Hanami : The Twenty Hopes of
Lavender
Disclaimer :
Naruto ©
Masashi Kishimoto
Hanami © Raira
Rin
Pairing :
Hinata Hyuuga X Sasuke Uchiha
Sakura Haruno X Naruto Uzumaki
Genre : Romance
Rated : T/M
Warning : Semoga chapter 2 ini sama bagusnya dengan chapter 1
sebelumnya. *Ke-pede-an* Sebelumnya lagi, Raira-hime minta maaf kepada seluruh
Neji Lovers Indonesia karena di chapter 2 ini Neji-kun dibikin sedikit OOC. *Di
jyuuken Neji*
Okay, Have a nice read, mina-san.. ^_^
Chapter 2
Bekal Makan Siang
“Nee, Naruto-baka, ada titipan bekal dari Hinata-chan.” kata Neji
sambil meletakkan kotak bekal berwarna orange di meja Naruto lalu membalikkan
kursi untuk duduk berhadapan. “Kau dan adik sepupuku tidak sedang selingkuh
atau pacaran kan?”
.....
1 pesan diterima
From : Sakura-hime <3
Ohayou.. Naruto-kun.. ^_^
Naruto hanya menghela napas tanpa semangat masa muda Rock Lee
dengan kobaran api di mata. Untuk kali pertama, pria berkulit tan itu tidak
berminat membalas pesan pagi Sakura. Naruto melempar asal handphonenya. Kembali
menarik selimut bernuansa biru langit untuk menutupi seluruh tubuh kekarnya
menjadi satu-satunya kesibukkan Naruto di pagi hari ini. Dulu, Naruto selalu
mengeluh tiap kali Nyonya Minato berusaha membangunkannya. Bahkan, sesekali
Naruto malah menarik Nyonya Minato ke dalam pelukkannya untuk sejenak diajak
tidur bersama. Hubungan Ibu dan anak yang sangat dekat.
1 pesan diterima
From : Sakura-hime <3
Naruto-kun, kamu sudah bangun kan?
Cepat mandi.
Jangan sampai terlambat.
Orochimaru-sensei akan menelanmu hidup-hidup jika kamu terlambat menginjakkan
kaki di kelasnya walau hanya satu detik.
Semangat tidak semangat, Naruto pun beranjak meninggalkan segala
kenyamanan tempat tidur berukuran king size itu. Sebelum pesan-pesan Sakura memenuhi
kotak masuk handphonenya. Memandang keluar jendela tanpa tirai yang menutupi dan
mencari alasan yang masuk akal, mengapa dia harus pergi ke kampus hari ini?
Hinata.
“Eh kenapa yang muncul malah dia?” batin Naruto. Dia pun memutuskan
untuk membereskan otaknya yang memang tidak pernah beres (baca : mandi).
Sementara itu, di kediaman Hyuuga..
Jika readers sekalian memiliki mata byakugan dan melihat dari
kejauhan ke dalam kediaman Hyuuga. Tepatnya rumah Hinata dan keluarganya
tinggal. Maka readers akan melihat sosok pria berambut coklat panjang
bertelanjang dada tengah berjalan menuju dapur sambil mengucek-ucek mata
lavendernya yang masih ingin terpejam. Di sana, ada Hinata sedang menyiapkan
sarapan dan bekal makan siang.
“Neji nii-kun, pakai bajumu kalau keluar kamar.” Keluh Hinata. Ntah
dia sudah memberikan peringatan ke berapa pada kakak sepupunya itu.
“Sudahlah. Lagipula, kamu kan sudah biasa melihatku seperti ini,
Hinata-chan.” Keluh Neji ikut-ikutan sambil memeluk Hinata dari belakang dan
meletakkan kepalanya di pundak Hinata untuk melanjutkan tidur.
“Ya ampun Neji nii-kun, kalau masih mau tidur di kamar saja.”
Hinata mengomel sambil berusaha melepaskan tangan Neji yang melingkar dibawah
dadanya. Hinata memang sudah terbiasa melihat kakak sepupunya itu bertelanjang
dada semenjak kurang lebih lima belas tahun yang lalu. Termasuk, untuk
pelukkannya juga. Ya, daripada mengomeli pria kesayangan Tenten lebih baik
Hinata menyelesaikan pekerjaan paginya. Menyiapkan bekal untuk dirinya sendiri,
Hanabi, Neji, ditambah satu lagi untuk..
“Naruto-baka?” tanya Neji heran dengan alis kanan yang terangkat.
“Iya, Neji nii-kun kan nanti ada kelas sama Naruto-kun. Jadi, titip
bekal ini buat dia ya?” jawab Hinata enteng sambil merapikan bekal yang sudah
siap.
“Nee.. Hinata-chan, kamu tidak putus dengan pantat ayam lalu jadian
dengan otak ramen itu kan?” tanya Neji penuh selidik.
“Ano.. itu.. tentu saja tidak, Neji nii-kun! Kata Sakura, semenjak
Khusina okaa-san meninggal Naruto tidak pernah mau makan pagi lagi. Jadi..”
“Kenapa tidak Sakura-san saja yang membuatkan bekal untuk
Naruto-baka itu?”
“Neji nii-kun, sahabat softpink-ku itu belum bisa masak.”
.
.
.
Universitas Negeri Konohagakure..
“Aku duluan ya, Naruto-kun.” Pamit Sakura. “Jaa ne..”
Tanpa memastikan Sakura selamat sampai tujuan alias masuk kelas.
Naruto langsung berjalan menuju ke ruangan yang akan mengurangi keoriginalan
otak ramennya selama tiga jam ke depan. Seolah mengerti tabiat Naruto,
Universitas Negeri Konohagakure meletakkan mata kuliah matematika pada jam-jam
awal lengkap dengan dosen paling killer, Orochimaru-sensei.
“Nee, Naruto-baka, ada titipan bekal dari Hinata-chan.” kata Neji
sambil meletakkan kotak bekal berwarna orange di meja Naruto lalu membalikkan
kursi untuk duduk berhadapan. “Kau dan adik sepupuku tidak sedang selingkuh
atau pacaran kan?”
Naruto membuka kotak bekal itu. Tentu saja ingin tahu isinya.
Bahkan, tidak sabar ingin tahu rasanya. “Hinata-chan bukan tipe perempuan seperti
itu.”
“Tcih! Tentu saja. Sepupuku itu pasti berpikir 20 km/jam jika ingin
selingkuh denganmu.”
“Terserah kau saja. Sudah sana. Kembali ke tempat dudukmu.” Omel
Naruto pada Neji.
Empat jam kemudian...
Tiga puluh lima mahasiswa yang terpaksa ikut berpartisipasi dalam
mata kuliah matematika Orochimaru-sensei membubarkan diri masing-masing,
kecuali, Naruto. Bukan. Bukan karena dia ingin lebih lama memandangi wajah
Orochimaru-sensei yang tak kalah bikin pusing seperti rumus-rumus matematika di
papan tulis. Naruto hanya ingin menikmati bekal makan siang yang sudah Hinata
berikan untuknya. Akhir-akhir ini, Naruto merasa kalau Hinata lebih memahami
dirinya daripada Sakura. Mulai dari cara Hinata mengerti akan perasaan Naruto dan
cara Hinata menghibur Naruto saat kematian kedua orang tuanya. Fakta bahwa
mahasiswa penghuni perpustakaan seperti Hinata ternyata cukup menyenangkan
untuk diajak bermain bola basket. Hingga menyiapkan bekal makan siang. Mirip
Nyonya Minato. Mungkin karena itu, Naruto merasa lebih nyaman bersama Hinata
dan tanpa disadari berusaha menghindar dari Sakura, pacarnya.
1 pesan diterima
From : Naruto-kun
Masakanmu rasanya enak, Hinata-chan.
Arigatou ne.. ^_^
“Tuan Pantat Ayam, siapa yang mengirim pesan?” tanya Hinata pada
Sasuke yang sejak tadi memegang handphone ungu mudanya.
“Dobe.”
“.....” Hinata hanya diam akibat campuran perasaan setengah kaget
dan setengah khawatir karena nada bicara Sasuke yang datar.
“Dia bilang masakan Nyonya Lavenderku rasanya enak dan terima
kasih.” Lanjut Sasuke.
“Gomen ne, Tuan Pantat Ayam. Lain kali akan aku buatkan bekal
untukmu juga.”
“Tidak perlu minta maaf.” Kata Sasuke sambil mengembalikan
handphone Hinata.
“Nyonya Lavender, aku senang kamu peduli pada sahabatku. Arigatou
ne..” ujar Sasuke sambil tersenyum kecil pada Hinata.
oOo To Be Continued oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar