaparkan Sunan Giri, mereka mendekati khalayak melalui sarana yang ada, tanpa mengurangi kegemaran dan apa saja yang disukai rakyat melalui saluran-salura baru yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Demikianlah kiranya Sunan Giri dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat juga dengan bermacam-macam cara antara lain dengan memberikan tauladan langsung kepada rakyat mengenai amal ibadah, dan tuntunan akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal tersebut dilakukan secara orang perorang, secara rahasia, maupun dengan pengajian umum yang dihadiri oleh orang banyak dari berbagai lapisan masyarakat.

2.4    Akhir Usia Sunan Giri
Pemerintahan Prabu Satmata atau Sunan Giri semakin lama semakin kokoh, demikian pula Pondok Pesantern Giri Kedhaton semakin berkembang pesat. Pondok Pesanteren Giri Kedhaton tidak hanya menampung santri-santri yang berasal dari Gresik dan sekitarnya saja, melainkan juga menampung santri yang datang dari Maluku. Santri dari Maluku yakni orang-orang Hitu, banyak berguru kepada Sunan Giri.
Hal ini mengundang kecemburuan politik Raja Majapahit dan oleh karena Raja Majapahit beberapa kali menyerang Giri Kedhaton. Namun penyerangan ini gagal. Tidak  diketahui dengan pasti bagaimana gejolak yang terjadi akibat penyerangan Kerajaan Majapahit. Pada akhirnya tepat pada malam Jum’at tanggal 24 Rabiul Awwal tahun 913 Hijriyah/ 1428 Saka/ 1506 Masehi, Prabu Satmata atau Sunan Giri wafat dalam usia genap 63 tahun. Tahun wafatnya Sunan Giri diketahui dari pendapat tentang keberadaan naga. Penyebab wafatnya Sunan Giri belum diketahui dengan pasti karena belum ada sumber yang mengatakan penyebab wafatnya beliau, tetapi diperkirakan beliau meninggal karena sakit di usia tua. Arti dari kedua naga dalam candi bentar  maupun pada  pintu masuk cungkup makam adalah candra sengkala tahun wafatnya Sunan Giri (1428 saka/1506 M). Hal ini dikarenakan belum adanya sumber-sumber yang lain yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2.5       Taman Wisata Makam Sunan Giri
Kabupaten Gresik merupakan salah satu kota yang mempunyai banyak tempat wisata, mulai dari tempat wisata yang berupa pantai, taman bermain samapi tempat wisata yang religi. Salah satunya adalah tempat wisata taman makam Sunan Giri. Tempat wisata ini banyak digemari pengunjung karena Sunan Giri ini merupakan salah salah satu dari sembilan tokoh yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Kebanyakan pengunjung yang datang ke tempat ini adalah kaum ibu-ibu yang biasanya mengikuti acara pengajian di kampungnya, tetapi selain itu anak-anak juga banyak yang mengunjungi tempat wisata Sunan Giri ini.
Kebanyakan para peziarah Sunan Giri ini datang berombongan, tetapi ada juga yang datang perorangan. Mereka beranggapan bahwa berziarah ke makam Sunan Giri ini akan bisa mendapatkan barokah yang banyak, banyak peziarah yang datang dari luar daerah. Setiap hari orang yang berziarah ke makam Sunan Giri ini bisa mencapai ribuan. Tetapi, pada saat musim liburan sekolah tiba atau pada malam selawean saat puasa bulan Ramadhan makam Sunan Giri ini bisa dua kali lipat peziarah.Para peziarah ini biasanya berdo’a dan bersyukur atas jasa yang telah diberikan oleh Sunan Giri ini yaitu menyebarkan agama Islam dan untuk mengenang pelajaran-pelajaran yang Beliau berikan ketika menyebarkan agama islam.
Menjelang bulan Ramadhan, pengunjung wisata religi di makam Sunan Giri, mengalami peningkatan yang luar biasa. Sebelumnya, pengunjung yang setiap harinya rata-rata mencapai 500 hingga 1000 orang perhari, saat memasuki bulan Jawa 1 Ruwah naik hingga 2.500 pengunjung perhari. Hal ini dibenarkan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Budpora) Gresik, Mighfar Syukur. “Memang benar setiap tahun jumlah pengunjung wisata religi sejak tiga minggu sebelum bulan ramadhan mengalami kenaikan yang cukup dratis”. Namun pada bulan tertentu, tempat wisata religi tersebut akan sepi. “Data yang kami kumpulkan selama setahun, jumlah pengunjung mencapai 1,2 juta orang itu berasal dari Jawa, Sumatara, Kalimantan, dan luar Jawa di Indonesia. Bahkan ada yang dari Malasyia, pernah juga dari Amerika.
