Sejarah
Wingko Babat
Wingko atau sering disebut juga Wingko Babat
adalah makanan tradisional khas Indonesia. Awal munculnya wingko
babat adalah adanya seorang
wanita Tionghoa kelahiran Tuban Jawa Timur bernama Loe Lan Hwa bersama suaminya
The Ek Tjong alias D.Mulyono beserta kedua anaknya mengungsi dari Kota Babat ke
Semarang sekitar tahun 1946 karena suasana panas Perang Dunia II membuat kota
Babat terimbas huru-hara.
Pada saat mereka datang ke Semarang belum ada
orang yang menjual kue wingko. Maka pada tahun 1946 mulailah Loe Lan Hwa dengan
dibantu suami, The Ek Tjong, membuat dan menjual kue wingko di kota Semarang.
Kue wingko tersebut dijajakan dari rumah ke rumah, di samping dititip-jual di
sebuah kios sederhana yang menjual makanan di stasiun kereta api Tawang
Semarang. Setiap kereta berhenti, petugas kios menjajakan kue wingko beserta
makanan lainnya kepada penumpang di dalam kereta api.
Kue wingko buatan Loe Lan Hwa itu ternyata
banyak disenangi warga Kota Semarang. Banyak di antara warga Kota Semarang yang
menanyakan nama kue tersebut kepada Loe Lan Hwa. Maka, untuk memenuhi
keingintahuan pembelinya dan sekaligus sebagai kenang-kenangan terhadap kota
Babat tempat dia dibesarkan, Loe Lan Hwa menyebut kue buatannya itu sebagai
wingko babat. Kue wingko babat buatan Loe Lan Hwa itu pun semakin terkenal dan
dicari banyak orang sebagai oleh-oleh dari Semarang . Dari sinilah kemudian
orang mengenal kue wingko babat sebagai makanan khas Kota Semarang, walaupun
sebenarnya berasal dari Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Adanya klaim dari dua daerah (Semarang dan
Lamongan) terhadap wingko babat sebagai makanan khas daerahnya selama ini
kurang diperhatikan atau bahkan dilupakan oleh masyarakat. Meskipun terlihat
agak membingungkan, kita masih bisa mengetahui tentang kebenaran klaim tersebut
dengan menelusurinya dari catatan sejarah yang ada. Sejarah telah mencatat
bahwa wingko babat sebenarnya berasal dari Babat. Ini adalah daerah kecil di
Lamongan, Jawa Timur. Babat adalah titik persimpangan Bojonegoro, Jombang, Tuban,
dan Surabaya, kemudian berkembang di Semarang karena dibawa olah warga Babat yang
pindah ke Semarang.
Kebanyakan warga Kota Semarang dan Kabupaten
Lamongan mungkin belum mempelajari tentang sejarah wingko babat sehingga adanya
dua klaim atas wingko babat tidak begitu menimbulkan gejolak. Sampai hari ini,
hubungan antara dua daerah tersebut juga baik-baik saja. Hal ini tentu berbeda
dengan yang terjadi pada kasus klaim Malaysia atas beberapa produk kebudayaan
Indonesia yang sempat memunculkan gejolak di tengah masyarakat.
Mengetahui sejarah awal kekhasan yang dimiliki
oleh setiap daerah sangatlah penting. Ini bermanfaat bagi kita untuk menilai
kebenaran suatu klaim yang dikeluarkan oleh suatu daerah terhadap kekhasan
tertentu yang juga dimiliki daerah lain. Dengan mempelajari sejarah, kita juga
akan dapat dengan mudah menjawab ataupun menanggapi terjadinya perebutan status
atau klaim atas kepemilikan suatu produk kebudayaan antara daerah yang satu
dengan yang lain.
Pembeda Wingko Babat dengan Wingko yang
Lain
Pada dasarnya, wingko Babat Lamongan
hampir sama rasanya dengan wingko Semarang, perbedaan yang pertama adalah dari
segi bahan yang digunakan, jika wingko Semarang menggunakan santan untuk
nguleni adonan tepung ketan dengan kelapa parut, sedangkan pada wingko babat
Lamongan adonan tepung ketan dengan kelapa parut hanya diuleni dengan bantuan
air hangat biasa. Selain itu wingko Semarang menggunakan kelapa yang cukup tua
untuk adonan wingko, sedangkan wingko Babat Lamongan menggunakan kelapa muda.
Perbedaan kedua, wingko babat Lamongan
biasanya juga memproduksi wingko yang ber-diameter besar. Tergantung pada
permintaan konsumen, karena pada pabrik Bapak Wahyu yang kami datangi di desa
Sawo kecamatan Babat Kabupaten Lamongan ini juga menyediakan beragam cetakan
dari yang berdiameter besar hingga kecil. Sedangkan wingko babat Semarang, hanya
dibuat dalam ukuran yang kecil. Digigit dua kali langsung nyesss habis.
Perbedaan yang ketiga, dari segi rasa atau
aroma, saat ini wingko Babat lebih dimodifikasi rasanya, tidak hanya tersedia
wingko babat rasa kelapa, tapi juga tersedia wingko babat rasa durian, nangka,
coklat, pandan dan lain-lain. Tergantung dari permintaan konsumen juga, karena
pada pabrik Bapak Wahyu ini juga memberikan kesempatan kepada konsumen untuk
dapat memesan sendiri rasa atau aroma yang diinginkan.
Cara Pembuatan Wingko Babat
Untuk mengetahui cara pembuatan wingko
Babat kami mendatangi salah satu pabrik wingko Babat yang terletak di desa
Sawo, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Pabrik yang kami datangi ini adalah
milik Bapak Wahyu Sudiono. Pabrik ini terletak di samping rumah Bapak Sudiono.
Dalam satu hari pabrik ini dapat memproduksi sekitar 3-4 bak adonan, bahkan
jika pesanan sedang ramai bisa mencapai 10 bak. Pesanan ramai adalah ketika
menjelang hari Raya Idul Fitri atau hari-hari besar lainnya. 1 bak adonan bisa
menghasilkan 80 bungkus wingko siap packing. Setelah wingko siap untuk
dipacking wingko dimasukkan kedalam tas-tas yang sudah disiapkan, 1 tas berisi
15 bungkus wingko. Setelah dimasukkan kedalam tas wingko siap untuk diambil
oleh pengepul untuk dijual di bus, stasiun ataupun tempat penjualan oleh-oleh.
Di bawah ini adalah bahan dan cara pembuatan wingko Babat untuk 1 bak adonan.
v Alat yang digunakan :
1. Mesin penggiling kelapa
2. Oven tradisional
3. Pisau
4. Bak
5. Cetakan wingko
6. Daun pisang (alas wingko waktu di oven)
v Bahan yang dibutuhkan :
1. 30-35 buah Kelapa muda
2. 8kg Gula
pasir
3. 13 kg Tepung
ketan
4. Air hangat secukupnya
5. Aroma makanan (tergantung permintaan
konsumen)
v Cara pembuatan :
1. Pisahkan kelapa muda dari kulitnya,
setelah itu cuci hingga bersih lalu giling menggunakan mesin giling.
2. Campurlah bahan yang telah disiapkan
(kelapa muda, gula pasir, aroma makanan, dan air secukupnya)
3. Setelah adonan tercampur merata cetak
dalam cetakan yang telah disiapkan.
4. Masukkan adonan yang telah dicetak kedalam
oven yang telah dipanaskan terlebih dahulu.
5. Tunggu hingga kurang lebih 10 menit lalu
balik wingko.
6. Setelah wingko telah berwarna kecoklatan
angkat wingko dari oven
7. Wingko siap untuk dikemas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar