Hanami : The Twenty Hopes of
Lavender
Disclaimer :
Naruto ©
Masashi Kishimoto
Hanami © Raira
Rin
Pairing :
Hinata Hyuuga X Sasuke Uchiha
Sakura Haruno X Naruto Uzumaki
Genre : Romance
Rated : T/M
Warning : Ini fic pertama Raira-hime di tahun 2016 setelah ntah
berapa abad sejak terakhir kali Raira-hime menulis fic-fic ga jelas. Mohon
tinggalkan jejak berupa komentar yang bisa memperbaiki fic berjudul Hanami :
The Twenty Hopes of Lavender ini.
Have a nice read, mina-san.. ^_^
Chapter 1
10 Detik
“Jangan pergi. Aku suka dipeluk saat sedang sedih.” Kata Naruto.
Perlahan, Hinata memberanikan diri untuk membalas pelukkan Naruto.
“Gomen ne, Hinata-chan. Anata no koto dakisimetai” batin Naruto
.....
Sasuke dan Hinata, pasangan paling sunyi sepi senyap seantero
Konohagakure yang juga mempunyai kebiasaan manis seperti kebanyakkan pasangan
lain. Dua makhluk ciptaan Masashi Kishimoto-sensei yang gemar berhemat suara
itu suka pergi ke perpustakaan bersama. Hanya demi membuang waktu luang yang
biasa digunakan oleh Sai untuk melukis Ino dengan pose duduk sexy ditengah hamparan
bunga mawar merah. (WARNING!!! Abaikan adegan OTP yang satu ini). Saat mereka
sedang melangsungkan acara membaca buku yang tak kalah merepotkan dari Temari
bagi karakter paling ajaib di Konohagakure bernama Shikamaru sambil duduk berhadapan
tak romantis. Naruto dan Sakura, pasangan perusak pendengaran pasangan lain,
pasti sedang duduk bersebelahan nan romantis di dalam kedai ramen paman Teuchi
atau Yakiniku Q. Menikmati makan siang yang menyenangkan. Namun, Hinata tak
pernah merasa keberatan dengan kebiasaan manis ala Sasuke yang lebih tepat
disebut dengan mata kuliah tambahan tersebut. Meskipun dia sering menerima
ledekan “Kadang aku berpikir kalau kalian itu tak ada bedanya dengan penjaga
perpustakaan” dari kakak sepupunya sendiri, Neji.
“Nyonya Lavender, aku sedang berada di Amegakure untuk mengantar
Itachi nii-kun. Aku mendapat kabar kalau Minato otou-san dan Khusina okaa-san
mengalami kecelakaan dan meninggal. Tolong temani Dobe. Dia berada di
Konohagakure Hospital sekarang. Aku akan kembali ke Konohagakure besok pagi dan
sampaikan pada Dobe, aku turut berduka.”
.
.
.
“Naruto-kun, aku bisa mengerti perasaanmu. Tapi, aku harap ka-”
“Damare! Omae wa kankei nai darou! Nani sama no tsumori!” Naruto
menatap kesal wajah manis Hinata. Jika saja Hinata adalah Sasuke atau Gaara,
mungkin akan lebih mudah bagi Naruto untuk menarik baju lawan bicaranya dan
bersiap melayangkan pukulan meskipun baik Sasuke maupun Gaara adalah teman
terdekatnya. “Bagaimana bisa kau mengerti tentang perasaanku? Kau sama sekali
tidak mengerti. Pergilah!”
(Terjemahan : Damare! Omae wa kankei nai darou! Nani sama no
tsumori! = Diamlah! Ini bukan urusanmu! Kau pikir kau itu siapa!)
Hinata menundukkan kepala, sepasang mata lavendernya hampir
berkaca-kaca. Sedikit kaget karena mendapat bentakan dari Naruto. “Ano.. aku
tidak mengerti ya? Mungkin.” Hinata terdiam sejenak sebelum kembali bicara. “Kematian
Kaa-chan memang sudah beberapa tahun yang lalu. Tapi, Naruto-kun, aku tidak
pernah bisa lupa dengan rasa sakitnya. Betapa takutnya aku ketika merasakan
tubuh Kaa-chan yang semakin dingin dipelukanku.”
“Hehm..” Hinata menghela napas singkat. “Iyaaa.. karena sudah beberapa
tahun yang lalu mungkin aku memang tidak mengerti perasaanmu sekarang.” Hinata
tersenyum kecil pada Naruto.
Berlalu pergi dan membiarkan Naruto menangis sampai puas sendirian
adalah pilihan terbaik yang tadinya ingin Hinata lakukan. Sebelum Naruto
menahan lalu menarik Hinata ke dalam pelukannya. Tanpa mempedulikan orang-orang
disekitar mereka.
Terkejut? Iya.
Mendadak? Sangat.
Bingung? Lupakan.
Itu memang hanya sekedar pelukkan. Tapi, sebelumnya, Sasuke tak
pernah melakukan itu padanya. Walau sudah selama satu tahun penuh ini mereka sudah
ditakdirkan untuk bersama dalam ikatan yang disebut pacaran.
“Jangan pergi. Aku suka dipeluk saat sedang sedih.” Kata Naruto.
