Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan Barat
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPS di SD
Dosen Pengampu : Drs. Siradjuddin, M.Pd
Oleh : Nisful Laila (14010644045/B-2014
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Pendidikan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
2016
Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan Barat
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPS di SD
Dosen Pengampu : Drs. Siradjuddin, M.Pd
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Pendidikan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah alrabbi al‘alamin penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis dan seijin-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul “Sejarah Masuknya Agama Islam di Kalimantan Barat” ini.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Drs. Siradjuddin M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan IPS di SD dan teman-teman yang telah memberikan saran dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPS di SD.
Penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan- kekurangan, dan penulis sangat berbesar hati apabila para pembaca memberikan saran dan kritiknya.
Penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan- kekurangan, dan penulis sangat berbesar hati apabila para pembaca memberikan saran dan kritiknya.
Penulis
Surabaya, 15 Mei 2016
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………….. i
Daftar isi …………………………………………………………………….......... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ………………………………………………………………….. 1
1.2 Permasalahan …………………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan ........…………………………………………………………………...… 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Masuknya Agama Islam di Kalimantan Barat ........…………................ 2
2.2 Kerjaan Islam Kadriah Pontianak ...................……………………………… 5
2.3 Kerajaan Islam Jongkong ............................................................................... 6
2.4 Kerajaan Islam Sambas ............................................................................... 7
2.5 Kerajaan Islam Sintang ............................................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………... 10
Daftar Pustaka
Lampiran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Para ulama yang berdakwah di Sumatera dan Jawa melahirkan kader-kader dakwah yang terus menerus mengalir sehingga inilah awal dari masuknya agama Islam di Kalimantan, terutama Kalimantan Barat. Pusat penyebaran agama Islam di Kalimantan Barat adalah di dekat Muara Sambas. Islam masuk ke daerah ini diperkirakan pada abad XVI di bawa oleh orang-orang dari Johor, menyusul kemudian daerah Sambas ditaklukkan oleh kerajaan Johor. Setelah agama Islam datang di Pulau Kalimantan Barat banyak perubahan-perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas lagi karena agama Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat memiliki derajat yang sama. Agama Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan agama.Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan dan memgusir para penjajah.
- Rumusan Masalah
- Bagaimana sejarah masuknya agama Islam di Kalimantan Barat?
- Bagaimana kerajaan Islam Kadriah Pontianak?
- Bagaimana kerajaan Islam Jongkong?
- Bagaimana kerajaan Islam Sambas?
- Bagaimana kerajaan Islam Sintang?
- Tujuan
- Untuk mengetahui sejarah masuknya agama Islam di Kalimantan Barat
- Untuk mengetahui kerajaan Islam Kadriah Pontianak
- Untuk mengetahui kerajaan Islam Jongkong
- Untuk mengetahui kerajaan Islam Sambas
- Untuk mengetahui kerajaan Islam Sintang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Masuknya Agama Islam di Kalimantan Barat
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Sendam, 1970:35, “Islam Masuk di Kalimantan Barat yaitu sekitar abad ke 15 M, melalui perdagangan dan tidak melalui organisasi misi, tetapi merupakan kegiatan perorangan”. Ada dua proses berlangsungnya penyebaran Islam. Pertama penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam, kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing Asia (Arab,India, Cina dan lain-lain) yang telah memeluk agama Islam dan bertempat tinggal secara permanen di suatu wilayah kemudian melakukan perkawinan campuran dan menjadi anggota masyarakat lainnya. Seperti pada kerajaan Tanjungpura, Sambas, Mempawah, Kubu, Pontianak dan lain sebagainya. Ada beberapa hal yang membuat Islam dapat dengan mudah untuk diterima oleh masyarakat dan menyebar luas sampai kedaerah-daerah pedalaman. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.Melalui perkawinan
Dimana adanya perkawinan campuran yang dilakukan oleh orang muslim dengan orang non-muslim. Adanya perkawinan campuran ini juga dapat dilihat pada kerajaan Pontianak yang rajanya Syarief Abdurrahman Al-Kadri menikah dengan Nya’I Tua putri Dayak kerajaan Matan.
2.Melalui perdagangan
Mayoritas penduduk Kalbar tinggal di daerah pesisir sungai atau pantai. Islam disebar luaskan dan berkembang melalui kegiatan perdagangan mulanya di kawasan pantai seperti Kota Pontianak, Ketapang, atau Sambas, kemudian menyebar kearah perhuluan sungai (Yusriadi,dkk 2005:2).
3.Melalui dakwah
Adapun nama-nama mubaligh dan guru agama yang terlibat dalam menyebarkan agama Islam di Kalbar tersebut pada awal abad ke-20 menurut Mohd Malik (1985:48) diantaranya adalah Haji Mustafa dari Banjar (1917-1918), Syeh Abdurrahman dari Taif, Madinah (1926-1932), Haji Abdul Hamid dari Palembang (1932-1937), Sulaiman dari Nangah Pinoh (1940-?), dan Haji Ahmad asal Jongkong (sekarang). Para guru agama ini mengajarkan membaca Al-Quran, fiqh dan lain-lain, dirumah dan juga di mesjid. Dalam pengajaran membaca Al-Qur’an mereka menggunakan metode Baqdadiyah (Yusriadi,dkk 2005:5).
4.Melalui Kekuasaan (otoriter)
Islamisasi ini terjadi pada masa Sultan Aman di kerajaan Sintang. Pada massa ini beliau melakukan perperangan kepada siapa saja yang tidak mau masuk Islam. Tercatat raja-raja kerajaan Silat, Suhaid, Jongkong, Selimbau dan Bunut diperangi karena tidak mau masuk Islam.Setelah raja-raja tersebut dapat ditaklukan dan menyatakan diri memeluk Islam, mereka diharuskan berjanji untuk tidak ingkar. Bagi yang melanggar akan dihukum mati. Hal ini mungkin agak unik dibandingkan dengan Islamisasi yang terjadi diwilayah lain yang rata-rata disiarkan secara damai (Hermansyah, dkk 2005:10).
5.Melalui Kesenian
Islam disebarkan kepada masyarakat Kalbar juga melalui kesenian tradisional.Ini dapat kita lihat pada masyarakat di Cupang Gading.Sastra tradisional yang ada di Cupang Gading memperlihatkan adanya nilai-nilai keislaman.Dengan mengkolaborasikan antara nilai Islam dengan nilai kesenian ini memberikan kemudahan dalam menyebarkan Islam itu sendiri. Berpadunya nilai lokal dengan Islam dapat dilihat melalui prosa rakyat yang dikenal dengan istilah bekesah dan melalui puisi tradisional, seperti pantun, mantra, dan syair (Dedy Ary Asfar,dkk 2003: 46).Selain itu Islam juga disebarkan melalui kesenian Jepin Lembut yang ada didaerah Sambas. Dengan berbagai macam kesenian inilah yang kemudian dijadikan media dakwah dalam menyebarkan Islam di Kalimantan Barat.
Di Kalimantan Barat daerah yang pertama kali mendapat sentuhan agama Islam adalah Pontianak, Matan dan Mempawah yang diperkirakan antara tahun 1741, 1743 dan 1750. Menurut salah satu versi pembawa islam pertama bernama Syarief Husein, seorang Arab atau dengan nama lain beliau Syarif Abdurrahman al-Kadri, putra dari Svarif Husein. Diceritakan bahwa Syarief Abdurrahman Al-Kadri adalah putra asli Kalimantan Barat.Ayahnya Sayyid Habib Husein al-Kadri, seorang keturunan Arab yang telah menjadi warga Matan.Ibunya bernama Nyai Tua, seorang putri Dayak yang telah menganut agama Islam, putri Kerajaan Matan.Syarif Abdurrahman al-Kadri lahir di Matan tanggal 15 Rabiul Awal 1151 H (1739 M). Jadi ia merupakan keturunan Arab dan Dayak dan Ayahnya Syarief Husein (Ada yang menyebutnya Habib Husein) menjadi Ulama terkenal di Kerajaan Matan hampir selama 20 tahun. Menurut keterangan di atas tampak bahwa islam masuk di Kalimantan Barat dibawa oleh juru dakwah dari Negeri Arab. Ini sejalan dengan teori beberapa sejarawan Belanda diantaranya Crawford (1820), Keyzar (1859), Neiman (1861), de Hollander (1861), dan Verth (1878). Menurut mereka penyiar Islam di Indonesia (Nusantara) berasal dari arab, tepatnya dari Hadramat, Yaman. Teori ini didukung pula oleh sejarawan dan ulama Indonesia modern, seperti Hamka, Ali Hasyim, Muhammad Said dan Syed Muhammad Naquib a( atlas (Malaysia).
Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Kalbar pada abad ke 15 di pelabuhan Ketapang (Sukadana) melalui perdagangan. Penyebaran agama Islam di Kalimantan Barat membujur dari Selatan ke Utara, meliputi daerah Ketapang, Sambas, Mempawah, Landak. Menurut Safarudin Usman bahwa Islam mulai menyebar di Kalimantan Barat diperkirakan sekitar abad XVI Miladiah, penyebaran Islam terjadi ketika kerajaan Sukadana atau lebih dikenal dengan kerajaan Tanjungpura dengan penembahan Barukh pada masa itu di Sukadana agama Islam mulai diterima masyarakat (Ikhsan dalam Usman 1996:3), akan tetapi Barukh tidak menganut agama Islam sampai wafat 1590 M. Selain itu ada pendapat yang mengemukakan pada tahun 1470 Miladiah sudah ada kerajaan yang memeluk agama Islam yaitu Landak dengan rajanya Raden Abdul Kahar (Usman,1996:4) Dimasa pemerintahan Raden Abdul Kahar (Iswaramahaya atau Raja Dipati Karang Tanjung Tua) beliau telah memeluk agama Islam sehingga dapat dikatakan berawal dari kerajaan Landak.
Kesultanan Pontianak terus menguat dan menguasai Mempawah, Sambas, dll, baik dengan jalan perang maupun damai. Setelah Sultan Syarif Abdurrahman AI-Kadri wafat tahun 1808 M, berturut-turut sejumlah sultan keturunannya berkuasa di Kesultanan Pontianak, yaitu :
Sultan Syarif Kasim Al-Kadri (1808-1819)
Sultan Syarif Usman AI-Kadri (1819-18SS)
Sultan Syarif Hamid Al-Kadri (1855-1872)
Sultan Syarif Yusuf Al-Kadri (1872-1895)
Sultan Syarif Muhammad Al-Kadri (185-1944)
Sultan Syarif Thaha Al-Kadri (1944-1945)
Sultan Syarif Hamid Al-Kadri (Sultan Hamid), (1945-1950)
2.2 Kerajaan Kadriah Pontianak
Ibukota : Kota Pontianak
Bahasa : Melayu (resmi), Dayak
Agama : Islam
Bentuk Pemerintahan : MonarkiKesultanan
Sultan :
- 1778-1808 Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie
- 1945-1978 Sultan Hamid II
- 2004-Sekarang Sultan SyarifAbubakarAlkadrie
Sejarah :
- Didirikan 23 Oktober 1771
- Peristiwa Mandor 1944
- Pembubaran Daerah Istimewa Kalimantan Barat 1950
Umat Islam menjadi mayoritas ketika berdirinya kerajaan Pontianak pada tahun 1771 Miladiah.Kesultanan Pontianak dengan rajanya Sultan Syarif Abdurahman Al Qadrie adalah putra Syarif Husin Al Qadrie yang menjadi salah seorang penyebar agama Islam di Kalimantan Barat. Kawasan sekitar pusat pemerintahan kesultanan Pontianak yang terletak dipinggiran Sugai Kapuas, Kampung Kapur, Kampung Bansir, kampung Banjar Serasan dan Kampung Saigon sangat kental pengaruh agama Islam. Daerah Kampung Kapur terdapat seorang guru ngaji yang bernama Djafar pada jaman tersebut beliau salah seorang yang termasyhur, sultan Pontianak Syarif Abdurrahman Al-Qadrie mengundang Djafar khusus menjadi guru ngaji dilingkungan Keraton Kadriyah Pontianak (Usman dkk:1997).
2.3 Kerajaan Jongkong (Embau)
Raja Jongkong yang pertama adalah Abang Jembu yang menikah dengan Putri Galuh, dari perkawinan Abang Jembu alias AbangTedung Bergelar Kiyai Pati Uda melahirkan seorang anak yang bernama Abang Usman bergelar Pangeran Kusuma dan Abang Abdurllah yang bergelar Raden Nata Serta Abang Alam yang bergelar Pangeran Mangku Negeri. Berdasarkan sumber sejarah (ethoven : 1903)” bujak adalah adalah keturunan semagat dari Suku Dayak Embaloh Palin disungai Ulak Limau Temau yang setelah menjadi mualaf kemudian menetep di MuaraUlak Landau Tahun 1860. Bujak menikah dengan cucu kiyai patiuda dan setelah menjadi muslim, bujak berganti nama Gusti Abdul Arab Alias H. Abdul Samad Putra 2 orang yaitu gusti Sulaiman Landung dan Putrid Rondu. Abdul arab pernah memimpin ini takkalamenjadi kevakuman kepemimpinan setelah wafatnya abang abdurlah alias raden nata( 1850-1864 ).
(Keraton Jongkong)
Pada awalnya pendidikan dikerajaan ini didapatkan dari adanya pendakwah-pendakwah yang datang dari luar. Namun, kemudian untuk perkembangan Islam selanjutnya H. Ahmad dan teman-temannya membuka madrasah yang diberi nama Hidayatul Mustaqim pada tanggal 9 November 1946, selain itu ada juga pengajian keliling.(Hermansyah,dkk 2003:13) Sebelum H. Ahmad masyarakat pendapatkan pengajaran dari mubaligh dan guru-guru agama yang mengajarkan Al-Qur,an, fiqh, di rumah dan di mesjid (Yusriadi,dkk 2003:5). Para pengajar agama juga berupaya menyepadukan ajaran Islam dengan kepercayaan lama yang berkembang di masyarakat (Hermansyah:2003)
2.4 Kerajaan Sambas
Pendidikan Islam di kerajaan Sambas dapat dilihat dari dua tahap sebagai berikut:
Tahap pertama, yaitu pendidikan dilingkungan keluarga.Pendidikan dilingkungan keluarga diberikan dalam bentuk pelajaran membaca Al-Qur’an.Pendidikan seperti ini diberikan kepada anak dari sejak dini bagi anak-anak berumur 5-10 tahun. Kegiatan yang biasa disebut “mengaji” ini dilakukan secara berkelompok dirumah guru ngaji. Mula-mula anak di ajari membaca huruf Hijaiyyah dengan cara mengeja satu demi satu huruf kemudian merangkainya dengan kata sehingga terbentuk satu kesatuan kalimat. Apabila huruf-huruf ini telah dikenal barulah pindah membaca Jus Amma, yaitu jus ke-30 yang dibukukan tersendiri dan disebut juga Al-Qur’an kecil.Bagi anak yang sudah lancar membaca dan telah tamat Juz Amma, guru ngaji biasanya menyelenggarakan upacara penamatan yang disebut Khataman Al-Qur’an. Pada saat acara Khataman Al-Qur,an orang tua murid ngaji masing-masing mengantarkan hadiah berupa beras, kelapa, dan kain kepada guru ngaji. Besar kecilnya pemberian dan upacara tergantung pada kemampuan orang tua murid (Erwin,dkk 2005:18).
Jika anak telah tamat Al-Qur’an Kecil, selanjutnya anak pindah untuk membaca Al-Qur’an Besar.Prosesi pengajaran Al-Qur’an besar, pertama-tama guru membimbing sekali atau dua kali, lalu anak mengulangnya beberapa kali sampai lancar.Pengetahuan membaca seperti ini ditingkatkan dengan memberikan pengetahuan seni membaca.Akhirnya, anak mampu membaca sendiri tanpa pembimbing.Disamping membaca anak-anak juga diberikan ilmu tajwid.Waktu yang diperlukan untuk menamatkan seluruh bacaan tidak ditentukan tergantung kemampuan membaca setiap anak.Namun, rata-rata mereka dapat menamatkan bacaan Al-Qur’an antara 6-12 bulan (Erwin, dkk 2005:19).
Tahap kedua, pada tahap ini adanya pengakuan anggota masyarakat atau lingkungan masyarakat terhadap kealiman dan keshalehan seorang ustad atau syekh, sehingga anggota masyarakat mengirimkan anaknya untuk memperdalam ilmu.Pada tahap ini anak-anak yang telah meningkat remaja diajari dasar-dasar ilmu nahwu dan saraf.Selain itu juga di ajarkan semacam ilmu usul yang berisi materi rukun iman dan rukun Islam. Kitab rujukan utamanya adalah kitab Perukunan Melayu karya Arsyad al-Banjari. Selain itu, terdapat juga pelajaran fikih yang termuat dalam kitab “1001 Masalah” yang amat praktis susunannya. Umumnya kitab-kitab rujukan ini menggunakan bahasa Arab Jawi (berbahasa Melayu beraksara Arab) dan sering kali tidak mencantumkan nama pengarangnya (anonymous). Selain ilmu fikih,terdapat kecenderungan berkembangnya ilmu tasawuf (Erwin, dkk 2005:19).
Namun, ketika penguasa ke-8 kesultanan Sambas, Muruhum Anom yang bergelar Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin (berkuasa 1813-1826), mulai membangun institusi keagamaan Islam di Istana dengan melantik H. Nuruddin Mustafa sebagai imam kesultanan. Tugas imam adalah setiap hari datang ke istana untuk memberikan pengajaran agama terutama pengajian al-Qur’an dan sembahyang kepada kerabat Sultan (Machrus Effendy 1995:20).Dengan demikian, perkembangan berikutnya istana dijadikan lembaga pendidikan dikalangan elit penguasa, selain masjid.Lembaga pendidikan istana (palace school) inilah yang kemudian berkembang menjadi madrasah al-Sutaniyah.Kemudian Muhammad Tsaifudin II mendirikan madrasah al-Sultaniyah pada tahun 1868. Pada awalnya kurikulum madrasah ini masih terbatas pada pelajaran Agama Islam. Peserta didiknya pun hanya dari kalangan kesultanan, aktivitas pembelajaran masih didalam istana.Namun setelah adanya pembauran dan adanya keinginan untuk membuat madrasah ini semakin baik, mulailah dikelola namun setelah adanya pembauran dan adanya keinginan untuk membuat madrasah ini semakin baik, mulailah dikelola dengan memasukan kurikulum pendidikan barat disamping pendidikan Islam, agar dapat menyaingi sekolah-sekolah milik kolonial Belanda.Lalu kemudian sekolah ini diganti namanya menjadi Tarbiatoel Islam (Erwin, dkk 2005:21).
(Keraton Sambas)
4. Kerajaan Sintang
Pada saat itu kerajaan Sintang di pimpin oleh Sultan Abdurrahman Muhammad Jalaluddin biasa disebut Sultan Aman, beliau memerintah tahun 1150 sampai 1200 H. Raja ini sangat fanatik terhadap Islam. Pada masa Sultan Aman ini Kerajaan Sintang didatangi dua orang ulama dari Aceh bernama Penghulu Abbas dan Raja Dangki dari Negeri Pagaruyung.Penghulu Abbas kemudian diangkat menjadi Penghulu Muda kerajaan dan Raja Dangki diangkat menjadi panglima perang karena keahliannya dibidang pencak silat dan ilmu nujum.Karena semangatnya mendakwah Islam, Sultan Aman mengirim utusan untuk menyebarkan Islam di hulu Sungai Kapuas. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Sultan Aman juga memerangi orang-orang yang tidak mau masuk agama Islam (Hermansyah,dkk 2005:10).
(Masjid Jamiah Sintang)
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Ada beberapa hal yang membuat Islam dapat dengan mudah untuk diterima oleh masyarakat Kalimantan Barat dan menyebar luas sampai kedaerah-daerah pedalaman. Adapun faktor-faktor tersebut yaitu melalui perkawinan, melalui perdagangan, melalui dakwah, melalui kekuasaan, dan melalui kesenian.
Kesultanan Pontianak terus menguat dan menguasai Mempawah, Sambas, dll, baik dengan jalan perang maupun damai. Setelah Sultan Syarif Abdurrahman AI-Kadri wafat tahun 1808 M, berturut-turut sejumlah sultan keturunannya berkuasa di Kesultanan Pontianak, yaitu :
- Sultan Syarif Kasim Al-Kadri (1808-1819),
- Sultan Syarif Usman AI-Kadri (1819-18SS),
- Sultan Syarif Hamid Al-Kadri (1855-1872),
- Sultan Syarif Yusuf Al-Kadri (1872-1895),
- Sultan Syarif Muhammad Al-Kadri (185-1944),
- Sultan Syarif Thaha Al-Kadri (1944-1945), dan
- Sultan Syarif Hamid Al-Kadri (Sultan Hamid), (1945-1950).
DAFTAR PUSTAKA
___. 2013. Sejarah Masuknya Islam di Kalimantan Barat, (online), http://kota-islam.blogspot.co.id/2013/11/sejarah-islam-di-kalimantan-barat.html, (Diakses 10 Mei 2016)
___. 2014. Perkembangan Islam di Kalimantan, (online), http://cheng88community.blogspot.co.id/2014/11/makalah-perkembangan-islam-di-kalimantan.html, (Diakses 10 Mei 2016)
___. 2014. Sejarah Kerajaan Jongkong, (online), http://fereymailani.blogspot.co.id/2014/01/sejarah-kerajaan-jongkong.html, (Diakses 10 Mei 2016)
Berdasarkan sejarah, saya kurang setuju dengan kalimat "Kesultanan Pontianak terus menguat dan menguasai Mempawah, Sambas, dll, baik dengan jalan perang maupun damai". Kenapa? Karena Kesultanan Sambas sudah berdiri jauh sebelum berdirinya kesultanan pontianak. Mungkin bisa diperbaiki lagi, thanks.
BalasHapus