Kebanyakan para pengunjung yang datang selain untuk berdo’a dan untuk mengenang jasa-jasa yang diberikan oleh Sunan Giri juga untuk berekreasi yang hanya untuk membeli oleh-oleh khas gresik. Selain itu, para peziarah juga biasanya melakukan ibadah sholat di masjid Sunan Giri. Untuk mencapai makam Sunan Giri ini para peziarah harus berjalan mendaki ratusan tangga yang ada yang bisa membikin peziarah ngos-ngosan dalam berwisata di tempat ini. Tetapi banyak para peziarah yang tidak merasa capek atau lelah ketika melewati ratusan tangga ini, karena ada pengunjung yang beranggapan bahwa hal ini merupakan suatu cobaan untuk mendapatkan sesuatu yang barokah.
Sepanjang perjalanan ke makam Sunan Giri ada anak tangga yang terdapat gapura dengan hiasan gunungan di kaki gapura tersebut dan terdapat patung singa yang dalam keadaan rusak. Di tangga ini juga terdapat banyak pohon yang salah satunya adalah pohon asam yang menurut masyarakat sekitar Sunan Giri ini merupakan pohon asam yang ditanam oleh Sunan Giri ketika beliau masih hidup. Makam Sunan Giri sendiri berada di dalam cungkup yang dihiasi banyak ornamen dengan motif sulur tanaman. Pintu masuk makam Sunan Giri dibuat rendah sehingga pengunjung saat mau masuk ke makam Sunan Giri harus merunduk terlebih dahulu agar tidak terbentur.
Hal ini disengaja karena sebagai penghormatan kepada Sunan Giri atas jasa yang Beliau berikan. Makam Sunan Giri berada pada teras paling tinggi dan dikelilingi banyak makam lainnya. Sebagai pembatas antar teras digunakan batu bata dan rongganya yang diisi dengan batu koral. Di dalam cungkup makam  dan di selasar luarnya tampak banyak pengunjung yang melantunkan ayat-ayat suci Al Qur’an dan doa-doa bagi sang Sunan. Yang tentunya beberapa diantaranya ada yang menyertainya dengan doa-doa berbagai keperluan  bagi dirinya dan keluarganya. Di sebelah selatan makam Sunan Giri terdapat Pendapa Agung Sunan Giri yang di dalamnya juga banyak terdapat makam-makam kuno
2.5       Masjid Sunan Giri
Masjid Sunan Giri ini terletak hanya beberapa langkah di sebelah Makam Sunan Giri, sebelum sampai di masjid, peziarah harus melewati lintasan di samping tanah terbuka yang di atasnya terdapat makam-makam lawas. Di ujung lintasan ini terdapat sebuah lorong yang di kiri kanannya terdapat kios-kios yang menjajakan perlengkapan ibadah, cindera mata, dan barang-barang lainnya.   
Masjid Sunan Giri dan makam-makam yang ada di depan, dapat juga terlihat dari halaman di depan Makam Sunan Giri. Atap Masjid Sunan Giri ini berbentuk limasan atau tumpang susun tiga, suatu bentuk atap yang menjadi tradisi masjid di Jawa dan beberapa daerah lain di Nusantara. Semakin siang, semakin ramai peziarah yang berkunjung ke makam dan mampir ke masjid Sunan Giri ini untuk melakukan ibadah sholat, dan biasanya lorong ini bisa disesaki oleh para peziarah yang berlalu lalang. Gerbang masuk ke dalam area Masjid Sunan Giri, yang mengingatkan pada bentuk meru atau gunungan. Masjid Sunan Giri dibangun seperti ini karena mendapat pengaruh kebudayaan dari Jawa dalam membangun kompleks masjid ini.
Masjid Sunan Giri didirikan pada 1544 atas prakarsa Nyi Ageng Kabunan (cucu Sunan Giri), lantaran setelah Sunan Giri meninggal pada 1506 banyak para peziarah berdatangan ke Makam Sunan Giri, dan para pengikutnya pun berpindah tempat dan tinggal di sekitar Bukit Giri, agar lebih dekat ke makam Sang Sunan. Ruang terbuka di halaman Masjid Sunan Giri, yang dikelilingi oleh bangunan utama masjid dan bangunan tambahan. Untuk masuk ke dalam serambi Masjid Sunan Giri, atau naik melalui tangga ke lantai dua, pengunjung harus melewati kolam dangkal berisi air bersih untuk membersihkan telapak kaki.
Serambi Masjid Sunan Giri yang dipisahkan dengan ruang utama masjid oleh dinding berjendela kisi dan gerbang-gerbang masuk berukuran kecil berbentuk meru. Gerbang meru untuk masuk ke dalam ruang utama Masjid Sunan Giri, yang terlihat sangat anggun dengan ornamen di bagian atasnya, dan kaligrafi berwarna keemasan yang tersusun sangat rapi di atas dasar hijau pupus yang indah. Pilar-pilar kayu bergerigi penyangga atap bangunan Masjid Sunan Giri yang berwarna kehijauan dengan dasar bulat berwarna keemasan. Susunan lampu penerang di bagian tengah Masjid Sunan Giri yang dikelilingi oleh tiang-tiang penyangga.
Arsitektur masjid-masjid kuno semacam ini semoga bisa dikembangkan lagi oleh para arsitek Indonesia masa kini sehingga bisa terlihat lebih anggun, berseni dan agung. Bagian mihrab Masjid Sunan Giri yang menunjukkan arah kiblat, dengan sebuah jam lonceng berukuran besar serta mimbar Khatib yang ruangannya lebih besar ketimbang ruangan imam. Ini tentu tidak berarti bahwa kedudukan Khatib lebih penting ketimbang imam, namun saya kira ruangan itu diperlukan untuk mengakomodasi mimbar yang terlihat indah dengan ornamen berwarna keemasan.
pelat-pelat baja nampak digunakan sebagai penguat pilar-pilar kayu Masjid Sunan Giri. Ornamen berwarna keemasan di tiap pertemuan kayu terlihat indah dan serasi dengan warna hijau pupus pilar kayu yang terlihat sangat bersih.Mengunjungi makam dan Masjid Sunan Giri seolah belajar pada kearifan masa lalu. Masa dimana pengislaman tidak harus menjauhkan dan memisahkan orang dari akar budayanya, karena apalah arti suatu suku atau bangsa yang telah kehilangan jati dirinya karena telah mengadopsi mentah-mentah budaya bangsa lain, yang tidak selalu identik dengan budaya Islam.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1       Pengaruh Makam Sunan Giri Terhadap Masyarakat Sekitar
Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai beberapa macam keindahan alam dan beragam jenisnya, sehingga sangat bagus untuk dijadikan sebagai objek wisata. Pembangunan sektor pariwisata merupakan salah satu program pemerintah Indonesia, karena dengan adanya pembangunan objek wisata ini dapat menambah pemasukan bagi Negara. Selain menambah pemasukan bagi Negara pembangunan objek wisata ini mempunyai banyak manfaat seperti terbukanya lapangan pekerjaan, mempunyai banyak kesempatan untuk berwirausaha, sehingga di dalam upaya pengembangannya diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata tersebut.
Kegiatan pariwisata juga dapat menimbulkan dampak positif maupun negative di bidang social dan budaya. Pariwisata tidak hanya berdampak pada bidang ekonomi saja, tetapi juga berdampak di bidang sosial dan budaya, lingkungan dan fisik. Salah satu dampak yang ditimbulkan karena adanya pembangunan makam Sunan giri adalah mata pencaharian penduduk sekitarnya. Sejak diresmikannya makam Sunan Giri sebagai tempat wisata banyak masyarakat setempat yang ingin membuka usaha di sekitar tempat wisata ini. Kebanyakan usaha yang mereka jalani adalah berdagang, tetapi ada juga yang menjual jasanya sebagai penjaga tukang parkir.
Sejak adanya wisata Makam Sunan Giri ini keadaan perekonomian masyarakat sekitar mengalami peningkatan. Mereka bisa membuka peluang dengan cara berdagang. Barang dagangan yang biasa mereka jual adalah souvenir atau pernak-pernik khas gresik, makanan dan minuman khas gresik seperti pudak dan ketupat puli. Selain itu mereka juga menjual barang-barang yang khas dari kota gresik. Alasan mereka memilih berdagang di temapat wisata seperti ini karena mereka ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar, ingin memperbaiki hidupnya, tetapi ada juga yang hanya iseng-iseng berdagang suapaya mereka tidak menganggur di rumah.
Saat liburan sekolah para pedagang sekitar makam Sunan Giri ini mendapatkan keuntungan yang besar, karena saat liburan sekolah banyak pengunjung yang dating ke makam Sunan Giri ini untuk berziarah. Saat liburan kebanyakan yang dating anak sekolah, karena pihak sekolah ingin memperkenalkan salah satu dari sembilan wali yang telah menyebarkan agama islam dan mengenag jasa-jasanya. Tidak hanya itu, pada waktu malam selawean puasa ramadhan atau saat awal puasa ramadhan makam Sunan Giri ini juga banyak pengunjung yang ingin berziarah. Hal ini menjadi kesempatan besar yang tidak boleh disia-siakan oleh para pedagang untuk mempromosikan barang dagangannya.
Selain itu, para penjual jasa sebagai tukang parkir ini juga kuwalahan untuk memparkir dan menjaga kendaraan para peziarah makam Sunan Giri ketika hari liburan tiba, karena kebanyakan yang ingin berziarah adalah rombongan yang menggunakan kendaraan seperti bus, sehingga untuk memparkir kendaraan seperti ini dibutuhkan tempat yang luas. Saat malam selawean biasanya tempat parkir makam Sunan Giri ini terbatas karena kebanyakan pengunjung, sehingga pengunjung harus memarkir kendaraannya di tempat yang berbeda. Pada saat seperti ini biasanya para penjaga tukang parkir ini menaikkan harga parkirnya, yang biasanya parkir sepeda hanya 2000 pada saat musim seperti ini naik menjadi 3000 atau 4000 yang dimaksudkan untuk mendapat keuntungan lebih.
Begitu juga dengan para pedagang, saat musim tertentu seperti ramai pengunjung para pedagang di sekitar makam Sunan Giri ini juga menaikkan harga jual dagannya agar mendapatkan keuntungan yang banyak atau melimpah. Kebanyakan mereka menaikkan harga jualnya menjadi dua kali lipat dari harga biasanya. Dalam keadaan seperti ini pedagang akan mendapatkan keuntungan yang lebih, karena pada hari-hari seperti biasa makam Sunan Giri ini sepi pengunjung dan barang dagangannya juga ikut sepi. Sehingga saat musim seperti ini menjadikan para pedagang untuk saling bersaing dengan pedagang lain dalam mempromosikan barang yang akan dijual.
Dampak positif adanya pembangunan wisata Makam Sunan Giri adalah sebagai berikut:
  • Dengan adanya pembangunan tempat wisata makam Sunan Giri ini perekonomian masyarakat semakin meningkat dan sejahtera.
  • Mengurangi pengangguran dan membuka lapangan pekerjaan, jika sesorang mampu  mencari peluang yang ada.
  • Masyarakat bisa lebih berkreatif untuk berdagang.
  • Melalui berdagang antara penjual dan pembeli bisa saling berinteraksi untuk saling bertukar informasi yang mereka peroleh atau mereka ketahui.
  • Akan  terciptanya rasa saling menghargai dan menerima kebudayaan masing-masing.
Selain dampak positif di atas, ada juga dampak negative dari pembangunan wisata Makam Sunan Giri, antara lain:
  • Dengan adanya pembagunan wisata ini dapat memyebabkan orang berbuat maksiat seperti mencuri barang para peziarah ketika musim tertentu.
  • Pencemaran lingkungan yang disebabkan banyak sampah-sampah yang berserakan
  • Orang malas bekerja dan biasanya mereka suka meminta-minta kepada peziarah di tempat wisata tersebut.
Saat pengunjung makam Sunan Giri ini sepi, sebagian besar pedagang mengekuh karena omset yang mereka dapatkan juga ikut menurun. Kebanyakan mereka mengeluh karena mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mereka harus mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi hidupnya. Dalam mempromosikan barang dagangannya sebagian pedagang ada yang berkonflik dengan pedagang lainnya untuk saling berebut pelanggan. Bahkan mereka banyak yang beriri hati dalam berdagang karena mereka tidak mampu untuk bersaing dengan pedagang lainnya. Banyak mereka yang beradu mulut dengan pedagang lain untuk mendapatkan pelanggan.
Dalam menjual barang dagangannya sebagian pedagang berjualan keliling agar barang dagangannya cepat laku dan banyak keuntungan. Mereka berdagang di sudut-sudut dan di setiap tempat yang ramai pengunjungnya. Di tempat wisata ini para pedagang banyak yang menjual barang dagangannya dengan harga yang tinggi, sehingga pembeli harus lebih berhati-hati dalam menawar harga yang ditawarkan oleh penjual ketika ingin membeli sesuatu. Pada saat pagi hari makam sunan giri ini dijadikan tempat berbelanja atau pasar bagi masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya.
Kebanyakan peziarah yang datang ke makam Sunan Giri ini suka membeli souvenir yang khas dari kota gresik. Tetapi banyak juga yang membeli makanan khas dari gresik seperti pudak dan kupat puli. Saat musim-musim tertentu seperti musim liburan pembuat makanan khas dari gresik seperti kupat puli dan pudak ini meningkat karena peziarah banyak yang membeli makanan khas dari gresik ini. Biasanya pada musim-musim seperti ini para pembuat makanan khas dari gresik ini menambah pekerja untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Para pedagang sekitar makam Sunan Giri ini juga saat musim tertentu menjual makanan khas ini lebih banyak dari hari-hari biasa.
Begitupun dengan pedagang yang berjualan souvenir dari Gresik, saat musim-musim tertentu pedagang ini juga menjual souvenir lebih banyak dari hari-hari biasanya. Para pedagang ini menjual barang dagangannya dengan harga yang lebih mahal dai hari-hari biasa dan sulit sekali harga tersebut ditawar oleh pembeli. Hal demikian dilakukan oleh para pedagang karena untuk mencari keuntungan yang lebih, karena pada hari-hari biasa keuntungan mereka sedikit bahkan menurun dari hari-hari tertentu. Pada hari-hari biasa ini pedagang banyak yang mengeluh karena omzet pendapatan mereka menurun dan mereka harus membayar pajak dengan harga tertentu. Sehingga pada saat musim tertentu saat ramai pengunjung para pedagang ini mecari kesempatan kepada pengunjung untuk menjual barang dagangannya.

Para pedagang ini berjualan di sebelah utara Masjid Agung Ainul Yakin Sunan Giri dengan menjual berbagai jenis dagangan, seperti makanan khas dari Gresik, baju-baju, souvenir khas dari gresik, dll. Para pedagang ini kebanyakan warga yang tinggal di sekitar wisata makam Sunan Giri, tetapi ada juga yang datang dari daerah lain. Sejak adanya wisata makam Sunan Giri ini warga sekitar beralih pekerjaan, yang dulunya petani kini banyak yang bekerja sebagai pedagang. Mereka lebih banyak menyukai berdagang karena mereka tidak mau berepot-repot dalam menyelesaikan pekerjaannya, mereka tidak mau berpanas-panasan dalam bekerja. Apalagi berdagang di tempat wisata banyak meraih keuntungan.
Dengan adanya wisata makam Sunan Giri ini masyarakat yang dahulunya menganggur di rumah bias melakukan aktivitas baru sehari-hari yaitu berdagang. Mereka bias berkreatif untuk berdagang apa yang cocok di perdagangkan di dalam tempat wisata. Kebanyakan para pedagang ini berjualan dengan barang yang sama dengan pedagang lain. Sehingga daya saing dengan pedagang lain ini semakin kuat. Dalam berdagang mereka harus bersaing dengan pedagang lain untuk mendapatkan keuntungan. Mereka harus bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan. Kadang-kadang untuk mendapatkan keuntungan mereka harus mempromosikan barang dagangannya dengan memberi diskon atau dengan merayu-rayu pengunjung yang sedang berjalan.
Selain itu, kadang-kadang mereka juga harus berjualan di sekeliling tempat wisata yang di lalui oleh pengunjung. Tetapi dengan cara seperti ini dagangan mereka juga banyak yang tidak laku. Saat pembeli akan membeli sesuatu para pedagang ini berusaha untuk merayu pembeli agar mau membeli barang yang akan mereka beli. Saat pembeli akan membeli barang yang mereka pilih pedagang biasanya menawarkan harga yang tinggi sehingga pembeli harus bisa menawar harganya menjadi setengah harga dari harga yang telah ditawarkan. Pedagang berusaha untuk membujuk pembelinya agar jadi membeli barangya dan tidak pindah ke pedagang lain.
Begitu juga dengan tukang parkir, untuk mencari uang mereka biasanya membujuk peziarah untuk memarkir kendaraannya ke tempat parkir yang mereka pegang atau mereka jaga. Jika ada kendaraan yang lewat atau pengunjung yang hendak memarkir kendaraannya mereka saling berebut. Apalagi saat hari-hari tertentu mereka biasanya membikin area parkir yang lebih luas agar para pengunjung bisa memarkir kendaraannya dengan nyaman. Saat seperti ini juga banyak masyarakat sekitar yang menjadi tukang parkir dadakan. Biasanya mereka menjadi tukang parkir pada musim-musim tertentu saja, tetapi pada hari-hari biasa mereka mencari pekerjaan lain yang bisa mendapatkan upah lebih banyak dari upah penjaga parkir.
Selain menjadi tukang parkir dan berdagang di sekitar makam Sunan Giri masyarakat sekitar Sunan Giri juga ada yang bekerja sebagai jasa penyewa dokar. Biasanya dokar ini disewa digunakan pengunjung untuk berkeliling di makam Sunan Giri agar mereka tidak kelelahan. Tetapi, ada juga yang menyewa dokar dari terminal dan menuju makam Sunan Giri. Untuk menaiki kendaraan dokar ini pengunjung harus mambayar dokar ± Rp 10.000,- tergantung juga berapa kita menawar dan seberapa banyak penumpangnya. Harga naik dokar ini beragam, jika kita naik dokar untuk menuju makam Sunan Giri maka biayanya akan semakin mahal, tetapi apabila kiata naiknya untuk turun atau kembali pulang maka biaya yang kita keluarkan lebih murah dari pada kita naik ke makam Sunan Giri.
Untuk peziarah yang ingin menuju makam Sunan Giri menggunakan ojek maka pengunjung bisa mengeluarkan biasaya sekitar Rp 2000,-untuk sekali jalan. Sehabis naik ojek atau dokar, kita harus naik anak tangga lagi untuk menuju makam. Di sepanjang anak tangga banyak terdapat pedagang makanan dan cinderamata serta yang tak ketinggalan adalah para pengemis yang menyemut. Tetapi kebanyakan pengunjung yang datang ke makam Sunan Giri ini memilih untuk berjalan menuju tempat makam Sunan Giri dari pada menaiki kendaraan seperti dokar atau yang lainnya. Karena selain untuk menyehatkan badan juga untuk menghemat biaya yang pengunjung keluarkan.
Biasanya para pedagang menjual barangnya tidak hanya diam di tempat saja tetapi menjualnya ke tempat-tempat lain, biasanya yang banyak dijual adalah makanan khas gresik yaitu pudak dan kupat puli, dan juga aksesoris seperti gantungan kunci, gantungan hp, dll.Salah satu yang dirasakan pedagang sekitar makam Sunan Giri adalah banyaknya para pengunjung yang berdatangan dan itu menghasilkan keuntungan bagi para pedagang tetapi dibalik itu semua ada dampak negatifnya. Biasanya kalau para pengunjung sepi akan menimbulkan kerugian. Contohnya  barang-barang seperti pakaian, yang tidak laku di pasaran.
Karena penduduk sekitar makam Sunan Giri ini tinggal di salah satu objek wisata yang banyak  diminati oleh pengunjung oleh karena peluang untuk mencari pekerjaan sangatlah banyak, mulai dari berdagang asongan, pakaian, aksesoris makanan dan lain-lain. Keuntungan yang didapatkan sangatlah menguntungkan bagi para pedagang yang berdagang. Dengan berdagang keuntungan yang mereka dapatkan bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya. Meskipun hari-hari biasa tempat makam Sunan Giri ini sepi pengunjung, pedagang biasanya bisa mendapatkan keuntungan sekitar seratus ribu, apalagi jika waktunya pengunjung ramai pedagang biasanya bisa mendapatkan keuntungan yang lebih.
Peluang untuk berdagang di tempat wisata seperti ini memanglah sangat besar dan mudah, hanya tergantung pada individu-individu masing-masing saja, apakah mereka mau berusaha dan menangkap peluang yang ada ataukah hanya diam saja dan sebagai pengunjung. Dengan berdagang di tempat seperti masyarakat sekitar makam Sunan Giri bisa menghidupi keluarganya dengan hasil jerih payah berdagangnya. Apalagi jika hari libur atau pada saat bulan ramadhan tempat wisata makam Sunan Giri ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Para peziarah biasanya ibu-ibu yang mengajak anaknya untuk berziarah dan mengenang jasa orang yang telah menyebarkan agama islam di pulau jawa.
Memang pada saat liburan atau bulan ramadhan ini semua masyarakat yang mencari nafkah di sekitar makam Sunan Giri kebanjiran pekerjaan atau mendapatkan keuntungan yang lebih. Maka pada musim-musim seperti ini banyak masyarakat sekitar makam Sunan Giri yang membuka usaha untuk mencari keuntngan. Selain para pedagang berdagang di area makam Sunan Giri ada juga yang berdagang di sepanjang jalan atau di depan rumah mereka. Karena biasanya saat musim-musim seperti ini area parkir tempat wisata makam Sunan Giri ini penuh dan tidak muat. Sehingga kebanyakan peziarah banyak yang memilih parkir di luar tempat wisata makam Sunan Giri dan berjalan bersama-sama dengan rombongan lain menuju makam Sunan Giri.
Sepanjang perjalanan biasanya ada juga pedagang yang berjualan di pinggir-pinggir jalan. Mereka juga saling berebut dan menawarkan barang dagangannya kepada pengunjung yang mau lewat. Meraka biasanya juga berdagang di  depan-depan rumah atau seperti lapangan. Dengan adanya pembangunan tempat wisata seperti makam Sunan Giri ini masyarakat sekitar bisa membuka usaha dengan cara berdagang atau yang lainnya. Banyak yang dahulunya menganggur mau bekerja dengan cara berdagang, sehingga mereka dalam mencari pekerjaan tidak usah bersusah payah ke luar kotaatau di tempat yang jauh dari rumah, tetapi cukup dengan berdagang di sekitar makam Sunan Giri saja. Mereka juga bisa mendaptkan keuntungan yang banyak dari hasil berdagangnya tersebut.
3.2       Keadaan perekonomian masyarakat sekitar setelah adanya makam Sunan Giri
Sejak ada pembangunan makam Sunan Giri kehidupan perekonomian masyarakat sekitar mulai berubah. Pembangunan tempat wisata makam Sunan Giri ini banyak membawa manfaat bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan wisata makam Sunan Giri. Salah satunya adalah dengan membuka usaha seperti dagang di wisata ini masyarakat bisa membiayai kebutuhan sehari-harinya. Selain itu ada juga yang menjadi tukang parkir, tukang ojek dan penarik dokar yang juga bisa membiayai kebutuhan sehari-harinya.
Sejak ada wisata makam Sunan Giri ini masyarakat yang dahulunya pengangguran bisa membuka usaha berdagang atau yang lainnya. Dalam berdagang setiap hari mereka bisa mendapatkan keuntungan sekitar seratus ribu, apalagi jika waktu musim-musim tertentu seperti musim liburan, awal puasa ramadhan atau malam selawean para pedagang ini bisa mendapatkan keuntungan yang lebih dari ini. Saat musim seperti ini pedagang biasanya banyak yang menjual barangnya dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan hari-hari yang biasa. Karena mereka ingin mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan juga agar bisa menutup kerugian pada hari-hari biasa.
Hari-hari seperti ini pengunjung makam Sunan Giri sepi, sehingga para pedagang yang ada di sana ozsetnya menurun. Jika pengunjung sepi mereka hanya bisa duduk-duduk ngerumpi dengan pedagang lain sambil melihat-lihat barang dagangannya. Para pedagang di sini biasanya menggantungkan keuntungannya kepada pengunjung atau peziarah. Jika peziarah sepi maka keuntungan mereka menurun, dan jika peziarah ramai maka keuntungan mereka bertambah banyak atau meningkat. Jika pengunjung sepi maka para pedagang ini banyak yang mengeluh karena barang yang mereka jual tidak bisa langsung habiz.
Tetapi jika pengunjung makam Sunan Giri ini ramai maka pedagang sangat senang karena mereka bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari hari-hari biasa. Mereka bisa menjual barangnya dengan harga yang mahal dan barang tersebut akan cepat habis. Pada saat seperti ini pedagang dalam menjual barangnya biasanya dengan merayu-rayu setiap pengunjung yang berjalan atau setiap pengunjung yang melihat-lihat dan akan membeli barang dagangannya. Dalam kesempatan seperti ini pedagang biasanya berusaha untuk merayu pengunjung agar mau membeli barang dagangannya.
Dampak lain juga dirasakan oleh tukang ojek yang ada di sekitar tempat wisata ini. Pada hari-hari yang ramai pengunjung tukang ojek ini ramai di sewa oleh para pengunjung untuk menuju makam Sunan Giri ini. Biasanya para pengunjung ini lebih memilih naik tukang ojek untuk sampai ke makam Sunan Giri, karena jika musim-musim ramai seperti ini tempat parkir yang ada di area makam Sunan Giri penuh, jadi mereka lebih memilih untuk memarkir kendaraannya di tempat lain dan berjalan atau menaiki ojek untuk sampai ke tempat tersebut agar mereka tidak capek.
Warga sekitar Sunan Giri ini memilih banyak yang menjadi tukang ojek karena pada saat musim-musim tertentu banyak pengunjung yang memilih naik ojek dari pada berjalan kaki dan perjalanan menuju makam ke Sunan Giri ini sangat jauh dan jalannya naik-turun. Pengendara dokar inipun biasanya pada saat musim-musim tertentu banyak yang bekerja sebagai pengendara dokar, karena pada saat seperti ini keuntungan yang mereka dapatkan lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari biasa yang sepi pengunjung. Pada musim-musim seperti ini banyak masyarakat yang tinggal di sekitar makam Sunan Giri menjadi pekerja dadakan.
Warga sekitar Sunan Giri ini memilih banyak yang menjadi tukang ojek karena pada saat musim-musim tertentu banyak pengunjung yang memilih naik ojek dari pada berjalan kaki dan perjalanan menuju makam ke Sunan Giri ini sangat jauh dan jalannya naik-turun. Pengendara dokar inipun biasanya pada saat musim-musim tertentu banyak yang bekerja sebagai pengendara dokar, karena pada saat seperti ini keuntungan yang mereka dapatkan lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari biasa yang sepi pengunjung. Pada musim-musim seperti ini banyak masyarakat yang tinggal di sekitar makam Sunan Giri menjadi pekerja dadakan. Sehingga sejak adanya pembangunan wisata makam Sunan Giri ini perekonomian masyarakat sekitar Sunan Giri ini bisa terangkat. Mereka bisa hidup sejahtera.