Perlahan, Hinata memberanikan diri untuk membalas pelukkan Naruto.
“Gomen ne, Hinata-chan. Anata no koto dakisimetai” batin Naruto
(Terjemahan : Gomen ne, Hinata-chan. Anata no koto dakisimetai =
Maafkan aku, Hinata-chan. Aku hanya ingin memelukmu erat)
1 detik..
2 detik..
3 detik..
4 detik..
5 detik..
6 detik..
7 detik..
8 detik..
9 detik..
10 detik..
“Naruto-kun..” Mendengar namanya dipanggil, Naruto segera
melepaskan Hinata dari pelukannya.
“Naruto-kun, apa kamu baik-baik saja? Maaf aku terlambat. Jalanan
sedang macet. Aku sudah mendengar kabar tentang Minato otou-kun dan Khusina
okaa-chan. Aku turut bersedih. Kamu yang sabar ya?”
Naruto hanya mengiyakan semua ocehan Sakura. Dia melihat ke arah
Hinata yang masih tertunduk bersyukur. Suasana bisa bertambah rumit jika Sakura
melihat adegan barusan.
Beberapa hari kemudian..
Naruto membatalkan niatnya menuju tempat parkir mobil Universitas
Negeri Konohagakure saat melihat Hinata sedang membaca buku di bawah pohon di tepi
lapangan basket. Ntah kenapa dia tertarik memilih menghampiri gadis berambut
indigo itu. Memantapkan pikiran kalau Sakura bisa menunggu untuk beberapa menit
ke depan.
“Konnichiwa.. Hinata-chan..”
“Uhm Naruto-kun. Ada apa?”
“Mau main basket?”
“...Hinata hanya tersenyum manis seperti biasa untuk menyetujui
ajakan Naruto...”
Basket? Naruto-baka! Seharusnya kau menanyakan keberadaan Sasuke
atau segera pergi menghampiri gadis berambut softpink yang sudah menunggumu di
tempat parkir. Bukannya menawari Hinata untuk bermain basket denganmu. Oh,
sudahlah, lupakan saja.
“Bukan begitu, Hinata-chan. Cara melemparnya seperti ini..”
Akhirnya, kejadian cukup –errr- romantis pun tak bisa dihindari
saat Naruto sedang mengajari Hinata bermain basket. Mulai dari cara mendribble
bola, cara memegang bola basket, serta posisi yang baik dan benar saat akan bersiap
melempar bola ke ring. Tak ada jarak tubuh sangat diperlukan untuk itu. “Wow
masuk. Bolanya masuk, Naruto-kun..” Hinata terlihat sangat senang karena
berhasil mencetak angka pertamanya dengan sukses. Dia baru tahu kalau bermain
basket bisa jadi semenyenangkan ini. Sementara itu, tanpa sepengetahuan Hinata,
pria berambut kuning jabrik itu diam-diam malah sibuk memperhatikannya. Helaian
indigo yang tertiup pelan oleh angin siang itu membuat wajah Hinata terlihat
begitu...
“Cantik..” batin Naruto.
“Apa boleh aku ikut bergabung?” tanya Sasuke yang tiba-tiba datang.
Naruto segera membuyarkan perhatiannya pada Hinata.
“Nee, Uchiha-teme.” Sapa Naruto pada Sasuke. “Ah Sakura? Aku baru
ingat. Aku harus segera mengantarkan dia pulang. Kalian main saja berdua ya.
Jaa ne..” pamit Naruto.
“Sepertinya perasaan
Dobe sudah membaik?” kata Sasuke
sambil memandangi punggung Naruto yang semakin jauh dari tempat dia dan Hinata
berdiri.
“Iya aku rasa juga begitu.” Balas Hinata
sambil bersiap melempar bola lagi.
“Mau
bagaimana lagi. Karena ini tentangmu, laki-laki mana pun pasti perasaannya akan cepat membaik.” kata Sasuke.
“Nee.. apa maksudnya itu? Tuan Pantat Ayam, kamu sedang cemburu
ya?” goda Hinata.
“Aku tidak cemburu.” Balas Sasuke lalu berjalan duluan meninggalkan
Hinata.
“Tunggu, Tuan Pantat Ayam. Kenapa sih tidak mau mengaku kalau
cemburu? Cemburu itu sehat kok.” Sahut Hinata sambil berlari kecil untuk
menyusul Sasuke. “Ayo mengaku saja.”
“Tidak mau.” Teriak Sasuke.
“Eh itu sama saja kamu mengakuinya secara tidak langsung.” Balas
Hinata.
“Aku tidak cemburu, Nyonya Lavender.”
“Cemburu?”
“Tidak cemburu.”
“Cemburu?”
“Tidak cemburu.”
“Cemburu?”
“Tidak cemburu.”
Ya, baiklah, terkadang pasangan Nyonya Lavender dan Tuan Pantat
Ayam tidak sesunyi sepi senyap seperti yang author rencanakan. Seperti itulah
perdebatan kecil itu terus berlangsung hingga Nyonya Lavender memutuskan untuk
menjadi orang waras dan mengalah. *Diamaterasu Tuan Pantat Ayam*
oOo To Be Continued oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar