Jumat, 01 Januari 2016

Fanfic Naruto Hinata "Hanami : Chapter 1"



Hanami : The Twenty Hopes of Lavender

Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
Hanami © Raira Rin

Pairing :
Hinata Hyuuga X Sasuke Uchiha
Sakura Haruno X Naruto Uzumaki

Genre : Romance

Rated : T/M

Warning : Ini fic pertama Raira-hime di tahun 2016 setelah ntah berapa abad sejak terakhir kali Raira-hime menulis fic-fic ga jelas. Mohon tinggalkan jejak berupa komentar yang bisa memperbaiki fic berjudul Hanami : The Twenty Hopes of Lavender ini.

Have a nice read, mina-san.. ^_^

Chapter 1

10 Detik

“Jangan pergi. Aku suka dipeluk saat sedang sedih.” Kata Naruto. Perlahan, Hinata memberanikan diri untuk membalas pelukkan Naruto.

“Gomen ne, Hinata-chan. Anata no koto dakisimetai” batin Naruto

.....

Sasuke dan Hinata, pasangan paling sunyi sepi senyap seantero Konohagakure yang juga mempunyai kebiasaan manis seperti kebanyakkan pasangan lain. Dua makhluk ciptaan Masashi Kishimoto-sensei yang gemar berhemat suara itu suka pergi ke perpustakaan bersama. Hanya demi membuang waktu luang yang biasa digunakan oleh Sai untuk melukis Ino dengan pose duduk sexy ditengah hamparan bunga mawar merah. (WARNING!!! Abaikan adegan OTP yang satu ini). Saat mereka sedang melangsungkan acara membaca buku yang tak kalah merepotkan dari Temari bagi karakter paling ajaib di Konohagakure bernama Shikamaru sambil duduk berhadapan tak romantis. Naruto dan Sakura, pasangan perusak pendengaran pasangan lain, pasti sedang duduk bersebelahan nan romantis di dalam kedai ramen paman Teuchi atau Yakiniku Q. Menikmati makan siang yang menyenangkan. Namun, Hinata tak pernah merasa keberatan dengan kebiasaan manis ala Sasuke yang lebih tepat disebut dengan mata kuliah tambahan tersebut. Meskipun dia sering menerima ledekan “Kadang aku berpikir kalau kalian itu tak ada bedanya dengan penjaga perpustakaan” dari kakak sepupunya sendiri, Neji.

“Nyonya Lavender, aku sedang berada di Amegakure untuk mengantar Itachi nii-kun. Aku mendapat kabar kalau Minato otou-san dan Khusina okaa-san mengalami kecelakaan dan meninggal. Tolong temani Dobe. Dia berada di Konohagakure Hospital sekarang. Aku akan kembali ke Konohagakure besok pagi dan sampaikan pada Dobe, aku turut berduka.”

.
.
.

“Naruto-kun, aku bisa mengerti perasaanmu. Tapi, aku harap ka-”

“Damare! Omae wa kankei nai darou! Nani sama no tsumori!” Naruto menatap kesal wajah manis Hinata. Jika saja Hinata adalah Sasuke atau Gaara, mungkin akan lebih mudah bagi Naruto untuk menarik baju lawan bicaranya dan bersiap melayangkan pukulan meskipun baik Sasuke maupun Gaara adalah teman terdekatnya. “Bagaimana bisa kau mengerti tentang perasaanku? Kau sama sekali tidak mengerti. Pergilah!”

(Terjemahan : Damare! Omae wa kankei nai darou! Nani sama no tsumori! = Diamlah! Ini bukan urusanmu! Kau pikir kau itu siapa!)

Hinata menundukkan kepala, sepasang mata lavendernya hampir berkaca-kaca. Sedikit kaget karena mendapat bentakan dari Naruto. “Ano.. aku tidak mengerti ya? Mungkin.” Hinata terdiam sejenak sebelum kembali bicara. “Kematian Kaa-chan memang sudah beberapa tahun yang lalu. Tapi, Naruto-kun, aku tidak pernah bisa lupa dengan rasa sakitnya. Betapa takutnya aku ketika merasakan tubuh Kaa-chan yang semakin dingin dipelukanku.”

“Hehm..” Hinata menghela napas singkat. “Iyaaa.. karena sudah beberapa tahun yang lalu mungkin aku memang tidak mengerti perasaanmu sekarang.” Hinata tersenyum kecil pada Naruto.

Berlalu pergi dan membiarkan Naruto menangis sampai puas sendirian adalah pilihan terbaik yang tadinya ingin Hinata lakukan. Sebelum Naruto menahan lalu menarik Hinata ke dalam pelukannya. Tanpa mempedulikan orang-orang disekitar mereka.

Terkejut? Iya.

Mendadak? Sangat.

Bingung? Lupakan.

Itu memang hanya sekedar pelukkan. Tapi, sebelumnya, Sasuke tak pernah melakukan itu padanya. Walau sudah selama satu tahun penuh ini mereka sudah ditakdirkan untuk bersama dalam ikatan yang disebut pacaran.

“Jangan pergi. Aku suka dipeluk saat sedang sedih.” Kata Naruto. Perlahan, Hinata memberanikan diri untuk membalas pelukkan Naruto.