3.3    Peninggalan Sunan Giri
Peninggalan Kanjeng Sunan Giri diantaranya; menurut keterangan Juru Kunci Mbah H. Abdul Jalil 73 tahun, yang sejak 1961 mulai bertugas menjaga dan melestarikan peninggalan hasil dari peradaban dan kebudayaan manusia jaman dahulu yang sangat tingi nilainya yakni:
  • Masjid Jami’ Ainul Yaqin lokasi di Sidomukti
  • Pulo Pancikan (petilasan pijakan) Kanjeng Sunan Giri lokasi Kecamatan Gresik
  • Petilasan tempat Kanjeng Sunan Giri memberikan brifing kepada aparat pemerintah lokasi Kelurahan Sidomukti
  • Kolam Wudlu keluarga Kanjeng Sunan Giri lokasi Kelurahan Sidomukti
  • Petilasan Kolam Wudlu Masjid Giri Kedaton lokasi Kelurahan Sidomukti
  • Petilasan Paseban (Majelis Sidang) Pemerintahan Kanjeng Sunan Giri lokasi Kelurahan Sidomukti
  • Telogo Pegat lokasi Kelurahan Sidomukti
  • Batu Giwang Petilasan tempat Sholat Kanjeng Sunan Giri
  • Trap Undak-undakan menuju pondok pesantren lokasi Kelurahan Sidomukti
  • Telogo Pati lokasi di desa Klangonan
  • Petilasan Pertapaan Kanjeng Sunan Giri (Gunung Batang) lokasi Kelurahan Gulomantung
  • Telogo Sumber lokasi di desa Kembangan
  • Makam Kanjeng Sunan Giri beserta sanak keluarga dan pengikutnya.
  • Keris Kalamunyeng/ Suro Angun-angun
  • Sajadah (alas sholat)
  • Tangga Bambu di Masjid Gumeno Manyar
  • Beduk di Masjid Jami’ Gresik
  • Sumur Gemoling (1404 saka/ 1482 M)
  • Cungkup Makam Sunan Giri dibangun tahun1520 saka / 1598 M.
  • Batu Gajah
  • Buah Mengkudu
Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap sebagai peninggalan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.
Hal di atas adalah merupakan aset pemerintah daerah Gresik yang dikembangkan sebagai area wisata yang mempunyai nilai-nilai relegius dan dapat dijadikan tempat melepas kepenatan dari kesibukan sehari-hari sembari mempertebal keimanan. Problematikahnya saat ini di sekitarnya nisan-nisan peninggalan keluarga Kanjeng Sunan Giri telah berdiri warung-warung dan kedai menurut tutur mereka ini merupakan ikhtiar setelah dihimpit krisis ekonomi, bagaimana pembenarannya mari kita renungkan bersama.



BAB III
PENUTUP
4.1      Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh makam sunan Giri terhadap masyarakat sekitar adalah memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Para pengunjung atau peziarah yang datang ketempat wisata makam Sunan Giri ini semakin tahun saat musim liburan dan hari-hari tertentu meningkat, sehingga dengan meningkatnya peziarah yang datang ke makam Sunan Giri ini bias meningkatkan perkonomian pedagang setempat dan bisa mendapatkan keuntungan yang besar. Selain itu, dengan adanya pembangunan tempat wisata makam Sunan Giri ini masyarakat sekitar bias sejahtera karena mereka bias membuka usaha dengan berdagang di tempat wisata tersebut.
Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap sebagai peninggalan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.
4.2      Saran
Saya sebagai penulis menyarankan agar pemerintah dan warga sekitar lebih mengelola makam Sunan Giri ini menjadi lebih baik lagi, agar pengunjung yang datang bias merasa aman dan senang berkunjung ke wisata religi makam Sunan Giri ini. Selain itu, tempat wisata ini juga harus dikembangkan lagi karena meningkatnya para pengunjung akan menghasilkan keuntungan yang banyak bagi penduduk sekitar makam Sunan Giri.




DAFTAR PUSTAKA
Yayasan Sunan Giri. 2007. Sejarah Sunan Giri dan Pemerintahan Gresik selayang
pandaang. Gresik: Yayasan Suanan Giri


Gunawan,”Kisah Sunan Giri”, http://ceritaislami.net/cerita-kisah-sunan-giri-menikah-dengan-dua-wanita-dalam-satu-hari/ ,pada tanggal 22 April 2016.
Denata, Decoco. 2013.  kisah-kisah walisongo”, http://decocoz.blogspot.com/2013/05/kisah-wali-songo-sunan-giri.html. , Pada tanggal 23 April 2016
Viva/IM, 2012. SEJARAH DAN ASAL USUL SUNAN GIRI, ULAMA PENDIRI KERAJAAN ISLAM GIRI KEDATON, http://www.indonesiamedia.com/2012/05/13/sejarah-dan-asal-usul-sunan-giri-ulama-pendiri-kerajaan-islam-giri-kedaton/, ,pada tanggal 24 April 2016.





Lampiran











Wawancara dengan Juru Kunci Makam Sunan Giri yang bernama H. Mas Hamim Hasyim














Foto bersama Juru Kunci Makam Sunan Giri









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...