Selasa, 17 Mei 2016

Wingko Babat Lamongan



Sejarah Wingko Babat

Wingko atau sering disebut juga Wingko Babat adalah makanan tradisional khas Indonesia. Awal munculnya wingko babat adalah adanya seorang wanita Tionghoa kelahiran Tuban Jawa Timur bernama Loe Lan Hwa bersama suaminya The Ek Tjong alias D.Mulyono beserta kedua anaknya mengungsi dari Kota Babat ke Semarang sekitar tahun 1946 karena suasana panas Perang Dunia II membuat kota Babat terimbas huru-hara.

Pada saat mereka datang ke Semarang belum ada orang yang menjual kue wingko. Maka pada tahun 1946 mulailah Loe Lan Hwa dengan dibantu suami, The Ek Tjong, membuat dan menjual kue wingko di kota Semarang. Kue wingko tersebut dijajakan dari rumah ke rumah, di samping dititip-jual di sebuah kios sederhana yang menjual makanan di stasiun kereta api Tawang Semarang. Setiap kereta berhenti, petugas kios menjajakan kue wingko beserta makanan lainnya kepada penumpang di dalam kereta api.

Kue wingko buatan Loe Lan Hwa itu ternyata banyak disenangi warga Kota Semarang. Banyak di antara warga Kota Semarang yang menanyakan nama kue tersebut kepada Loe Lan Hwa. Maka, untuk memenuhi keingintahuan pembelinya dan sekaligus sebagai kenang-kenangan terhadap kota Babat tempat dia dibesarkan, Loe Lan Hwa menyebut kue buatannya itu sebagai wingko babat. Kue wingko babat buatan Loe Lan Hwa itu pun semakin terkenal dan dicari banyak orang sebagai oleh-oleh dari Semarang . Dari sinilah kemudian orang mengenal kue wingko babat sebagai makanan khas Kota Semarang, walaupun sebenarnya berasal dari Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Adanya klaim dari dua daerah (Semarang dan Lamongan) terhadap wingko babat sebagai makanan khas daerahnya selama ini kurang diperhatikan atau bahkan dilupakan oleh masyarakat. Meskipun terlihat agak membingungkan, kita masih bisa mengetahui tentang kebenaran klaim tersebut dengan menelusurinya dari catatan sejarah yang ada. Sejarah telah mencatat bahwa wingko babat sebenarnya berasal dari Babat. Ini adalah daerah kecil di Lamongan, Jawa Timur. Babat adalah titik persimpangan Bojonegoro, Jombang, Tuban, dan Surabaya, kemudian berkembang di Semarang karena dibawa olah warga Babat yang pindah ke Semarang.

Kebanyakan warga Kota Semarang dan Kabupaten Lamongan mungkin belum mempelajari tentang sejarah wingko babat sehingga adanya dua klaim atas wingko babat tidak begitu menimbulkan gejolak. Sampai hari ini, hubungan antara dua daerah tersebut juga baik-baik saja. Hal ini tentu berbeda dengan yang terjadi pada kasus klaim Malaysia atas beberapa produk kebudayaan Indonesia yang sempat memunculkan gejolak di tengah masyarakat.

Mengetahui sejarah awal kekhasan yang dimiliki oleh setiap daerah sangatlah penting. Ini bermanfaat bagi kita untuk menilai kebenaran suatu klaim yang dikeluarkan oleh suatu daerah terhadap kekhasan tertentu yang juga dimiliki daerah lain. Dengan mempelajari sejarah, kita juga akan dapat dengan mudah menjawab ataupun menanggapi terjadinya perebutan status atau klaim atas kepemilikan suatu produk kebudayaan antara daerah yang satu dengan yang lain.

Pembeda Wingko Babat dengan Wingko yang Lain

Pada dasarnya, wingko Babat Lamongan hampir sama rasanya dengan wingko Semarang, perbedaan yang pertama adalah dari segi bahan yang digunakan, jika wingko Semarang menggunakan santan untuk nguleni adonan tepung ketan dengan kelapa parut, sedangkan pada wingko babat Lamongan adonan tepung ketan dengan kelapa parut hanya diuleni dengan bantuan air hangat biasa. Selain itu wingko Semarang menggunakan kelapa yang cukup tua untuk adonan wingko, sedangkan wingko Babat Lamongan menggunakan kelapa muda.

Perbedaan kedua, wingko babat Lamongan biasanya juga memproduksi wingko yang ber-diameter besar. Tergantung pada permintaan konsumen, karena pada pabrik Bapak Wahyu yang kami datangi di desa Sawo kecamatan Babat Kabupaten Lamongan ini juga menyediakan beragam cetakan dari yang berdiameter besar hingga kecil. Sedangkan wingko babat Semarang, hanya dibuat dalam ukuran yang kecil. Digigit dua kali langsung nyesss habis.

Perbedaan yang ketiga, dari segi rasa atau aroma, saat ini wingko Babat lebih dimodifikasi rasanya, tidak hanya tersedia wingko babat rasa kelapa, tapi juga tersedia wingko babat rasa durian, nangka, coklat, pandan dan lain-lain. Tergantung dari permintaan konsumen juga, karena pada pabrik Bapak Wahyu ini juga memberikan kesempatan kepada konsumen untuk dapat memesan sendiri rasa atau aroma yang diinginkan.

Cara Pembuatan Wingko Babat

            Untuk mengetahui cara pembuatan wingko Babat kami mendatangi salah satu pabrik wingko Babat yang terletak di desa Sawo, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Pabrik yang kami datangi ini adalah milik Bapak Wahyu Sudiono. Pabrik ini terletak di samping rumah Bapak Sudiono. Dalam satu hari pabrik ini dapat memproduksi sekitar 3-4 bak adonan, bahkan jika pesanan sedang ramai bisa mencapai 10 bak. Pesanan ramai adalah ketika menjelang hari Raya Idul Fitri atau hari-hari besar lainnya. 1 bak adonan bisa menghasilkan 80 bungkus wingko siap packing. Setelah wingko siap untuk dipacking wingko dimasukkan kedalam tas-tas yang sudah disiapkan, 1 tas berisi 15 bungkus wingko. Setelah dimasukkan kedalam tas wingko siap untuk diambil oleh pengepul untuk dijual di bus, stasiun ataupun tempat penjualan oleh-oleh. Di bawah ini adalah bahan dan cara pembuatan wingko Babat untuk 1 bak adonan.

v  Alat yang digunakan :
1.      Mesin penggiling kelapa
2.      Oven tradisional
3.      Pisau
4.      Bak
5.      Cetakan wingko
6.      Daun pisang (alas wingko waktu di oven)

v  Bahan yang dibutuhkan :
1.      30-35 buah            Kelapa muda
2.      8kg                        Gula pasir
3.      13 kg                     Tepung ketan
4.      Air hangat secukupnya
5.      Aroma makanan (tergantung permintaan konsumen)


v  Cara pembuatan :
1.      Pisahkan kelapa muda dari kulitnya, setelah itu cuci hingga bersih lalu giling menggunakan mesin giling.
2.      Campurlah bahan yang telah disiapkan (kelapa muda, gula pasir, aroma makanan, dan air secukupnya)
3.      Setelah adonan tercampur merata cetak dalam cetakan yang telah disiapkan.
4.      Masukkan adonan yang telah dicetak kedalam oven yang telah dipanaskan terlebih dahulu.
5.      Tunggu hingga kurang lebih 10 menit lalu balik wingko.
6.      Setelah wingko telah berwarna kecoklatan angkat wingko dari oven
7.      Wingko siap untuk dikemas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...