“Gomen ne, Hinata-chan. Anata no koto dakisimetai” batin Naruto

(Terjemahan : Gomen ne, Hinata-chan. Anata no koto dakisimetai = Maafkan aku, Hinata-chan. Aku hanya ingin memelukmu erat)

1 detik..

2 detik..

3 detik..

4 detik..

5 detik..

6 detik..

7 detik..

8 detik..

9 detik..

10 detik..

“Naruto-kun..” Mendengar namanya dipanggil, Naruto segera melepaskan Hinata dari pelukannya.

“Naruto-kun, apa kamu baik-baik saja? Maaf aku terlambat. Jalanan sedang macet. Aku sudah mendengar kabar tentang Minato otou-kun dan Khusina okaa-chan. Aku turut bersedih. Kamu yang sabar ya?”

Naruto hanya mengiyakan semua ocehan Sakura. Dia melihat ke arah Hinata yang masih tertunduk bersyukur. Suasana bisa bertambah rumit jika Sakura melihat adegan barusan.

Beberapa hari kemudian..

Naruto membatalkan niatnya menuju tempat parkir mobil Universitas Negeri Konohagakure saat melihat Hinata sedang membaca buku di bawah pohon di tepi lapangan basket. Ntah kenapa dia tertarik memilih menghampiri gadis berambut indigo itu. Memantapkan pikiran kalau Sakura bisa menunggu untuk beberapa menit ke depan.

“Konnichiwa.. Hinata-chan..”

“Uhm Naruto-kun. Ada apa?”

“Mau main basket?”

“...Hinata hanya tersenyum manis seperti biasa untuk menyetujui ajakan Naruto...”

Basket? Naruto-baka! Seharusnya kau menanyakan keberadaan Sasuke atau segera pergi menghampiri gadis berambut softpink yang sudah menunggumu di tempat parkir. Bukannya menawari Hinata untuk bermain basket denganmu. Oh, sudahlah, lupakan saja.

“Bukan begitu, Hinata-chan. Cara melemparnya seperti ini..”

Akhirnya, kejadian cukup –errr- romantis pun tak bisa dihindari saat Naruto sedang mengajari Hinata bermain basket. Mulai dari cara mendribble bola, cara memegang bola basket, serta posisi yang baik dan benar saat akan bersiap melempar bola ke ring. Tak ada jarak tubuh sangat diperlukan untuk itu. “Wow masuk. Bolanya masuk, Naruto-kun..” Hinata terlihat sangat senang karena berhasil mencetak angka pertamanya dengan sukses. Dia baru tahu kalau bermain basket bisa jadi semenyenangkan ini. Sementara itu, tanpa sepengetahuan Hinata, pria berambut kuning jabrik itu diam-diam malah sibuk memperhatikannya. Helaian indigo yang tertiup pelan oleh angin siang itu membuat wajah Hinata terlihat begitu...

“Cantik..” batin Naruto.

“Apa boleh aku ikut bergabung?” tanya Sasuke yang tiba-tiba datang. Naruto segera membuyarkan perhatiannya pada Hinata.

“Nee, Uchiha-teme.” Sapa Naruto pada Sasuke. “Ah Sakura? Aku baru ingat. Aku harus segera mengantarkan dia pulang. Kalian main saja berdua ya. Jaa ne..” pamit Naruto.

“Sepertinya perasaan Dobe sudah membaik?” kata Sasuke sambil memandangi punggung Naruto yang semakin jauh dari tempat dia dan Hinata berdiri.

“Iya aku rasa juga begitu.” Balas Hinata sambil bersiap melempar bola lagi.

Mau bagaimana lagi. Karena ini tentangmu, laki-laki mana pun pasti perasaannya akan cepat membaik.” kata Sasuke.

“Nee.. apa maksudnya itu? Tuan Pantat Ayam, kamu sedang cemburu ya?” goda Hinata.

“Aku tidak cemburu.” Balas Sasuke lalu berjalan duluan meninggalkan Hinata.

“Tunggu, Tuan Pantat Ayam. Kenapa sih tidak mau mengaku kalau cemburu? Cemburu itu sehat kok.” Sahut Hinata sambil berlari kecil untuk menyusul Sasuke. “Ayo mengaku saja.”

“Tidak mau.” Teriak Sasuke.

“Eh itu sama saja kamu mengakuinya secara tidak langsung.” Balas Hinata.

“Aku tidak cemburu, Nyonya Lavender.”

“Cemburu?”

“Tidak cemburu.”

“Cemburu?”

“Tidak cemburu.”

“Cemburu?”

“Tidak cemburu.”

Ya, baiklah, terkadang pasangan Nyonya Lavender dan Tuan Pantat Ayam tidak sesunyi sepi senyap seperti yang author rencanakan. Seperti itulah perdebatan kecil itu terus berlangsung hingga Nyonya Lavender memutuskan untuk menjadi orang waras dan mengalah. *Diamaterasu Tuan Pantat Ayam*



oOo To Be Continued oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4

Tidak ada "RPPH Kelompok Bermain Tema Diriku Sub Tema Anggota Tubuhku Minggu Ke-4 Hari Ke-4" dikarenakan KB tempat saya mengajar l...