Rabu, 20 Januari 2016

Fanfic Naruto Hinata "Hanami - Chapter 14"



Hanami : The Twenty Hopes of Lavender

Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
Hanami © Raira Rin

Pairing :
Hinata Hyuuga X Sasuke Uchiha
Sakura Haruno X Naruto Uzumaki

Genre : Romance

Rated : T/M

Warning : Have a nice read, mina-san.. ^_^

Chapter 14

The Last Hope

Hinata tersenyum dan menghapus air mata yang mengalir di pipinya. “Cobalah ingat dengan baik, Naruto-kun. Kamu sendiri yang mengatakan bahwa hatimu itu tidak akan memberi hanya sekedar janji palsu untukku. Lagipula, semua permintaanku memanglah konyol.”

.....

Naruto POV :

Aku ingin makan masakan Hinata setiap hari. Bento, sushi, onigiri, ramen, terserah apapun itu. Masakan Hinata sama enaknya dengan masakan Kaa-chan.

Aku ingin bermain basket dengan Hinata setiap hari Minggu di lapangan Konohagakure. Tidak peduli meski harus bertengkar dengan Sakura setiap hari. Itu harga yang sepadan.

Aku ingin memperkenalkan Hinata pada jii-chan dan baa-chan. Hinata pasti akan cocok berteman dengan baa-chan karena mereka sama-sama pintar masak. Hinata juga pasti akan cocok berteman dengan jii-chan mengingat dia tak kalah manis dari Sakura. 

Aku ingin naik perahu angsa di Inokashira Park. Mungkin agak konyol. Tapi, aku masih penasaran.

Terakhir, aku ingin Hinata tahu tentang perasaanku padanya. Aku tidak bisa menahannya lagi. Perasaan dan ikatan tanpa cinta ini harus segera diakhiri.

Normal POV

“Hinata-chan, aku menyukaimu.” Kata Naruto pelan. Namun, tiga pasang telinga itu bisa mendengar dengan jelas yang dikatakan Naruto. Mengingat mereka berempat sedang berada di ruang tamu rumah Hinata yang sepi.

“Iya, aku sangat menyukaimu.” Ulang Naruto dengan volume suara sedikit lebih keras dari sebelumnya. “Dalam artian, aku ingin kamu menjadi pacarku.”

Hinata hanya diam. Sasuke masih bisa menahan emosi. Sedangkan, Sakura sudah terlihat sangat kecewa.

“SEJAK KAPAN KALIAN BERDUA-” Sakura menggantung ucapannya. Mencoba tetap mengendalikan diri. Menahan emosi dan bicara adalah dua hal yang sulit dilakukan secara bersamaan. “Apa sejak Naruto-kun dan aku menonton film kedua belas kami di Odaiba? Apa sejak Naruto-kun dan aku terakhir kali minum kopi di Ginza? Apa sejak jalan menuju Ebizu ditutup selama satu Minggu? Apa sejak aku menolak naik perahu angsa di Kichijoji? Atau.. apa sejak Naruto-kun dan aku membelikan kado ulang tahun untukmu di Omotesando?” Sakura bicara pada Hinata dengan nada yang aneh. “Hahaha.. aku ingat, Hinata-chan. Ini pasti sejak kalian lari pagi bersama keliling Konoha, kan? Oh Hinata-chan, kalian berdua benar-benar sialan. SHANNARO!!!”

Hinata pun menangis. Rasanya, akan lebih baik jika Sakura menampar pipinya sekeras mungkin lalu emutuskan persahabatan mereka tanpa sepatah kata pun. “Dan kau Naruto-kun, apa yang sudah aku lakukan padamu? Sudahlah. Aku menyerah.”

Sakura pergi menyisahkan keheningan di ruangan bernuansa ungu muda itu.

“Naruto-kun, bukankah kamu masih berhutang satu permintaan untuk dikabulkan, kamu ingat? Aku ingin kamu menarik ucapanmu dan pergilah mengejar Sakura-chan. Apapun perasaanku padamu itu sama sekali tidak berarti.”

“Itu konyol, Hinata-chan. Aku tidak mau. Ada apa? Apa kamu takut mengakui tentang perasaanmu padaku di depan Teme?”

Hinata tersenyum dan menghapus air mata yang mengalir di pipinya. “Cobalah ingat dengan baik, Naruto-kun. Kamu sendiri yang mengatakan bahwa hatimu itu tidak akan memberi hanya sekedar janji palsu untukku. Lagipula, semua permintaanku memanglah konyol.”

Sasuke berdiri disamping kanan Hinata. Menggenggam tangan Nyonya Lavender-nya. “Kau sudah mendengar keputusannya. Hanya sekedar ingin kau tahu. Aku tidak akan pernah melepasnya meskipun aku tahu dia sempat menyukaimu.”

Naruto mengepalkan kuat tangannya. Hinata terlihat sudah tidak ingin melakukan pembelaan atas hubungan mereka. Sudah jelas. Naruto pun tahu kalau Hinata bukanlah tipe perempuan yang suka mementingkan perasaannya sendiri. Sementara, Sasuke adalah seorang Uchiha yang tidak pernah main-main dengan ucapannya.

“Aku akan mengabulkan permintaan terakhirmu, Hinata-chan. Dattebayo!” Naruto pergi.

Hinata menangis sejadi-jadinya dalam pelukkan Sasuke. Tidak munafik, terasa begitu sakit. Rasanya, seperti baru saja melepas kekasih yang sangat disayanginya selama bertahun-tahun. Tunggu dulu, Sasuke? Hinata mengangkat kepalanya. Mempertemukan irish lavender dengan irish hitam itu. “Maaf Tuan Pantat Ayam. Lepaskan aku.”

“Tidak mau. Uchiha tidak pernah menerima penolakkan. Lagipula, terserah mau aku apakan Nyonya Lavenderku. Aku peluk. Aku cium. Aku tinggalkan.”

Sasuke memperdalam pelukkannya. “Nyonya Lavender, jika kamu merasa bosan naik mobil sport hitam milikku, maka kamu boleh naik mobil sport orange milik Dobe atau mobil sport merah milik Gaara. Jika kamu merasa bosan menemani Itachi nii-kun minum teh di sore hari, maka kamu boleh menghabiskan seharian penuh untuk bermain playstation dengan Yahiko nii-kun. Jika kamu merasa bosan membaca novel di balkon kamarku, maka kamu boleh membuat sakuramochi di dapur Dobe. Tapi, tetaplah hanya mencintaiku.”

“Tuan Pantat Ayam seharusnya kamu marah padaku, kan?” tanya Hinata.

“Marah? Tidak mau. Bukankah kamu yang bilang kalau apapun perasaanmu pada Dobe itu sama sekali tidak berarti. Nyonya Lavender, apapun perasaanmu pada Dobe. Aku akan tetap mencintaimu.”



oOo To Be Continued oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...