Jumat, 01 Januari 2016

Fanfic Naruto Hinata "Hanami - Chapter 2"



Hanami : The Twenty Hopes of Lavender

Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
Hanami © Raira Rin

Pairing :
Hinata Hyuuga X Sasuke Uchiha
Sakura Haruno X Naruto Uzumaki

Genre : Romance

Rated : T/M

Warning : Semoga chapter 2 ini sama bagusnya dengan chapter 1 sebelumnya. *Ke-pede-an* Sebelumnya lagi, Raira-hime minta maaf kepada seluruh Neji Lovers Indonesia karena di chapter 2 ini Neji-kun dibikin sedikit OOC. *Di jyuuken Neji*

Okay, Have a nice read, mina-san.. ^_^

Chapter 2

Bekal Makan Siang

“Nee, Naruto-baka, ada titipan bekal dari Hinata-chan.” kata Neji sambil meletakkan kotak bekal berwarna orange di meja Naruto lalu membalikkan kursi untuk duduk berhadapan. “Kau dan adik sepupuku tidak sedang selingkuh atau pacaran kan?”

.....

1 pesan diterima

From : Sakura-hime <3

Ohayou.. Naruto-kun.. ^_^

Naruto hanya menghela napas tanpa semangat masa muda Rock Lee dengan kobaran api di mata. Untuk kali pertama, pria berkulit tan itu tidak berminat membalas pesan pagi Sakura. Naruto melempar asal handphonenya. Kembali menarik selimut bernuansa biru langit untuk menutupi seluruh tubuh kekarnya menjadi satu-satunya kesibukkan Naruto di pagi hari ini. Dulu, Naruto selalu mengeluh tiap kali Nyonya Minato berusaha membangunkannya. Bahkan, sesekali Naruto malah menarik Nyonya Minato ke dalam pelukkannya untuk sejenak diajak tidur bersama. Hubungan Ibu dan anak yang sangat dekat.

1 pesan diterima

From : Sakura-hime <3

Naruto-kun, kamu sudah bangun kan? Cepat mandi.

Jangan sampai terlambat. Orochimaru-sensei akan menelanmu hidup-hidup jika kamu terlambat menginjakkan kaki di kelasnya walau hanya satu detik.

Semangat tidak semangat, Naruto pun beranjak meninggalkan segala kenyamanan tempat tidur berukuran king size itu. Sebelum pesan-pesan Sakura memenuhi kotak masuk handphonenya. Memandang keluar jendela tanpa tirai yang menutupi dan mencari alasan yang masuk akal, mengapa dia harus pergi ke kampus hari ini? Hinata.

“Eh kenapa yang muncul malah dia?” batin Naruto. Dia pun memutuskan untuk membereskan otaknya yang memang tidak pernah beres (baca : mandi).

Sementara itu, di kediaman Hyuuga..

Jika readers sekalian memiliki mata byakugan dan melihat dari kejauhan ke dalam kediaman Hyuuga. Tepatnya rumah Hinata dan keluarganya tinggal. Maka readers akan melihat sosok pria berambut coklat panjang bertelanjang dada tengah berjalan menuju dapur sambil mengucek-ucek mata lavendernya yang masih ingin terpejam. Di sana, ada Hinata sedang menyiapkan sarapan dan bekal makan siang.

“Neji nii-kun, pakai bajumu kalau keluar kamar.” Keluh Hinata. Ntah dia sudah memberikan peringatan ke berapa pada kakak sepupunya itu.

“Sudahlah. Lagipula, kamu kan sudah biasa melihatku seperti ini, Hinata-chan.” Keluh Neji ikut-ikutan sambil memeluk Hinata dari belakang dan meletakkan kepalanya di pundak Hinata untuk melanjutkan tidur.

“Ya ampun Neji nii-kun, kalau masih mau tidur di kamar saja.” Hinata mengomel sambil berusaha melepaskan tangan Neji yang melingkar dibawah dadanya. Hinata memang sudah terbiasa melihat kakak sepupunya itu bertelanjang dada semenjak kurang lebih lima belas tahun yang lalu. Termasuk, untuk pelukkannya juga. Ya, daripada mengomeli pria kesayangan Tenten lebih baik Hinata menyelesaikan pekerjaan paginya. Menyiapkan bekal untuk dirinya sendiri, Hanabi, Neji, ditambah satu lagi untuk..

“Naruto-baka?” tanya Neji heran dengan alis kanan yang terangkat.

“Iya, Neji nii-kun kan nanti ada kelas sama Naruto-kun. Jadi, titip bekal ini buat dia ya?” jawab Hinata enteng sambil merapikan bekal yang sudah siap.

“Nee.. Hinata-chan, kamu tidak putus dengan pantat ayam lalu jadian dengan otak ramen itu kan?” tanya Neji penuh selidik.

“Ano.. itu.. tentu saja tidak, Neji nii-kun! Kata Sakura, semenjak Khusina okaa-san meninggal Naruto tidak pernah mau makan pagi lagi. Jadi..”

“Kenapa tidak Sakura-san saja yang membuatkan bekal untuk Naruto-baka itu?”

“Neji nii-kun, sahabat softpink-ku itu belum bisa masak.”

.
.
.

Universitas Negeri Konohagakure..

“Aku duluan ya, Naruto-kun.” Pamit Sakura. “Jaa ne..”

Tanpa memastikan Sakura selamat sampai tujuan alias masuk kelas. Naruto langsung berjalan menuju ke ruangan yang akan mengurangi keoriginalan otak ramennya selama tiga jam ke depan. Seolah mengerti tabiat Naruto, Universitas Negeri Konohagakure meletakkan mata kuliah matematika pada jam-jam awal lengkap dengan dosen paling killer, Orochimaru-sensei.

“Nee, Naruto-baka, ada titipan bekal dari Hinata-chan.” kata Neji sambil meletakkan kotak bekal berwarna orange di meja Naruto lalu membalikkan kursi untuk duduk berhadapan. “Kau dan adik sepupuku tidak sedang selingkuh atau pacaran kan?”

Naruto membuka kotak bekal itu. Tentu saja ingin tahu isinya. Bahkan, tidak sabar ingin tahu rasanya. “Hinata-chan bukan tipe perempuan seperti itu.”

“Tcih! Tentu saja. Sepupuku itu pasti berpikir 20 km/jam jika ingin selingkuh denganmu.”

“Terserah kau saja. Sudah sana. Kembali ke tempat dudukmu.” Omel Naruto pada Neji.

Empat jam kemudian...

Tiga puluh lima mahasiswa yang terpaksa ikut berpartisipasi dalam mata kuliah matematika Orochimaru-sensei membubarkan diri masing-masing, kecuali, Naruto. Bukan. Bukan karena dia ingin lebih lama memandangi wajah Orochimaru-sensei yang tak kalah bikin pusing seperti rumus-rumus matematika di papan tulis. Naruto hanya ingin menikmati bekal makan siang yang sudah Hinata berikan untuknya. Akhir-akhir ini, Naruto merasa kalau Hinata lebih memahami dirinya daripada Sakura. Mulai dari cara Hinata mengerti akan perasaan Naruto dan cara Hinata menghibur Naruto saat kematian kedua orang tuanya. Fakta bahwa mahasiswa penghuni perpustakaan seperti Hinata ternyata cukup menyenangkan untuk diajak bermain bola basket. Hingga menyiapkan bekal makan siang. Mirip Nyonya Minato. Mungkin karena itu, Naruto merasa lebih nyaman bersama Hinata dan tanpa disadari berusaha menghindar dari Sakura, pacarnya.

1 pesan diterima

From : Naruto-kun

Masakanmu rasanya enak, Hinata-chan. Arigatou ne.. ^_^

“Tuan Pantat Ayam, siapa yang mengirim pesan?” tanya Hinata pada Sasuke yang sejak tadi memegang handphone ungu mudanya.

“Dobe.”

“.....” Hinata hanya diam akibat campuran perasaan setengah kaget dan setengah khawatir karena nada bicara Sasuke yang datar.

“Dia bilang masakan Nyonya Lavenderku rasanya enak dan terima kasih.” Lanjut Sasuke.

“Gomen ne, Tuan Pantat Ayam. Lain kali akan aku buatkan bekal untukmu juga.”

“Tidak perlu minta maaf.” Kata Sasuke sambil mengembalikan handphone Hinata.

“Nyonya Lavender, aku senang kamu peduli pada sahabatku. Arigatou ne..” ujar Sasuke sambil tersenyum kecil pada Hinata.



oOo To Be Continued oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...